“Ma, Ning minta uang ya buat fotokopi buku. Ya ya ya... nanti Ning ganti deh. Uang Ning lagi abis soalnya.” Pagi-pagi sudah memelas. Tadinya bilang sama bapak, tapi dilempar ke mama. Ya, lagi-lagi mama. Hampir setiap kesulitan pasti datangnya ke mama. Bilangnya juga dadakan, kalau tidak benar-benar darurat, aku jarang bilang kesulitanku. “Berapa?” sambil merapikan bumbu dapur untuk memasak sarapan pagi ini. “Empat puluh ribu. Insya Allah nanti Ning ganti, lagi penting soalnya.” “haha.. kamu ini, buat ongkos aja nanti gak ada.” Ledek mama sambil mengeluarkan uang. Hampir-hampir memupuskan harapanku satu-satunya. “ini buat beli susu si mbah, ini buat ongkos kamu, ini buat beli sayur...” sambil membagi-bagi, suaranya menggantung, menghitung sisa uang yang ia punya hari ini. “Nih, adanya tiga puluh lima ribu. Gimana?” “iya Ma, gak apa-apa.” Mudah-mudahan bisa tertutupi dari sisa uang jajanku yang kemarin, batinku. “Ma, Ning berangkat dulu. Assalamu’alaykum.” P...