Langsung ke konten utama

Jatuh, Tilang, Kecelakaan

“Kamu bisa mengendarai motor? Seriusan?!” Tampangnya kaget, gak percaya gitu. Bukan cuma temanku yang satu orang itu yang gak percaya, hahaha gak meyakinkan banget emang ya?
Dulu paling gak bisa naik angkot, apalagi bis. Selalu pusing dan muntah di jalan. Apalagi kalau naik mobil mewah, waaahh mabok kendaraannya pasti kumat. Norak banget ya -____-“ gak terbiasa soalnya. Makanya kalau pergi-pergian seringnya naik motor.

Jatuh dari motor? Beberapa kali pernah sih... waktu belajar lewat tikungan di gang kecil, niat ngerem malah ngegas. Waktu balik dari nganterin adik ke sekolahnya, lewat jalan pintas, jalan kampung, nyebrangin jembatan kayu, dan lapangan bola yang rumputnya masih banyak embun karena masih pagi, alhasil ban motornya slip pas lewat lapangan. Trus waktu mau balik arah, karena pakai rok sekolah SMA yang sepan jadi agak susah gerak, akhirnya gak seimbang, dan jatuh lagi. Hehe... setidaknya itu pas lagi sendirian, jadi gak menimbulkan korban selain diri sendiri.

Pernah juga kena tilang pas SMA, padahal pakai helm, pakai jaket, nyalain lampu, dan nyalain sen pas mau belok eehh tapi diberhentikan polisi. Gak tahu deh kenapa aku diberhentikan di jalan. Itu polisinya minta ngecek surat-surat kendaraan padahal lagi gak ada razia. Satu-satunya pelanggaran yang aku sadari cuma statusku yang masih jadi pengendara illegal karena belum punya SIM. Trus polisinya nanya mau sidang atau mau damai? Karena waktu itu sebelum berangkat, bapak bilang mending gak usah bawa motor, tapinya aku nekat bawa, jadinya aku milih damai sama polisinya. Malu kalau pulang-pulang ditanyain bapak, ntar yang ada malah dimarahin. Akhirnya milih damai, eeehh polisinya minta uang damai 150 ribu. Tega banget dah sama anak SMA T_T langsung ludes itu uang jajan. Karena waktu itu polos banget dan panik juga, aku iyain aja. Pas aku minta bukti kena tilangnya malah gak dikasih sama polisinya. Trus besoknya nanya sama temen yang pernah ditilang juga, kata dia gak segitu. Waaaahhhhh merasa ditipu -____-“ emang sih aku tahu kok aku salah karena melanggar peraturan gak punya SIM, tapi pelajaran berharganya agar hati-hati sama oknum yang sukanya nyari keuntungan berkedok hukum dibalik kepolosan orang. Hha.. semoga masih ada polisi baik yang kerjanya benar-benar amanah dah ya.
Mau bikin SIM tapi belum sempet-sempet...

Pernah selagi berangkat ke tempat les di jalan Siliwangi, ada vespa modif beroda tiga jalan di depanku. Hihi, lucu juga sih bentuknya unik tapi aneh. Aku yang lagi santai sengaja gak memacu motor dengan kecepatan di atas 40 km/jam. Tiba-tiba vespa di depanku itu orderdilnya lepas satu per satu, ban dan aksesoris motor lainnya kemana-mana. Kaget! Aku yang tepat berada di belakangnya segera menghindar. Si pengendara gak kenapa-kenapa, tapi ya itu motornya gak bisa dipakai. Yakin deh itu orang pasti ribet ngumpulin barang-barang yang berserakan di tengah jalan. Kasian juga..

Pernah juga pas mau nganterin teman untuk ikut lomba PMR di Cinere, aku merasa ada yang aneh sama motor ini. Waktu di jalan Arif Rahman Hakim, aku mampir ke bengkel buat ngecek kondisi, ternyata rantainya harus diganti. Ganti rantai lumayan mahal, dan karena gak bawa uang sebanyak itu,jadi kuputuskan untuk pulang ke rumah. Agak gak enak hati juga sih sama temanku itu, nurunin dia di jalan, dan minta dia naik angkot ke sana. Sesampainya di jalan Margonda, benar saja rantainya copot. Gak bisa gerak! Waaaaahhh T.T kalau sepeda sih masih gampang dibenerin sendiri. Mana di sana gak ada bengkel lagi..huhuhu.
Daripada panik gak jelas, aku putuskan untuk ngebedah motor ini sendiri. Sebenernya gak ngerti apa-apa soal mesin motor, berhubung kepepet, mau gak mau harus bisa.
Pertama-tama standarin dobel ini motor, trus nyari sesuatu di bagasi motor, Alhamdulillah ada sedikit perkakas. Trus gak tahu deh itu gimana nyoba masang rantainya ke tempat semula. Ada kali 20 menit ngutak-ngatik motor, selesainya baru nyadar kalau oli sudah belepetan di tangan dan sekitar baju.
Alhamdulillah bisa muter lagi ban belakangnya...tapi motornya gak bisa dipacu lebih dari 30 km/jam, pernah nyoba tapi rantainya jadi berisik, berbunyi aneh. Daripada copot lagi, mending milih aman. Jalan dengan kecepatan lambat, sampai beberapa kali diklaksonin orang gara-gara jalanku memang lambat. Sebodo amat sama mereka, yang penting ini motor bisa selamat sampai rumah. hahaha pengalaman yang koplak.
Point pentingnya harus ngecek kondisi motor sebelum berkendara dan bawa perkakas buat jaga-jaga.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

IBNU KHALDUN

Biografi Ibn Khaldun, nama lengkapnya adalah Abdu al-Rahman ibn Muhamad ibn Muhamad ibn Muhamad ibn al-Hasan ibn Jabir ibn Muhamad ibn Ibrahim ibn Khalid ibn Utsman ibn Hani ibn Khattab ibn Kuraib ibn Ma`dikarib ibn al-Harits ibn Wail ibn Hujar atau lebih dikenal dengan sebutan Abdur Rahman Abu Zayd Muhamad ibnu Khaldun. Abdurrahman Zaid Waliuddin bin Khaldun, lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H atau 27 Mei 1332 M.  

Sebuah Nasihat yang (Tidak) Perlu Dimasukkan ke Hati

Jarang-jarang temanku berpendapat sebegini panjangnya. "Ning, selama berhubungan dengan manusia; ketulusan itu utopis banget. Apalagi zaman sekarang. Naif namanya kamu percaya dengan hal itu. Nih ya, mungkin kamu engga sadar; sebenernya orang-orang yang memberi kebaikan mereka ke kamu diam-diam mereka sedang menganggapmu seperti celengan. Suatu saat mereka pasti akan meminta kembali kebaikan itu darimu dalam bentuk yang lain. Lalu ketika kamu tidak bisa atau memilih untuk tidak ingin mengembalikan itu; mereka mulai mengungkit-ungkit aset apa yang sudah ditanamkannya  kepadamu. Kemudian dengan bias, kamu dianggap tidak sadar diri, tidak tahu balas budi, tidak tahu caranya bersyukur pada mereka. See??? Waspada saja kalau banyak orang baik yang terlalu baik disekitarmu, ingat ya; di dunia ini tuh gak ada yang mananya gratisan. Jangan percaya, bohong! Mungkin mulanya kamu sulit melihat ujungnya, tapi pasti ada yang tersembunyi dibalik itu. Terserah sih ma...

Itinerary Gunung Papandayan 2018

Pendakian saya ke Gunung Papandayan kali ini ditemani oleh 4 orang. Pertama Amir, dia adalah teman sekelas saya ketika S1 di jurusan komunikasi. Kedua ada Ajeng, teman satu kampus, satu organisasi, juga teman mengaji bareng. Ketiga Esa, Esa adalah teman sekelasnya ajeng di jurusan teknik informatika. Dan terakhir ada Ryan. Ryan adalah temannya Amir. Kami berlima janjian untuk bertemu di titik kumpul Terminal Kampung Rambutan. Saya datang pertama, kemudian Ajeng dan Esa. Sambil menunggu Amir dan Ryan, kami bertiga makan malam dahulu dengan nasi padang. Tak lama kemudian Ryan tiba. Setelah Amir datang dan semua anggota lengkap kami langsung naik bis ekonomi AC meluncur ke Garut.  Kami berangkat sekitar jam sembilan malam. Tiba di Terminal Guntur-Garut jam setengah tiga pagi. Udara dingin mulai terasa menusuk kulit. Di sini saya dan teman-teman sempat diminta oleh seorang pemuda untuk memberinya sekian uang. Sepertinya ia mabuk, terlihat dari pupil matanya dan mulutnya ya...