Langsung ke konten utama

Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah

Setelah mengikuti matrikulasi institut ibu professional hingga pekan ke empat, ada satu pelajaran penting yang aku  dapatkan: menjadi jujur pada diri sendiri. Kadang jujur dengan diri sendiri adalah hal yang tidak mudah. Pada pekan ke empat ini tugasnya adalah menilik kembali tugas-tugas NHW sebelumnya. Tugas minggu pertama tentang memilih jurusan ilmu di universitas kehidupan, kali ini ditanyakan kembali apakah tetap fokus pada pilihan tersebut atau pindah jurusan lain? Maka jawabanku adalah tetap pada pilihan tersebut tapi memang perlu dispesifikkan pada jurusan ibu profesional, karena apabila wisuda dari universitas kehidupan nanti aku ingin cumlaude sebagai salah satu ibu peradaban, dan bisa menghadap Rabb semesta alam dengan sebuah kebanggan menjadi seorang perempuan, seorang istri, dan seorang ibu. Aamiin.

Review tugas minggu kedua yang agak berat, secara aku ini orangnya memang agak sulit disiplin dan sullit menuliskan perencanaan secara detail. Sejujurnya ada banyak bagian tugas NHW #2 yang harus diperbaiki. Tentang checklist harian sebagai seorang perempuan, andaikata menjadi istri, dan menjadi ibu. Checklist tersebut tujuannya memang dibuat untuk penyemangat dalam “memantaskan diri” memegang amanah dari Allah.

Review NHW 3, berhubung masih single jadi kebagian membuat surat untuk calon imam. Visi misi hidup pribadi, mungkin bagi yang muslim sudah tahu bahwa visi hidup kita semata untuk beribadah pada Allah SWT agar mendapat kebahagian di dunia serta akhirat dan misi seorang muslim adalah menjadi khalifah fil ardh. Peranan tersebutlah yang harus dispesifikan lagi. Sebagai individu peran yang jelas sekarang aku ambil dalam keluarga adalah sebagai anak, dalam masyarakat adalah menjadi pengajar. Bagaimana dengan visi misi berkeluarga? Sejujurnya ini memang perlu disamakan dengan si calon imam nanti. Tapi kalau boleh dibocorkan sekarang, aku ingin keluarga kecil yang kami bentuk nantinya bisa menjadi fondasi kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Peradaban yang kuat dilahirkan dari keluarga yang kuat dan bermartabat.

Misi Hidup: al ummu madrasatul ula
Bidang: Pendidikan
Peran: pendidik

Berhubung belum memiliki gambaran jelas, maka jalan yang diambil sementara ini terinsiprasi dari Bu Septi dan Institut Ibu Profesional. Beberapa tahapan ilmu yang harus dikuasai adalah:
1) Bunda Sayang: Ilmu-ilmu seputar pengasuhan anak
2) Bunda Cekatan: Ilmu-ilmu seputar manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga
3) Bunda Produktif: Ilmu-ilmu seputar minat dan bakat, kemandirian finansial, dll.
4) Bunda Shaleha: Ilmu tentang berbagi manfaat pada banyak orang


Milestone:
KM 0- KM 1 (tahun 1): menguasai ilmu seputar bunda sayang
KM 0- KM 2 (tahun 2): menguasai ilmu seputar bunda cekatan
KM 0- KM 3 (tahun 3): menguasai ilmu seputar bunda produktif
KM 0- KM 4 (tahun 4) : menguasai ilmu seputar bunda shaleha


#NHW4 #Week4 #MatrikulasiBatch#5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selaman...

Sebuah Nasihat yang (Tidak) Perlu Dimasukkan ke Hati

Jarang-jarang temanku berpendapat sebegini panjangnya. "Ning, selama berhubungan dengan manusia; ketulusan itu utopis banget. Apalagi zaman sekarang. Naif namanya kamu percaya dengan hal itu. Nih ya, mungkin kamu engga sadar; sebenernya orang-orang yang memberi kebaikan mereka ke kamu diam-diam mereka sedang menganggapmu seperti celengan. Suatu saat mereka pasti akan meminta kembali kebaikan itu darimu dalam bentuk yang lain. Lalu ketika kamu tidak bisa atau memilih untuk tidak ingin mengembalikan itu; mereka mulai mengungkit-ungkit aset apa yang sudah ditanamkannya  kepadamu. Kemudian dengan bias, kamu dianggap tidak sadar diri, tidak tahu balas budi, tidak tahu caranya bersyukur pada mereka. See??? Waspada saja kalau banyak orang baik yang terlalu baik disekitarmu, ingat ya; di dunia ini tuh gak ada yang mananya gratisan. Jangan percaya, bohong! Mungkin mulanya kamu sulit melihat ujungnya, tapi pasti ada yang tersembunyi dibalik itu. Terserah sih ma...