Langsung ke konten utama

Bunyi Lisan Kita

Daging tak bertulang itu bernama lidah. Lunak memang, tapi ia mampu menembus apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum. Sekali lisan terucap, maka ia bak anak panah yang tak bisa diulur kembali ke dalam busur. Tanpa disadari ternyata lisan inilah yang seringkali menjadi boomerang bagi diri sendiri.

lisan seseorang menentukan derajatnya. Derajat pertama adalah orang yang berkualitas, bicaranya selalu bermanfaat, sarat dengan hikmah, ilmu, solusi, atau dzikir. kedua, derajat orang yang biasa-biasa, cirinya mudah mengomentari apapun yang dilihat atau didengarnya, walau tidak ada manfaatnya. Ketiga, orang rendahan, ia mudah mencela, mengeluh, dan selalu memandang dari sisi negatif. Sedangkan keempat, orang yang dangkal, selalu menceritakan kelebihannya dan ingin terus dihargai.

Juga tidak layak apabila ingin orang lain memahami isi pembicaraan kita, namun kita tidak peduli apakah itu menyinggungnya atau tidak. Sebelum bicara, perhatikan perasaan atau ekspresi wajah lawan bicara. Jika tak yakin apakah yang keluar dari lisan ini bermanfaat atau tidak, maka diam adalah lebih baik. Mungkin tanpa sadar kita masih saja mengeluarkan ‘bunyi’ yang tak bermanfaat.

#renungan untuk diri sendiri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selaman...

Sebuah Nasihat yang (Tidak) Perlu Dimasukkan ke Hati

Jarang-jarang temanku berpendapat sebegini panjangnya. "Ning, selama berhubungan dengan manusia; ketulusan itu utopis banget. Apalagi zaman sekarang. Naif namanya kamu percaya dengan hal itu. Nih ya, mungkin kamu engga sadar; sebenernya orang-orang yang memberi kebaikan mereka ke kamu diam-diam mereka sedang menganggapmu seperti celengan. Suatu saat mereka pasti akan meminta kembali kebaikan itu darimu dalam bentuk yang lain. Lalu ketika kamu tidak bisa atau memilih untuk tidak ingin mengembalikan itu; mereka mulai mengungkit-ungkit aset apa yang sudah ditanamkannya  kepadamu. Kemudian dengan bias, kamu dianggap tidak sadar diri, tidak tahu balas budi, tidak tahu caranya bersyukur pada mereka. See??? Waspada saja kalau banyak orang baik yang terlalu baik disekitarmu, ingat ya; di dunia ini tuh gak ada yang mananya gratisan. Jangan percaya, bohong! Mungkin mulanya kamu sulit melihat ujungnya, tapi pasti ada yang tersembunyi dibalik itu. Terserah sih ma...

(Un)Spoken Truth. #1

Aku senang sekaligus sedih. Ah perasaan macam apa itu... Sekarang aku tahu mengapa menjadi dewasa itu rumit. Karena kamu harus bisa membedakan antara yang sama, mirip, dan benar-benar berbeda. *(Un)Spoken Truth adalah catatan random yang berisi tentang apa-apa yang (sebelumnya tak bisa) terkatakan yang mungkin juga seharusnya (tidak) kamu baca.