Daging tak
bertulang itu bernama lidah. Lunak memang, tapi ia mampu menembus apa yang
tidak bisa ditembus oleh jarum. Sekali lisan terucap, maka ia bak anak panah
yang tak bisa diulur kembali ke dalam busur. Tanpa disadari ternyata lisan
inilah yang seringkali menjadi boomerang bagi diri sendiri.
lisan
seseorang menentukan derajatnya. Derajat pertama adalah orang yang berkualitas,
bicaranya selalu bermanfaat, sarat dengan hikmah, ilmu, solusi, atau dzikir.
kedua, derajat orang yang biasa-biasa, cirinya mudah mengomentari apapun yang
dilihat atau didengarnya, walau tidak ada manfaatnya. Ketiga, orang rendahan,
ia mudah mencela, mengeluh, dan selalu memandang dari sisi negatif. Sedangkan
keempat, orang yang dangkal, selalu menceritakan kelebihannya dan ingin terus
dihargai.
Juga tidak
layak apabila ingin orang lain memahami isi pembicaraan kita, namun kita tidak
peduli apakah itu menyinggungnya atau tidak. Sebelum bicara, perhatikan
perasaan atau ekspresi wajah lawan bicara. Jika tak yakin apakah yang keluar
dari lisan ini bermanfaat atau tidak, maka diam adalah lebih baik. Mungkin
tanpa sadar kita masih saja mengeluarkan ‘bunyi’ yang tak bermanfaat.
#renungan
untuk diri sendiri.
Komentar
Posting Komentar