Langsung ke konten utama

Bunyi Lisan Kita

Daging tak bertulang itu bernama lidah. Lunak memang, tapi ia mampu menembus apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum. Sekali lisan terucap, maka ia bak anak panah yang tak bisa diulur kembali ke dalam busur. Tanpa disadari ternyata lisan inilah yang seringkali menjadi boomerang bagi diri sendiri.

lisan seseorang menentukan derajatnya. Derajat pertama adalah orang yang berkualitas, bicaranya selalu bermanfaat, sarat dengan hikmah, ilmu, solusi, atau dzikir. kedua, derajat orang yang biasa-biasa, cirinya mudah mengomentari apapun yang dilihat atau didengarnya, walau tidak ada manfaatnya. Ketiga, orang rendahan, ia mudah mencela, mengeluh, dan selalu memandang dari sisi negatif. Sedangkan keempat, orang yang dangkal, selalu menceritakan kelebihannya dan ingin terus dihargai.

Juga tidak layak apabila ingin orang lain memahami isi pembicaraan kita, namun kita tidak peduli apakah itu menyinggungnya atau tidak. Sebelum bicara, perhatikan perasaan atau ekspresi wajah lawan bicara. Jika tak yakin apakah yang keluar dari lisan ini bermanfaat atau tidak, maka diam adalah lebih baik. Mungkin tanpa sadar kita masih saja mengeluarkan ‘bunyi’ yang tak bermanfaat.

#renungan untuk diri sendiri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IBNU KHALDUN

Biografi Ibn Khaldun, nama lengkapnya adalah Abdu al-Rahman ibn Muhamad ibn Muhamad ibn Muhamad ibn al-Hasan ibn Jabir ibn Muhamad ibn Ibrahim ibn Khalid ibn Utsman ibn Hani ibn Khattab ibn Kuraib ibn Ma`dikarib ibn al-Harits ibn Wail ibn Hujar atau lebih dikenal dengan sebutan Abdur Rahman Abu Zayd Muhamad ibnu Khaldun. Abdurrahman Zaid Waliuddin bin Khaldun, lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H atau 27 Mei 1332 M.  

Sebuah Nasihat yang (Tidak) Perlu Dimasukkan ke Hati

Jarang-jarang temanku berpendapat sebegini panjangnya. "Ning, selama berhubungan dengan manusia; ketulusan itu utopis banget. Apalagi zaman sekarang. Naif namanya kamu percaya dengan hal itu. Nih ya, mungkin kamu engga sadar; sebenernya orang-orang yang memberi kebaikan mereka ke kamu diam-diam mereka sedang menganggapmu seperti celengan. Suatu saat mereka pasti akan meminta kembali kebaikan itu darimu dalam bentuk yang lain. Lalu ketika kamu tidak bisa atau memilih untuk tidak ingin mengembalikan itu; mereka mulai mengungkit-ungkit aset apa yang sudah ditanamkannya  kepadamu. Kemudian dengan bias, kamu dianggap tidak sadar diri, tidak tahu balas budi, tidak tahu caranya bersyukur pada mereka. See??? Waspada saja kalau banyak orang baik yang terlalu baik disekitarmu, ingat ya; di dunia ini tuh gak ada yang mananya gratisan. Jangan percaya, bohong! Mungkin mulanya kamu sulit melihat ujungnya, tapi pasti ada yang tersembunyi dibalik itu. Terserah sih ma...

Itinerary Gunung Papandayan 2018

Pendakian saya ke Gunung Papandayan kali ini ditemani oleh 4 orang. Pertama Amir, dia adalah teman sekelas saya ketika S1 di jurusan komunikasi. Kedua ada Ajeng, teman satu kampus, satu organisasi, juga teman mengaji bareng. Ketiga Esa, Esa adalah teman sekelasnya ajeng di jurusan teknik informatika. Dan terakhir ada Ryan. Ryan adalah temannya Amir. Kami berlima janjian untuk bertemu di titik kumpul Terminal Kampung Rambutan. Saya datang pertama, kemudian Ajeng dan Esa. Sambil menunggu Amir dan Ryan, kami bertiga makan malam dahulu dengan nasi padang. Tak lama kemudian Ryan tiba. Setelah Amir datang dan semua anggota lengkap kami langsung naik bis ekonomi AC meluncur ke Garut.  Kami berangkat sekitar jam sembilan malam. Tiba di Terminal Guntur-Garut jam setengah tiga pagi. Udara dingin mulai terasa menusuk kulit. Di sini saya dan teman-teman sempat diminta oleh seorang pemuda untuk memberinya sekian uang. Sepertinya ia mabuk, terlihat dari pupil matanya dan mulutnya ya...