Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

Kualitas VS Kuantitas

Kualitas vs Kuantitas “Sangat logis bila pergerakan Islam berusaha merangkul dan merekrut sebanyak-banyaknya simpatisan dan kader yang akan memperkokoh barisan dengan berbagai metode yang sah dan legal. Namun kondisi ini tidak menjadikan pergerakan mampu mengumpulkan kader dalam jumlah besar yang memiliki kesamaan misi dan orientasi. Karena memang pada hakikatnya , kualitas mesti menjadi prioritas utama dibanding kualitas . Pergerakan dakwah pernah memusatkan konsentrasi pada upaya perekrutan individu- tentunya butuh waktu yang lumayan panjang. Semua itu dilakukan demi harapan pengkaderan mereka untuk siap memikul amanah-amanah strategis dalam organisasi yang sesuai dengan kecenderungan dan bakatnya, sehingga demikian ia dapat mempertanggung jawabkan kerjanya. Namun dalam perjalanan, jamaah tak mampu mempertahankan dan menjamin para anggota yang sangat banyak tersebut agar tetap menyatakan kesetiaan sepanjang usianya (atau minimal sebatas masa kerjanya). Karena individu

Eternal Rival

Welcome for you, eternal rival. May be i am right, but sometimes you’re righter than me. We deal for not to deal always. It is nice to know you. You’ve show me the hole that i can’t see. I learn much from you. So, let me say “I am proud to be your rival” Kadang berbeda pendapat denganmu itu menyenangkan, tapi lebih banyak menyebalkannya sih. Dan pesan dari seorang kakak “bersabar, coba lebih memahami, mungkin dia melihat bukan dari sudut pandang yang kamu lihat. Hindari perdebatan, sekali pun kamu benar” selalu jadi pengerem ketika ego mulai menguasai diri. Ketika kamu dan rivalmu itu berselisih tentang sebuah perkara entah itu kebijakan atau dalam hal kebaikan, maka ingat ini ya: “tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah (yang mempunyai sifat-sifat demikian). Itulah Allah Tuhanku. KepadaNya-lah aku bertawakal dan kepadaNya-lah aku kembali” (QS. Asy-Syuro: 10) Dan instrospeksi dirimu sendiri Ning, barangkali terselip bisikan-bi

Penggalan Pemahaman

“Demi Allah, wahai sahabatku, sudahkah pemahaman umat Islam dewasa ini seputar Al Qur’an mencapai tingkat pemahaman yang diharapkan ? Sehingga dengan demikian jiwa-jiwa mereka telah menanjak tinggi dan mulia, dengan melepaskan diri dari belenggu perbudakan materi? Ataukah jiwa mereka telah merdeka dari penjajahan hawa nafsu dan syahwat? Atau bahkan jiwa mereka telah terkikis dari keinginan-keinginan dunia yang sesaat? Sudahkah mereka mengikhlaskan dirinya pada Allah Sang Pencipta langit dan bumi? Sudahkah mereka berjuang meninggikan kalimat Allah di permukaan bumi? Telahkah mereka berjihad di jalan Allah, menebarkan dakwah Islam , dan sudahkah mereka berupaya melindungi dan memperjuangkan syariat Islam ini?....” Kutipan pertanyaan-pertanyaan Imam al-Banna dalam buku Ila Ayyi Syai’i Nad’u an-Nas melalui buku Fathi Yakan Madza Ya’ni Intimaa’i lil Islam   inilah yang terngiang di telinga, berputar-putar di kepala dan menghujam ke hati. Sudahkan pemahaman itu menj

Saya Harus Paham

“Sesungguhnya afiliasi saya dalam organisasi ini mengharuskan saya mengetahui mengapa saya berafiliasi dengannya, dan bukan dengan yang lain? Apakah yang membuat saya berada di dalamnya? Mengapa saya tidak di tempat lain? Apakah ini kebetulan (walaupun sebenarnya ketetapan Allah bukanlah suatu kebetulan) ataukah ini hasil pengamatan, penelitian dan seleksi? Saya harus memahami jalan perjuangan ini agar afiliasi saya dalam organisasi ini adalah afiliasi yang dilandasi oleh kesadaran dan pemikiran yang matang, dan bukan afiliasi yang serampangan dan sembarangan. Saya harus sadar bahwa afiliasi terhadap organisasi ini adalah salah satu bukti terhadap agama ini, yang kemudian termanifestasi dalam pelaksanaan perintah Allah dan keinginan untuk meraih keridhaan-Nya. Saya tidak ingin afiliasi saya hanya bersifat spontan dan emosional belaka, sehingga apabila badai kepayahan dan kesulitan itu datang dengan mudahnya saya banting setir dari jalan ini, atau berguguran. Saya juga tidak in

Magang Mangga Dua

Magang kali ini berasa berbeda abis. Squad magangers yang turun lapangan ada Amir, Leo, Manto, Diah, Nhana, Winda, Refa. Sedangkan aku dan Yusuf adalah squad tambahan yang gabung ke kloter ini, karena kami berhalangan ikut di kloter sebelumnya. Jadinya kloter magang yang sekarang rame, banyak orangnya. Magang yang sekarang jadi kru syuting film serial Asmara Dewi yang akan ditayangin di TV Plus setelah lebaran. Bicara soal suasana yang berbeda, pastinya karena bulan ini bulan puasa, bulan spesial. Berusaha tetap konsisten sama targetan ibadah yaumiah dalam jam magang yang bisa dibilang cukup sibuk. Agak susah sih, diusahakan curi-curi waktu. Hari pertama magang tanggal 14 Juli 2013, hari minggu, jam magang dimulai sekitar pukul 11.00 WIB dan berarkhir pas maghrib. Bersyukurnya magang kali ini di apartemen, gak kebayang kalau magangnya di kampus, panas-panasan pas puasa~ berat tuh. Hari-hari selanjutnya magang dimulai dari pukul 10.00-18.00 WIB trus dilanjut lagi dari pukul 21.00-

Ups Salah Orang

Kebiasaan buruk yang satu ini: sering salah mengenali orang lain, agaknya susah sekali dihilangkan. Waktu itu nge- chat sama teman yang namanya Jun, kirain dia itu teman seangkatan aku, eeehhh ternyata dia orang lain, dari kampus lain, yang kebetulan namanya sama. Jadinya salah mengira, udah gitu yuning bicaranya semena-mena banget lagi, berasa udah kenal. Tapi nyadarnya terakhir-akhir. Weeehh jadi malu >.< Yang ini juga, pas komen-komenan distatus sendiri ada orang yang namanya sama-sama rahman aulia dan aulia rahman, nah kan mirip ya. Sensor yuning salah mengenali kedua orang itu, yang satu kakak kelas, yang satu lagi kakaknya teman SMA. Waktu itu kak Rahman (kakak kelas) pernah janji mau nraktir makan eh tapi belum sempet kesampean, pas dikomen itu salah malah ngingetinnya ke kak Rahman (kakaknya teman SMA). Akhirnya kak Rahman (kakaknya teman SMA) jadi bingung gitu dan komunikasi kita jadi gak nyambung. Dan itu juga gara-gara salah mengenali orang. Ampun deh malunyaaaa.

Ceritanya

“Yuning mah kebanyakan kalau punya cerita atau unek-unek sesuatu ditulis yahhh? Kenapa gak cerita langsung aja... kayak gak punya temen.” Ahahaha.. pengen ketawa ajah pas denger komen kayak gini. Temen ya? Banyak sih.. cuman kasian ajah kalau dicurhatin mulu, takut nambahin masalahnya dia. Nanti dianya bosen lagi dengerin cerita-ceritanya yuning. Hha.. kalau dianya gak bosen dan selalu punya waktu sih gak apa-apa. Seneng juga sih kalau ada yang mau dengerin dan ngasih solusi kalau pas ada masalah.

Cocok

“kadang kamu bertemu dengan seseorang dan cocok denganmu begitu saja - kamu merasa nyaman dengannya. Seperti sudah lama mengenalnya dan kamu tak perlu berpura-pura untuk menjadi sesiapa." #bertemu dengan orang-orang seperti ini selalu membuat hidup jadi lebih bersemangat :'')

Menjelang Sidang

“mbak kemana saja? Kok sudah lama gak kelihatan? Kemarin saya cari, saya tungguin lho di tempat magang, Mangga Dua. Ehh mbaknya gak ada.” O-oww.. nyess banget. Setelah sekian lama gak nyentuh PI, pertanyaan pertama yang dilontarkan bapaknya seperti itu.. waaa jadi gak enak hati. “iya pak.. maaf pak, waktu itu lagi fokus mengerjakan tugas UAS multimedia pak, bikin project . Jadi belum sempat bimbingan lagi..” Dan itu H-11 sebelum sidang, aku masih stagnan di bab 3. Itu juga berarti H-3 daftar sidang. Seharusnya daftar sidang itu hari senin, pas hari seninnya ini Piku juga belum kelar.. masih 70%. Alhamdulillah ketemu ibu Kajur dan tenggat waktu diperpanjang menjadi hari Rabu. Nekat banget aku daftar sidang, padahal nyadar kalau PIku aja belum sempurna. #Hari Rabu Bagi yang belum mengumpulkan berkas ditunggu di kosan bonny. Aku kesana.. dan keadaan disana juga sama paniknya.. ternyata yang lain juga belum sepenuhnya kelar. Masing-masing berbagi cerita. “ya ampun, saking

Kerusuhan Yang Lain

Masih ingat cerita tentang ulah rusuhku di FARIS? Dan hari ini lagi-lagi aku bikin ulah.. Oke, aku gak bikin listrik mati kok pas seminar, gak bikin printer mledug juga, atau bikin anak orang ikutan nyasar.. tapi yang ini juga bisa dibilang fatal dan mubazir, hmmph parah dah. Aku dan ovie bantu-bantu tim HPD untuk mencetak sertifikat. Awalnya pas di cek biasa saja, nama pesertanya benar. Setelah sholat ashar ada yang bilang padaku, “udah tahu belum? Sertifikatnya salah cetak...” Aaaahh? Ala mak jang! Yang bener?? Dan ternyata beneran. Syok dan agak ngerasa bersalah sih... Yaampun padahal udah tenang-tenang dikit lagi kelar.. padahal itu kami cek beberapa kali, tapi gak ada yang sadar kalau ternyata salah cetak dari awal.. crowded !untung ada yang mengingatkan, gak tahu deh apa jadinya kalau sertifikat salah cetak itu sampai nyebar ke peserta. Hhe, ternyata kalimat ini ada benarnya juga : kita sering dikelabui oleh indra kita sendiri, apa yang kita anggap benar belum tentu

“Why me”

Beritahu aku, Mengapa aku? Mengapa harus aku? Karena aku pikir, aku bukanlah benar-benar orang yang tepat di sini Di tempat aku berdiri sekarang. Mengapa aku? Yang harus berpusing-pusing ria memikirkan mereka, Sedang untukku sendiri pun aku rasa aku belum becus. Beritahu aku, Mengapa harus aku? Tulang rusukku sangat bengkok, Tulang punggungku tidaklah terlalu kuat, Apalagi pundakku, Yang masih lemah untuk dititipi semua mimpi dan masa depan Beritahu aku, Karena aku ingin menjalaninya dengan kerelaan Bukan atas nama keterpaksaan. Beritahu aku, Agar setiap kerikil-kerikil menyakitkan yang menghadang Bukanlah penghalang Melainkan tantangan. Beritahu aku, Terangkan padaku, Dengan alasan-alasan logis dan rasional Janganlah dengan bahasa langit, yang bahkan belum mampu aku pahami. #ada yang pernah merasa seperti ini? Kalaulah ada, aku pun termasuk orang yang pertama kali mengacungkan tangan, setinggi-tingginya mungkin. Aaahh s udahla

Tidak Mengerti

Aku hanya tidak mengerti, pada orang-orang yang menyalahkan keadaan, menjadikannya kambing hitam, dan memendam rasa iri yang tidak baik kepada orang lain sebagai pembenaran atas ketidakberdayaan yang menimpanya. Membungkus alasan-alasan itu sebagai hiburan atas nasib buruk yang dialaminya. Menyembuhkan luka dengan membuka luka yang lain. Padahal dia sendiri tidak paham bagaimana orang lain membayar kesuksesan dengan pengorbanan dan air mata. Kasihan, orang-orang seperti itu memang patut untuk dikasihani. #rumput tetangga memang selalu terlihat lebih baik daripada rumput sendiri, tapi siapa tahu barangkali itu rumput palsu.

Tribute to Kak Tentri

Pernah ketemu orang yang super duper baik? Pernah kepikiran gak sih, kok ada ya orang kayak gitu? Kalau dekat-dekat dia bawaannya adem... surga berasa lagi bocor, dan sepertinya salah satu bidadari surga itu ada di dekatmu.. Yup, aku pernah. Pas ketemu dia awal-awal tu rasanya aneh (hahaha.. maklumlah aku kan orangnya rada-rada devil gitu pas zaman SMA, cuek abis, ehh malah ketemu sama sosok kakak yang perhatian -___-). Orang asing tapi terasa dekat dan begitu baik. Namanya kak Tentri, terdiri dari bahasa inggris angka 10, ten dan tiga, tri; jadi kalau digabung Tentri. Begitu jelasnya. Kakak ini murah senyum deh, penyuka warna biru, bahkan sampai undangan pernikahannya pun warna biru juga :D Pertama dipertemukan itu di forum melingkar kelas X5 (Excited Extrem, anaknya macem-macem, suka bikin ulah yang aneh-aneh, dan paling doyan bercanda). “yasudah yuk kita mulai, nanti materinya di catat ya..” pinta kak Tentri. “yaaah kak, kita gak punya buku catatan kak..” kata anak ya

Be Brave

Ketika semakin banyak yang harus kamu ingat, Justru semakin membuatmu lupa. Ketika kesibukanmu bertambah, Ketika sumber daya yang kamu miliki terbatas, Ketika kebuntuan menjadi bayang-bayang, Dalam titik ketidakberdayaan, Dekaplah ini baik-baik, dalam kepala dan hatimu: “Imagination is a soul of creativity, Do your creativity to change the better society” Dan libatkan Allah, selalu. Masih ada bara, Nyalakan lagi semangat kebermanfaatan. Berani bermimpi? Maka kamu harus berani memulai. #NoteToMyself

Tak Enak Hati

aku hanya sedang tidak mengerti. siapa yang menjaga siapa. siapa yang mencoba melindungi hati siapa. entahlah. faktanya, kita sama-sama terjebak dalam rasa tak enak hati.

Mungkin, kalau ikhlas

aku tidak memintamu untuk memaafkan, apalagi melupakan aku tahu itu sulit, bagi hati yang terlanjur luka sepertimu mungkin khilaf yang ku toreh terlampau dalam tapi aku hanya ingin kamu mengerti memaafkan itu melegakan. (Mungkin, kalau ikhlas)