“Demi
Allah, wahai sahabatku, sudahkah
pemahaman umat Islam dewasa ini seputar Al Qur’an mencapai tingkat pemahaman yang diharapkan?
Sehingga
dengan demikian jiwa-jiwa mereka telah menanjak tinggi dan mulia, dengan
melepaskan diri dari belenggu perbudakan materi?
Ataukah
jiwa mereka telah merdeka dari penjajahan hawa nafsu dan syahwat?
Atau
bahkan jiwa mereka telah terkikis dari keinginan-keinginan dunia yang sesaat?
Sudahkah mereka mengikhlaskan
dirinya pada Allah Sang Pencipta langit dan bumi?
Sudahkah mereka berjuang
meninggikan kalimat Allah di permukaan bumi?
Telahkah mereka berjihad di jalan
Allah, menebarkan dakwah Islam, dan
sudahkah mereka berupaya melindungi dan
memperjuangkan syariat Islam ini?....”
Kutipan
pertanyaan-pertanyaan Imam al-Banna dalam buku Ila Ayyi Syai’i Nad’u an-Nas melalui buku Fathi Yakan Madza Ya’ni Intimaa’i lil Islam inilah yang terngiang di telinga,
berputar-putar di kepala dan menghujam ke hati. Sudahkan pemahaman itu menjadi
pemahaman yang kaffah, pemahaman yang
purna? Apalagi ketika dihadapkan pada amanah untuk menyampaikan pada sesama,
kurangnya pemahaman justru bisa jadi boomerang, atau dampak mudharat
akan lebih banyak karena pemahaman yang sepenggal-penggal.
#Astagfirullah
Mohon
ampun atas segala kebodohan hamba ya Allah.
“..Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaha:114)
Ya
Allah, jadikanlah aku pemerhati-pemerhati ilmu, bukan sekedar
penyampai-penyampai ilmu.
#Kontempelasi
tentang syiar
Komentar
Posting Komentar