“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok
gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...” celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di
sebuah forum.
Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang.
Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a
korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah
koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya
adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang
tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan
itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal
terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara
komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan,
lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”?
Tidak, bahkan
sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tulisan) seorang
ketua LDK (yang bahkan nama dan asal LDKnya pun saya tak tahu, ini hasil
simpulan saya semata bahwa beliau adalah ketua LDK dari hasil menganalisis
tulisannya), korwat memiliki fungsi yang strategis dalam alur koordinasi sebuah
struktur kepanitian. Berikut isi tulisan beliau:
***
Korwat perannya
sangat signifikan dalam menjaga keseimbangan departemen dan sebagai penjaga
nilai dari sebuah departemen. Terutama
dalam kondisi dakwah kampus yang menjaga nilai adab antara muslim dan muslimah.
Selain itu muslimah membutuhkan pendekatan khusus dalam berdakwah, sehingga
metoda “cuek” dan “terlalu rasional” pria terkadang tidak cocok, dibutuhkan
pendekatan “hati ke hati” terhadap kader muslimah, dan itu hanya bisa dilakukan
oleh seorang korwat.
Sejauh pemahaman
saya dan disempurnakan oleh hasil diskusi dengan dua korwat berpengalaman ini,
saya bisa menyimpulkan beberapa hal yang menjadi peran strategis utama yang
hanya bisa dilakukan oleh korwat.
Managerial
Peran strategis
pertama adalah me-manage atau
mengatur dan memimpin para muslimah dalam sebuah departemen atau kepanitiaan.
Mengkoordinir muslimah, begitulah peran pertamanya. Bagaimana seorang korwat
bisa mengetahui dengan dalam setiap individu muslimah dalam tim serta
membimbing mereka agar produktifitas dakwah berjalan. Biasanya dalam kondisi
butuh keputusan mendesak, dibuat dua forum dalam sebuah tim, dibagi berdasarkan
gender. Dan korwat lah yang memimpin para muslimah ini. Ia pula yang diharapkan
dapat sebagai tempat curhat bagi para muslimah yang berada dalam tim, ia
yang selalu memberi motivasi dan memberi ucapan selamat atas keberhasilan
kepada para muslimah.
Upgrading
Meningkatkan
kapasitas internal setiap anggota tim yang muslimah. Korwat berperan sebagai
guru yang memberikan pengetahuan , pengalaman dan saran agar para muslimah
dapat menjalankan beban dakwah yang ada dengan baik. Peningkatan kemampuan
internal ini adalah bagian dari kaderisasi departemen yang memang harus
dilakukan. Harapannya dalam kaderisasi ini seorang korwat dapat membentuk calon
penggantinya di kemudian hari.
Controlling
Memantau
kesehatan dan kebahagiaan kader muslimah dalam menjalankan amanah dakwah.
Kesehatan yang dimaksud terkait dua hal, kesehatan fisik yang dipengaruhi oleh
asupan gizi, lama waktu istirahat dan olahraga yang dijalankan. Serta kesehatan
ruhiyah yang dipengaruhi oleh ibadah yang dilakukan,
kepahaman, dan kedekatan kepada Allah. Serta tingkat kebahagiaan atau enjoyment dari kader dalam menjalankan
agenda dakwah. Oleh karena itu seorang korwat diharapkan dapat memantau kader
muslimah dari sisi ini, dan memberikan treatment
khusus jika ada masalah atau kendala pada kader.
Penampung Aspirasi
Muslimah
mempunyai taste and reference tersendiri
dalam berpikir dan mengambil keputusan. Oleh karena itu seorang korwat dituntut
untuk dapat memancing aspirasi yang ada diantara para kader muslimah dan
menampungnya dan menyampaikannya ke kepala departemen atau untuk dibahas di
rapat. Selain itu diharapkan seorang korwat dapat menyelesaikan masalah
internal muslimah dengan segera. Termasuk pula menampung dan menindaklanjuti
aspirasi kader pria terhadap kader perempuan.
Komunikasi Dengan Kader Pria
Fungsi
komunikasi seperti melanjutkan pesan dari kepala departemen terkait rapat dan
sebagainya, dan menyampaikan usul-usul dari muslimah yang mungkin sulit untuk
mengungkapkan pemikirannya. Dalam sebuah rapat, saya selalu memperhatikan
posisi duduk seorang korwat selalu yang paling dekat dengan pria. Ini seperti
“penjaga” dari para muslimah dan “pemimpin” dalam sebuah rapat.
Memimpin eksekusi agenda khusus muslimah
Sebagai contoh
dalam departemen kaderisasi, dimana terdapat kaderisasi khusus muslimah.
Seorang korwatlah yang akan memimpin rapat, eksekusi dan lain-lainnya. Atau
dalam persiapan sebuah acara dimana, kader muslimah diminta untuk mengerjakan
bagian tertentu bersama, maka seorang
korwat yang mengkoordinir dan sebagai penanggungjawab tugas tersebut.
Penyeimbang dan back up kepala departemen
Bisa dikatakan
secara informal seorang korwat adalah wakil ketua departemen dimana ia
pengambil kebijakan tertinggi kedua setelah kepala departemen. Selain itu
korwat diharapkan mampu memotivasi staff muslim untuk memimpin rapat untuk
pengambilan kebijakan jika seorang kepala departemen sedang berhalangan atau
bermasalah. Korwat diharapkan juga dapat sebagai penyejuk departemen yang
mungkin terlalu dikejar deadline dan
rasionalisasi seorang pria. Ia diharapkan dapat sebagai penasehat moril
departemen. Peran korwat dalam memberikan motivasi secara khusus kepada kepala
departemen untuk memastikan bahwa roda departemen tetap berjalan. Dengan tetap
menjaga batasan syariah, seorang korwat dapat menjadi teman diskusi dan
berpikir seorang kepala departemen terkait permasalahan di departemennya.
***
Jadi kalau dikaitkan dengan kondisi pertanyaan si ikhwan di awal tadi,
bisa jadi kasusnya adalah akhwat-akhwat lain di forum itu belum bisa
mengungkapkan pendapatnya secara langsung. Akhwat-akhwat tersebut lebih nyaman
menyampaikannya kepada salah seorang akhwat yang dianggap mampu menyuarakan
pendapat mereka. Tak heran kadang beberapa ikhwan, kasarannya mengecap kebanyakan akhwat “bisu” dalam forum. Padahal
bila akhwatnya bicara panjang lebar, belum tentu juga didengarkan, atau kalau
bosan mendengarkan justru dibilang “bawel”. Nah kasian kan akhwatnya (hehehe,
afwan ya klo agak tendensius, maklum penulisnya juga akhwat :P)
Untuk para ikhwan yang sedang atau nantinya akan menjadi
koordinator/pemimpin, diharapkan lebih bijak dalam memandang suatu kasus atau
permasalah lainnya berkaitan dengan akhwat. Karena tak jarang masalah-masalah
besar justru timbul karena masalah klasik dan sepele : miss communication, atau malah gagal komunikasi, tidak sejalan
antara ikhwan dan akhwatnya.
Untuk para korwat, mantan korwat, atau calon korwat masa depan, sudah
tahu kan fungsi-fungsinya tadi. Ayo lebih belajar memahami, karena memang jalan
pikir ikhwan dan akhwat sedikit berbeda. Ayo ditata lagi keluh kesahnya, yang
namanya koordinator mentalnya harus diiusahakan lebih kuat daripada anggota
akhwat lainnya. Hamasah !
Catatan penulis: afwan ya, selama setahun jadi korwat di awal HIKMAH
terbentuk, belum bisa maksimal menjalankan amanah. Mungkin sugi, nisfil,
khadijah, dan teman-teman HIKMAH periode awal-awal paling tahu, saya tipe orang
yang cuek, bukanlah orang yang mudah untuk bicara “dari hati ke hati”, bukan
juga orang yang terbiasa bilang kangen atau ana uhibbukumfillah. Atau justru
korwat yang bisa siap sedia di sekret akhwat. Selepas amanah, digantikan dengan
ukh Ditya, yang lebih semangat dan lebih bisa merangkul teman-teman akhwat
hikmah, yang rajin sekali mengabsen teman-teman akhwat HIKMAH satu per satu.
Tapi yang jelas, saya belajar banyak dari kalian. Saya optimis korwat yang
sekarang maupun korwat-korwat masa depan akan lebih baik dari ini.
Komentar
Posting Komentar