Langsung ke konten utama

Partner Masa Depan


Coba tengok Laki-laki itu. Dia cerdas, berkarakter, dan pemimpin yang dsegani. Kepemimpinannya sudah teruji diberbagai keorganisasian yang ia ikuti. Bicaranya menggebu-gebu, bergelora, membangkitkan semangat orang-orang yang ia ajak bicara. Idealisme menghujam pada dirinya, Aktivis sejati. Setumpuk agenda yang dijalani tidak membuatnya kehilangan semangat. Dahsyat sekali.
Sekarang coba lihat lelaki ini. Ada juga dia, lelaki lemah lembut layaknya Usman bin Affan. Perangainya terjaga, supel, tak hendak meninggalkan bekas luka pada orang-orang sekitarnya. Atau dia yang lain, sosok gemilang, yang prestasinya menyilaukan mata, tidak mudah menyerah, menang di ajang berkompetensi dengan sederet title juara. IPK di atas 3,5! Mengagumkan bukan?
Bahkan ada juga orang yang secara fisik, Allah memberikan kelebihan pada mereka. Mereka tampak seperti “malaikat”, yang mayoritas perempuan bila melihat mereka hampir-hampir hilang kewarasannya. Seperti Yusuf as. yang membuat Zulaikha terjebak khilaf, dan perempuan-perempuan lain pada masanya tak terasa mengiris jari mereka sendiri.

Setiap perempuan pasti bertanya, Lalu lelaki seperti apa yang akan menjadi pendampingnya kelak?
...perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)...” (QS An Nur [24]: 26)
Nah ternyata jawabannya sudah jelas ada, tertera pada surat cinta yang Allah berikan pada manusia, Al Qur’anul Karim.
Ternyata partner hidup kita tak jauh-jauh, dia seperti cerminan kita. Laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik. Daripada tiap hari menggalau balau di status facebook, twitter, atau media sosial lainnya, bukankah lebih baik memperbaiki diri untuk jadi lebih baik. Berusaha memantaskan diri terlebih dahulu, memeriksa kembali, sudah pantaskah kita memiliki partner hidup yang ideal? Bukan sebatas kemauan tanpa ada upaya. Itu namanya dream day alias ngimpi di siang bolong.

Memang, mencari partner masa depan tidaklah semudah membeli kacang goreng. Karena partner masa depan hidupmu adalah setengah dari agamamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selaman...

Ruhiyah dan Dakwah

Assalamua’alaykum, silahkan dibaca, Semoga bermanfaat.. :D Materi 1 : ma’rifatu dakwah Secara bahasa, ma’rifat artinya mengenal dan dakwah artinya menyampaikan. Pengertian dakwah menurut fiqih dakwah yaitu : a)       Dakwatunnas illallah, yaitu mengajak manusia kepada Allah. Melakukan sesuatu dengan tujuan ridho Allah, bukan karena figuritas seseorang. b)       Bil hikmah wal ma’uizzatil hasanah, yaitu dilakukan dengan hikmah dan dengan pelajaran yang baik. c)       Hatta ya’furu bitthagut wa yu’minubillah, yaitu sampai yang diajak mengingkari yang thagut (sesembahan selain Allah). d)       (afwan, yang ini lupa bahasa arabnya apa...hehe), pokoknya agar manusia keluar dari kegelapan (jahilliyah) dan menuju kepada cahaya (islam).

Menggali Ke Puncak Hati

Menggali ke Puncak Hati . Alhamdulillah di bulan Ramadhan lalu jadi punya waktu lebih banyak untuk baca buku, salah satunya karya ust. @salimafillah. Buku setebal 312 halaman ini terbitan dari @proumedia Yogyakarta Sebuah judul yang cukup unik disajikan dari buku ini. Menggali itu kan identik dengan tujuan ke dasar, tapi menggali di buku ini disandingkan dengan puncak. Why? Penulis menuturkan bahwa menggali artinya menemukan dan mengasah segala potensi yang Allah berikan di dalam diri kita. Ke puncak, sebab segala niat, kata, maupun amal gerak yang disusun dalam buku ini semata hanya ditujukan pada Allah. Dan hati, karena dari sanalah semua bermula sebagai niat yang harus dijaga & diperbaiki, serta bermuara sebagai ridha atas segala yang datang dari-Nya. Menggali ke puncak hati merupakan perjalanan menuju keikhlasan terpuncak saat kita berikrar, "sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, & matiku semuanya adalah untuk Allah Rabb semesta Alam." S...