Langsung ke konten utama

Another Bad Habit.

ia tidak dapat ditekan, dipaksa, dan bekerja di bawah target yang ketat. jika ia tidak menyukai tugas tersebut, rasa malas, takut, bimbang menyergapnya. akhirnya ia membiarkan semua tugasnya terbengkalai.
jika ia merasa tak ada gunanya belajar untuk ujian besok, ia tak akan menyentuh materinya, dan membiarkan ujian itu lewat saja di depan matanya.

saya meyakinkan diri bahwa apa yang saya lakukan adalah benar. bahwa menahan otak, ambisi, dan kemampuan diri ini adalah agar kami dapat berdiri pada ketinggian yang sama. butuh waktu bertahun kemudian, untuk menyadari bahwa seharusnya kalimat itu berbunyi "agar kami dapat berdiri pada KERENDAHAN yang sama".

#dikutip dari buku "la tahzan for broken muslimah"

***
cerita ini mirip seperti kejadian sehari-hari. seperti ketika diri berkeinginan untuk menjadi yang lebih baik, ada saja orang-orang yang tak berani keluar dari kungkungan zona nyaman. dongkol! mungkin kata yang tepat untuk merepresentasikan perasaan hati, ketika mencoba hal baru ada saja orang-orang yang berkata "mundur". kayak gak punya keyakinan saja. lemah.
pengennya ya, kalau menghadapi orang-orang seperti itu, menyekap mulutnya, mengikat dia, dan buang ke laut saja. atau nyuruh dia nguras lautan pakai gayung batok kelapa, biar tahu rasa (ahahahaha sadisnya). haha, daripada pikiran orang-orang seperti itu meracuni orang-orang yang ingin berkembang. membuat tunas harapan mati sebelum berkembang. fuaaah >.<"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IBNU KHALDUN

Biografi Ibn Khaldun, nama lengkapnya adalah Abdu al-Rahman ibn Muhamad ibn Muhamad ibn Muhamad ibn al-Hasan ibn Jabir ibn Muhamad ibn Ibrahim ibn Khalid ibn Utsman ibn Hani ibn Khattab ibn Kuraib ibn Ma`dikarib ibn al-Harits ibn Wail ibn Hujar atau lebih dikenal dengan sebutan Abdur Rahman Abu Zayd Muhamad ibnu Khaldun. Abdurrahman Zaid Waliuddin bin Khaldun, lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H atau 27 Mei 1332 M.  

Sebuah Nasihat yang (Tidak) Perlu Dimasukkan ke Hati

Jarang-jarang temanku berpendapat sebegini panjangnya. "Ning, selama berhubungan dengan manusia; ketulusan itu utopis banget. Apalagi zaman sekarang. Naif namanya kamu percaya dengan hal itu. Nih ya, mungkin kamu engga sadar; sebenernya orang-orang yang memberi kebaikan mereka ke kamu diam-diam mereka sedang menganggapmu seperti celengan. Suatu saat mereka pasti akan meminta kembali kebaikan itu darimu dalam bentuk yang lain. Lalu ketika kamu tidak bisa atau memilih untuk tidak ingin mengembalikan itu; mereka mulai mengungkit-ungkit aset apa yang sudah ditanamkannya  kepadamu. Kemudian dengan bias, kamu dianggap tidak sadar diri, tidak tahu balas budi, tidak tahu caranya bersyukur pada mereka. See??? Waspada saja kalau banyak orang baik yang terlalu baik disekitarmu, ingat ya; di dunia ini tuh gak ada yang mananya gratisan. Jangan percaya, bohong! Mungkin mulanya kamu sulit melihat ujungnya, tapi pasti ada yang tersembunyi dibalik itu. Terserah sih ma...

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selaman...