Langsung ke konten utama

Sanggup Sabar?

Bagi kita-kita yang sering keBANGETan keponya tentang sesuatu,
yang sering SOTOY atas pengetahuan yang dimiliki (walau sebenarnya pengetahuan yang kita miliki relatif kecil dibandingkan dengan yang lain),
yang seringnya NYAMBER aja kayak kabel listrik padahal orang lain belum selesai dengan kalimat-kalimatnya, lantas dengan tidak sabar kita potong dengan komentar-komentar pribadi yang kita anggap benar,
atau kita yang justru memperunyam masalah dengan minimya pengetahuan tapi masih saja berlagak ‘SOK IYE’ dan pengen banget dianggap EKSIS dengan penghormatan orang lain atas diri kita,
Maka ada baiknya kita memperhatikan sepenggal kisah Musa a.s dengan Khidr a.s. yang diceritakan dalam Al Qur’an:

Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”
Dia menjawab, “Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”
Dia (Musa) berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.”
Dia berkata, “jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku menerangkannya kepadamu.”
Maka berjalanlah keduanya, hingga ketika keduanya menaiki perahu lalu dia melubanginya. Dia (Musa) berkata, “mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya?” Sungguh, engkau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
Dia berkata, “bukankah sudah kukatakan, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?”
Dia (Musa) berkata, “janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.”
Maka berjalanlah keduanya, hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia membunuhnya. Dia (Musa) berkata, “mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.”
Dia berkata, “bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?”
Dia (Musa) berkata, “jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar) menerima alasan dariku.”
Maka keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka (penduduk negeri itu) tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh (di negeri itu), lalu dia menegakkannya. Dia (Musa) berkata, “jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.”
Dia berkata, “inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya. Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja dilaut; aku bermaksud merusaknya, karena dihadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu. Dan adapun anak muda (kafir) itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran. Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya). Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya
Tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.”
(QS. Al-Kahf: 66-82)

Dalam sejarah yang lain, pernahkah kita merenungkan, bagaimana jadinya saat Rasulullah pulang ke rumah setelah menerima wahyu yang membuatnya menggigil hebat, kemudian istrinya, Bunda Khadijah r.a tidak mampu bersabar dan hal pertama yang dilakukannya adalah memaksa bertanya pada Rasulullah “ada apa sebenarnya?” entah apa jadinya riwayat kenabian, dakwah, dan etika pergaulan kini.

Ya Allah, jauhkanlah diri ini dari sifat tergesa-gesa, dari sifat ketidakjelian dalam memahami keadaan, dan dari ketidakmampuan untuk menahan diri sendiri.
#NoteToMySelf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Nasihat yang (Tidak) Perlu Dimasukkan ke Hati

Jarang-jarang temanku berpendapat sebegini panjangnya. "Ning, selama berhubungan dengan manusia; ketulusan itu utopis banget. Apalagi zaman sekarang. Naif namanya kamu percaya dengan hal itu. Nih ya, mungkin kamu engga sadar; sebenernya orang-orang yang memberi kebaikan mereka ke kamu diam-diam mereka sedang menganggapmu seperti celengan. Suatu saat mereka pasti akan meminta kembali kebaikan itu darimu dalam bentuk yang lain. Lalu ketika kamu tidak bisa atau memilih untuk tidak ingin mengembalikan itu; mereka mulai mengungkit-ungkit aset apa yang sudah ditanamkannya  kepadamu. Kemudian dengan bias, kamu dianggap tidak sadar diri, tidak tahu balas budi, tidak tahu caranya bersyukur pada mereka. See??? Waspada saja kalau banyak orang baik yang terlalu baik disekitarmu, ingat ya; di dunia ini tuh gak ada yang mananya gratisan. Jangan percaya, bohong! Mungkin mulanya kamu sulit melihat ujungnya, tapi pasti ada yang tersembunyi dibalik itu. Terserah sih ma...

IBNU KHALDUN

Biografi Ibn Khaldun, nama lengkapnya adalah Abdu al-Rahman ibn Muhamad ibn Muhamad ibn Muhamad ibn al-Hasan ibn Jabir ibn Muhamad ibn Ibrahim ibn Khalid ibn Utsman ibn Hani ibn Khattab ibn Kuraib ibn Ma`dikarib ibn al-Harits ibn Wail ibn Hujar atau lebih dikenal dengan sebutan Abdur Rahman Abu Zayd Muhamad ibnu Khaldun. Abdurrahman Zaid Waliuddin bin Khaldun, lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H atau 27 Mei 1332 M.  

Itinerary Gunung Papandayan 2018

Pendakian saya ke Gunung Papandayan kali ini ditemani oleh 4 orang. Pertama Amir, dia adalah teman sekelas saya ketika S1 di jurusan komunikasi. Kedua ada Ajeng, teman satu kampus, satu organisasi, juga teman mengaji bareng. Ketiga Esa, Esa adalah teman sekelasnya ajeng di jurusan teknik informatika. Dan terakhir ada Ryan. Ryan adalah temannya Amir. Kami berlima janjian untuk bertemu di titik kumpul Terminal Kampung Rambutan. Saya datang pertama, kemudian Ajeng dan Esa. Sambil menunggu Amir dan Ryan, kami bertiga makan malam dahulu dengan nasi padang. Tak lama kemudian Ryan tiba. Setelah Amir datang dan semua anggota lengkap kami langsung naik bis ekonomi AC meluncur ke Garut.  Kami berangkat sekitar jam sembilan malam. Tiba di Terminal Guntur-Garut jam setengah tiga pagi. Udara dingin mulai terasa menusuk kulit. Di sini saya dan teman-teman sempat diminta oleh seorang pemuda untuk memberinya sekian uang. Sepertinya ia mabuk, terlihat dari pupil matanya dan mulutnya ya...