Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Maksimalkan Fungsi Otak

Memaksimalkan fungsi otak saat dewasa, memang bisa? Setelah seseorang memasuki usia dewasa, apakah otak masih bisa berkembang? Jumlah sel otak manusia paling banyak adalah semasa bayi. Golden age otak ada di masa balita. Seiring dengan bertambanya usia, jumlah sel otak akan mengalami penurunan. Namun bukan berarti penurunan jumlah sel otak ini membuat otak manusia menjadi stagnan. Mayoritas orang meyakini bahwa seiring dengan usia yang menua maka otak manusia tak lagi bisa berkembang. Padahal otak manusia masih bisa berkembang selama nutrisi otak tercukupi meski jumlahnya memang menurun. Ternyata otak manusia berkembang optimal pada umur 20 sampai 40 tahunan. Menurut pengamatan spesialis otak dari Jepang, Toshinori Kato M.D., P. hD., otak manusia mulai mengalami perkembangan fungsi setelah manusia hidup aktif di masyarakat dibanding semasa sekolah. Pada saat sekolah, manusia hanya menggunakan bagian otak tertentu yang sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan di sekolah. Sehin

Peternakan Bintang di Langit-Langit Kamar

Kamu tahu, langit-langit kamarku sepi dan gelap. Ada saatnya bintang lahir. Tiap aku punya impian yang ingin aku wujudkan, maka saat itu pula satu bintang di langit-langit kamar lahir. Bintang yang kemudian menempel di ketinggian langit-langit kamar. Awalnya hanya satu bintang. Tapi semakin banyak orang yang hadir di hidupku, lama-lama banyak juga impian yang ingin aku lakukan untuk mereka. Dan langit-langit kamarku menjadi peternakan bintang. Akan ada saatnya satu persatu bintang di langit-langit kamar berjatuhan. Itu adalah saat di mana satu persatu impian jadi nyata. #sabtulis

Reborn

I hate my self. Aku benci diriku yang terlalu banyak gagal karena kelemahan dan kekurangan diri sendiri. Aku benci diriku yang  yang sudah banyak berusaha, tapi semua terasa sia-sia. Aku benci pada diriku, yang hanya bisa diperdaya oleh orang lain. Aku juga benci pada lingkunganku yang kejam dan oportunis.  Semuanya membuatku stuck dan tak berkembang.  Aku sendirian dan kesepian. Lama-lama aku marah dan iri melihat orang lain.  Tiap hari aku tersiksa, tapi mengapa orang lain bisa sukses dan bahagia. Apa yang salah? Adakah yang membenci diri sendiri seperti itu? Jangan-jangan perasaan marah, iri, dendam, dan sakit itu hanya ada pada diri kita sendiri yang sedang memelihara perasaan dan pikiran negatif. Segala rentetan kegagalan, kesialan, dan kerugian yang dialami dikarenakan perasaan dan pikiran negatif yang terkunci di dalam hati. Hati kita tidak ikhlas, sulit menerima, lalu menjadi sesak dan dunia kita terasa sempit karenanya. Bagaimana caranya agar bisa