Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Belajar Menjadi Ibu Profesional

Setelah mengikuti kelas matrikulasi institut ibu profesional, ada banyak hal yang membuat mata saya terbuka lebih lebar. Ternyata menjadi ibu profesional itu tidak instan. Ada serangkaian proses yang perlu dipahami dan dijalani seorang perempuan. Baik dalam hal kapasitasnya sebagai seorang individu, seorang istri, maupun sebagai seorang ibu. Setiap proses-proses itu tentu ada pembelajaran dan ilmunya tersendiri. Dan seperti nasihat dari Imam ghazali bahwa ilmu itu bukanlah yang dihafal, melainkan yang ada di dalam dada; maka konsekuensinya dalam setiap pembelajaran di kelas ini dituntun agar dikerjakan secara nyata akan benar-benar terpahat di dada. Berikut saya akan mengulas beberapa hal yang menarik dari materi di kelas matrikulasi. #Week 1 Pada minggu ini, kami belajar tentang adab. Bahkan adab terhadap ilmu itu sendiri penting untuk diketahui. Sebab adab adalah prasyarat atas baiknya ilmu dan amal yang dijalankan. Menuntut ilmu sendiri merupakan proses untuk meningkatkan

Memahami Orang Lain

Mengapa kita tertarik untuk memahami orang lain? Kita cenderung tertarik memahami orang lain karena mereka punya peranan penting dalam hidup kita. Kita seringkali menghabiskan banyak waktu untuk mencoba mengerti perilakunya. Kita akan selalu mencoba memahami mereka dengan meneliti emosinya dan menafsirkan perilakunya. Kadang kala yang kita lakukan itu tepat tapi tentu tidak selamanya berhasil. Dalam psikologi, proses ini bisa disebut sebagai persepsi sosial; yakni proses-proses yang kita gunakan untuk mencoba mengetahui dan memahami orang kita. Dengan persepsi sosial, kita melatih kemampuan untuk membaca orang lain. Lebih lanjut hal ini bisa berguna untuk melatih empati kita terhadap orang lain. Apa yang kita lakukan saat kita membentuk persepsi sosial? Kita sangat tertarik untuk memahami dan mencari tahu bagaimana perasaan orang lain saat ini -terlebih mereka yang kita anggap spesial di hati, kita tentu akan memikirkan mereka lebih banyak daripada orang lain. Ketika kita

Profesi Membangun Peradaban

Menjalani hidup sebagai seorang dosen adalah sebuah profesi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Perasaan nervous tentang ilmu yang belum seberapa dan pengalaman dalam dunia praktis yang masih minim bisa dibilang sempat menjadi kekhawatiran tersendiri. Tapi bukan berarti kekhawatiran itu jadi palu untuk memukul mundur. Justru ketika dijalani, kekhawatiran tersebut berubah menjadi tantangan tersendiri untuk meningkatkan kapasitas diri sebagai seorang dosen. Sebelum terjun ke dalam misi ini, saya sempat di- braindstorming oleh salah satu senior sekaligus dosen saya selama dua jam lebih. Kami berdiskusi tentang bagaimana semestinya menjalani pilihan hidup yang satu ini. Saya berterima kasih sekali pada beliau yang sudah berbagi pengalamannya secara terang-terangan pada waktu itu. Pencerahan dari beliau sedikit banyak memberi solusi dan kemantapan untuk menjalani profesi ini dengan sepenuh hati. Kalau ditanya apa saja suka duka sebagai dosen muda, wah nano-nano rasanya. Mulai

Aku Tidak Membencimu (Hujan)

Aku tidak membencimu, hujan. Meski kamu sering datang mendadak tanpa kabar dari mendung. Mau bagaimana lagi, Aku menyesuaikanmu. Aku tidak membencimu, hujan. Meski kilat dan gemuruhmu itu kadang membuatku menciut. Aku tidak membencimu, hujan. Meski derasmu yang terus menerus bisa saja membuat atapku bocor. Aku tidak membencimu. Tidak. Aku ingin menjadi temanmu. Kudoakan semoga kamu menjadi hujan yang baik, Hujan yang bermanfaat.

Musim Semi

Musim berganti, begitu juga hatimu yang hampir mati membeku pada musim lalu Udara musim semi adalah nafas baru Setelah kau ikhlaskan tanpa banyak lagi bertanya mengapa begini mengapa begitu Ia mengirimkan padamu cahaya! Matahari yang sempat hilang -  kini timbul diantara pucuk daun muda Segala perubahan musim membuatmu tumbuh dan berkembang "Esok semoga lebih baik", adalah doa yang kau langitkan siang dan malam Mudah-mudahan Ia mengizinkan ____________________ Depok, 10 Maret 2018; Tulisan ini merupakan bagian dari #sabtulis. Sabtulis (Sabtu Menulis) adalah gerakan menulis di hari Sabtu. Kamu bisa menuliskan tentang gagasan, cerita, puisi, prosa, ataupun hal lain yang ingin kamu ekspresikan melalui tulisan. Yuk Ikutan! Mengenal diri, mengapresiasi diri, dan menjadi lebih percaya diri.

Tentang Menulis

“Aku belajar menulis karena tahu dia suka membaca.” Salah satu kalimat dari Doktor Smile yang cukup membuat saya terkesan dari Buku ‘Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta’ karya Tasaro GK. Saya rasa kalimat itu ada benarnya dan mulai mengamininya. Setiap mereka yang ingin menulis, paling tidak ada satu hal yang harus dilakukan: kemauan membaca. Aktivitas menulis dan membaca seperti dua sisi koin, berbeda tapi saling menyatu. Saat membaca tulisan seseorang -terutama tentang hal-hal personal yang ia ceritakan- saya merasa menjadi sedikit lebih mengenalnya. Untuk beberapa kasus, tulisan-tulisan yang baik menginspirasi saya untuk hidup dengan lebih baik. Saya suka membaca, pada akhirnya itu mendorong saya belajar untuk menulis. Secara tidak langsung, tulisan-tulisan tersebut menjadi guru bagi saya. Bagi setiap penulis pemula, memulai menulis memang bukan hal mudah. Ada ide, gagasan, atau perasaan yang berkutat di kepala tapi bisa menjadi sulit untuk dituangkan dalam tulisan. Tapi tidak ada