Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

Tradisi

untuk senior masa lau : bukan kami gengsi meminta bantuanmu, hanya saja kalian selalu mencampuri urusan kami, mengangap kami terlalu lemah, apa pun yang kami lakukan selalu tak cukup. kalian mendoktrin kami ini dan itu. kalian bilang ini yang terbaik, lagi-lagi menurut kalian. suara kami hampir-hampir tak terdengar. kalian mengurung kami dengan seperangkat aturan yang wajib kami patuhi. ketika kami protes, kalian hanya bilang itu 'tradisi'

Alasan

Mulai mencari? Apa? Alasan. Untuk menolak, menghindari, atau setidaknya menunda Hal-hal yang tidak ingin Atau tidak bisa dilakukan Yang temponya jatuh dalam waktu yang hampir bersamaan. Pikiran tak akan maksimal hasilnya bila bercabang. Tapi hati-hati Diantara banyaknya alasan, Mugkin saja terselip Perangkap setan.

Rasa

Rasa itu bisa berubah. Pun makanan bisa jadi basi. Mengapa? Karena ada proses yang membuatnya jadi seperti itu. Bagaimana mempertahankan rasa awal sepanjang waktu? Pakai pengawet? Mungkin bisa, tapi tidak menyehatkan. Apalagi bila penggunaannya tidak sesuai. Yang ada, lama kelamaan mati rasa. rasa relasi kita.

Mak Jleb Jleb

                Lagi iseng liat-liat tumblr punya seseorang. Anak Fasilkom UI angkatan 2007, saya tahu beliau karena waktu itu beliau sempat jadi pembicara di salah event SMA almamater saya. Tumblrnya isinya bagus, memotivasi banget. Daripada liat-liat postingan yang isinya marah-marah atau hal-hal ga penting lainnya, sekali-kali perlu juga liat yang seperti ini. Sampailah di salah satu pagenya yang udah lama, dengan postingan : “Hati-hati ya her, jangan ketipu.. Orang yang paling sering masang status fesbuk dengan ayat-ayat Qur’an, belum tentu paling sering baca Qur’an.. Orang yang paling sering berdoa dengan “kicauan” di twitter, belum tentu yang paling dekat dengan Tuhannya.. Orang yang paling sering jadi pembicara tentang kontribusi terhadap ummat, belum tentu diterima amal kebaikannya.. Karena untuk melihat seberapa   qur’ani seseorang, lihatlah akhlak kesehariannya.. Karena untuk melihat seberapa dekat seseorang dengan Tuhannya, lihatlah seberapa ia malu berbuat dosa..

Building Bridges or Building Walls??

                I once worked in an organization where people trusted one another. Where people told the truth, shared information, did not feel afraid of getting it wrong or being a failure. When people made mistakes, they were able to admit to them openly and ask for help. Managers were more interested in what lessons had been learned from mistakes than apportioning blame. Gossip and nastiness were uncommon. People could disagree or challenge each other, knowing that it was done with positive intent. People were open, the atmosphere was supportive, problems were solved easily, there was no need to read between the lines because you could rely on the fact that people communicated honestly and no one was ‘punished’ for speaking out. Because of this strong element of trust, people worked better and relationships – whether with customers, colleagues or suppliers – were stronger and more successful.

Taekwondo oh Taekwondo

          Hari kelulusan sebentar lagi. Ransel yang biasanya berisi buku-buku pelajaran SMA ini akan berpindah ke tempat yang baru. Di sisa waktu, kami seperti berada di shelter, menunggu bus yang akan membawa kami ke tempat tujuan masing-masing. Tentunya waktu yang kami habiskan bersama tak akan selama waktu yang lalu.  Tiap dari kami hanya mampu mengandalkan kenangan untuk melepas rindu. Kenangan saat kami ngumpul di basecamp untuk nonton film horror atau action sadis sambil makan mie bebep (mie ayam yang bikin super kenyang yang adanya di sekolah sebelah), dan yang biasanya teriak itu Una, Aina dan Febri. Aku, Yayat, dan Dewi paling cuma bengong sepanjang film. “lha? Jadi intinya nih film apa?” dan mulailah perdebatan yang aneh, lebih sering diantara aku dan Dewi.           Dewi itu senangnya ngebut kalau bawa motor. Kalau Yayat digoncengin dewi, pasti helmnya dewi selalu bunyi. Kalau diurutin Dewi itu ranking satu, aku rangking dua, Yayat di nomor 3. Sayangnya Yayat masih trau

You are unique

                Temanku yang satu ini pendiam sekali. Jarang bersuara. Jika ditanya jawab seadanya. Ok, sip, siap : pasti gak jauh-jauh dari itu. 3 kata pamungkas. Ya Tuhan, saya sudah bicara panjang lebar kali tinggi sama dengan luas, dijawabnya cuma begitu doang. Kadang geregetan sih tapi kocak juga, malah jadi lucu. Apa kosakatanya emang cuma segitu? Waduh, kalau begitu kapan-kapan perlu diberi kado kamus nih. Hummmnn… tapi mungkin memang seperti itu keunikannya. Padahal saya kira dia punya respon lain, atau paling enggak ekspresinya itu jangan datar terus, kan jadi bingung juga. Saya yang salah bicara atau bukan? Atau apa? Tanda Tanya. Jadi penasaran sama dunia orang seperti itu. Seberapa sepi ya? Hha..

Lewat Diary Rahma

Sebingkai uraian : cerpen ini sebenarnya dibuat untuk memenuhi tugas pelajaran Bahasa Indonesia, waktu SMA dulu (rasanya sudah lama sekali). Dibuat pada zaman ababil, alias ABG labil. Cerpen pertama yang berhasil ada endingnya (hahaha biasanya bikin cerpen gak berending alias putus di tengah jalan). Oiya, terima kasih untuk orang-orang yang namanya sudah bersedia saya pinjam sebagai tokoh di cerpen ini (maaf, cerpen ini ternyata gak bisa kamu baca-pada waktu itu- karena datanya hilang terkena virus). Untuk memenuhi janji, saya tulis ulang, mungkin ada beberapa bagian yang tidak sama persis dengan aslinya. Selamat menikmati, sebuah cerita cinta fiksi tidak romantis, hehehe.                                                                    ****

Kesan

Pernah menemukan orang yang mirip dengan seseorang lainnya? Biasanya pernah. Tapi bagaimana jika orang itu adalah orang yang mirip dengan seseorang dimasa lalu yang memiliki kesan khusus di memorimu? Tergantung. Kalau kesannya buruk, yaaah malas sekali, mungkin akan cenderung dihindari. Kalau kesan sebaliknya??? Mendadak terserang kegamangan tiap kali melihatnya.

Si Parasit

Kadang aku merasa, aku tak sebaik apa yang terlihat, atau apa yang mereka sangka… Atau mungkin memang seperti itulah diriku yang sebenarnya. Egois, arogan, kasar, cuek, dan mudah menyakiti orang-orang disekitarku. Atau mungkin selama ini aku tak sadar, bahwa ternyata akulah si parasit, yang hanya bisa mencari keuntungan dari orang-orang disekitarku. Ahhh… aku tahu. Aku memang jahat. Walau begitu, aku merasa, aku sangat beruntung. Karena Tuhan terlalu baik, masih menutupi aibku. Tapi kamu kuharap jangan terlalu baik, terlebih padaku, si parasit. Sebab mungkin, aku tak bisa membalas kebaikan, minimal seperti yang kau beri. Kau tahu apa bedanya devil dan malaikat? Sebaik-baik devil, tetaplah ia menjadi devil. Seburuk-buruk malaikat, tetaplah ia menjadi malaikat.

Jalan Keluar

We are free to choose our response in any situation, but in doing so, we choose the attendant consequence… Rara menutup buku yang baru saja selesai dibacanya. Matanya mulai terasa lelah, tanpa sadar dia pun menguap. Lantai kamarnya yang  semakin dingin selepas hujan tak ia dipedulikan. Ia asik saja telentang, dan menelungkupkan kepalanya. Memandang kolong kasur yang kosong, dan mulai terlelap. Senyap sejenak. Tiba-tiba hp-nya bergetar. Dengan mata setengah terbuka ia menggapai benda kecil yang ada di sampingnya. Dilihatnya sms tersebut. Sms dari kak Arno, kakak seniornya. Assalamualaikum.. Info silaturahmi : Besok siapkan saja duit 30-50 ribu untuk jaga-jaga (sedia payung sebelum hujan) kata yang mengadakan acara. Makan bayar sendiri-sendiri. Afwan ada perubahan tempat, di resto depan kampus, datang ontime ya. Hatinya mulai menciut. Tadinya ia memang akan mengusahakan untuk hadir di acara tersebut. Tapi setelah membaca sms, pikirannya kalang kabut. Bagaimana?

Ngelindur

                Kemaren pulang kuliah jam 4 sore, gak seperti biasanya memang. Kemaren sedang ingin pulang cepat. Malamnya tidur cepat, ba’da isya langsung tidur. Ngantuk, kemaren terasa sangat ngantuk. Mungkin baru 5 menit bersandar di kasur, langsung terlelap. Entah apa yang terjadi semalam, aku gak sadar.                 Pagi ini tiba-tiba jadi anak yang rajin (hahahah…gak seperti biasanya). Ba’da subuh langsung menyapu. Setelah itu ngepel rumah (biasanya nyapu aja trus langsung pergi kuliah, kalau ngepel urusannya si Tika, adik perempuanku yang sedang libur panjaaang atau mungkin lagi bolos. Haha abisnya gak masuk-masuk sekolah).                 Buka fb, di beranda langsung ada statusnya dia. Dia bilang, ” Gue lagi cerita juga eh malah ditinggal tidur -_- aseeeeeeeeemmmm~ kamfret bener ni orang! =..=” Ahahaha kasian amat, ni anak satu emang kalau lagi cerita berderet kagak selesai-selesai. Tapi semalam dia cerita sama siapa? Sepertinya cuma ada aku di kamar.