Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Mengapa Kita Sering Salah Mengenali?

Sumber yang berpotensi menyumbang kesalahan dalam berpikir mengenai orang lain. Manusia bukan komputer, meskipun kita bisa berpikir secara rasional dan logis. Sekompleks apapun komputer beserta algoritmanya, jelas ia tak lebih kompleks dari manusia dengan segala pemikiran dan emosi/perasaannya ketika memutuskan untuk bertindak sesuatu; terutama yang berkaitan dengan orang lain. Aspek emosi (atau pengenalan terhadap emosi) inilah yang belum dimiliki oleh komputer. Pikiran dan emosi manusia bekerja secara dua arah. Pemikiran kita bisa mempengaruhi emosi/perasaan, sebaliknya emosi dan perasaan juga bisa membentuk pikiran kita. Tidak seperti komputer, nyatanya kita lebih jarang berpikir secara rasional daripada yang kita kira. Kita sering salah dalam mengenali orang lain, bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal berikut. 1. Bias negativitas . Kita cenderung lebih memperhatikan hal-hal negatif yang dimiliki oleh orang lain. Kita lebih cepat sadar dengan ekspresi wajah negatif ora

Menulis Untuk Sabtulis

Dear Readers ! Pertama-tama, terima kasih sudah mampir ke blog saya. Yeay, kamu beruntung karena ada persembahan khusus di minggu ini. Sebuah tulisan tentang menulis. Lho bukannya sudah pernah menulis tentang menulis, Ning? Nope , kali ini berbeda. Saya akan sedikit bercerita tentang Sabtulis , sebuah gerakan untuk bersama-sama produktif menulis. Selamat datang dan selamat menengok dapur kecil kami melalui tulisan singkat ini. Supaya asyik, saya akan ditemani oleh seorang interviewer berinisial M. Ya, pokoknya sebut saja dia M (Misteri?). M    : Apa yang menjadi ide awal memulai Sabtulis dan dengan siapa kamu memulainya? Y    : Berawal dari percakapan dengan seorang sahabat nan jauh di Timur Jawa berinisial B tentang blog. Mr. B ini bekerja dibidang media dan jurnalistik. Kebetulan Mr. B cukup aktif menulis blog dan memang pekerjaan sehari-harinya berkaitan dengan tulisan. Berbanding terbalik dengan saya yang blognya sudah dipenuhi sarang laba-laba. Terakhir aktif menulis wakt

Ruang Berbagi Sejarah

Aku membuat itu karena ingin menemaninya. Kalau tak bisa setiap hari, setidaknya sepekan sekali. Aku ingin dia tahu bahwa apa yang dilakukannya itu bukan sebuah kesia-siaan. Dan dia tak perlu melakukan itu sendirian. Akan lebih kuat kalau ada teman kan? Ah, sekalian saja kubuat dunianya ramai. Lagipula, aku tak tahu berapa lama waktu yang kupunya dengannya. Maka seandainya suatu hari nanti aku beranjak pergi, kuharap dia tidak sendirian; lebih tepatnya tidak kesepian. Aku ingin mengenalnya, dan di sisi lain aku ingin dia bisa mengenalku dengan baik. Aku mulai meminta banyak hal, sambil perlahan membuka gerbang perbatasan yang kupunya. Aku memperbolehkannya masuk melalui permintaan-permintaan anehku itu. Entah dia menyadarinya atau tidak. Entah dia mau memanfaatkannya atau tidak. Aku tidak ingin mengungkapkannya secara eksplisit. Aku ingin membuat kenangan untuknya dan semoga dia bisa mengingatnya dengan baik. Kenangan yang bermanfaat tentunya. Sebuah kenangan untuk meneman

Jelajah Batu-Malang

Tulisan kali ini merupakan kelanjutan dari cerita tentang jelajah Malang. Destinasi utama hari terakhir di Batu-Malang adalah Museum Angkut. Berhubung Sabtu ternyata jam operasionalnya siang, akhirnya saya dan sahabat saya putar haluan ke destinasi lain setelah itu baru kembali ke sini.  Tempat yang kami kunjungi yaitu Coban Rondo. Dalam bahasa Indonesia, coban artinya air terjun dan rondo berarti janda. Maka bila digabung menjadi air terjun janda, entah sejarahnya bagaimana sehingga diberi nama demikian. Menariknya di kawasan juga ini terdapat beberapa air terjun lain, namun karena musim hujan dan jalanannya belum baik jadi kami urung lihat-lihat ke sana. Jarak dari pintu masuk ke air terjun sendiri cukup jauh kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Selama perjalanan kita bisa melihat banyak pepohonan di sisi kanan dan kiri. Tempat ini cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan. Ada juga hewan yang berkeliaran di sini, beberapa monyet hutan yang sepertinya jinak dan sudah terbiasa de

Memahami Diri Sendiri

Bagaimana kita bisa mengenal dan memahami diri kita sendiri? Dalam kajian psikologi, ada dua persepsi tentang diri sendiri. Pertama sebagai “aku yang diketahui” atau biasa disebut sebagai konsep diri ( self concept ) yaitu pengetahuan mengenai siapakah diri kita. Kedua adalah “aku yang mengetahui” atau dikenal dengan istilah kesadaran diri ( self awareness ), yakni cara kita berpikir mengenai diri sendiri. Diri ( the self ) memiliki dua fungsi berupa fungsi organisasional dan fungsi eksekutif. fungsi organisasional merupakan cara seseorang mengorganisasikan pengetahuan mengenai diri sendiri seperti mencatat, memikirkan dan mengingat dirinya sendiri. Ada kecenderungan bahwa seseorang mengingat informasi secara lebih baik apabila informasi itu berkaitan dengan dirinya. Sedangkan fungsi eksekutif, yaitu diri bertugas memutuskan untuk meregulasi perilaku, pilihan-pilihan dan rencana di masa depan. Regulasi diri ini berkaitan dengan pengendalian diri. Orang dalam kondisi stres dan