Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Muktamar XII

Muktamar UKM Fajrul Islam XII tiba dipenghujung acara, dimana sehari sebelumnya hingga hari ini telah banyak hal yang dibahas, bersitegang, berbeda pemahaman, perdebatan-perdebatan kecil, dan bumbu-bumbu lainnya untuk sebuah mufakat dalam musyawarah muktamar ini. Pada detik-detik menegangkan, akhirnya ditetapkanlah nama Muhammad Fikri Amirullah sebagai pucuk pimpinan yang akan melanjutkan estafet dakwah di kampus Gunadarma tercinta. Entah apa yang dirasakan, butir-butir air mata jatuh begitu saja dari pemimpin baru kami periode 2013-2014. Dan inilah sepatah kata pesan kak Yahya, Ketua periode 2012-2013, “karena Jalan ini ke depannya mungkin akan ada kerikil-kerikil kecil, yang apabila diinjak akan terasa menyakitkan...maka tetaplah dalam kebersamaan untuk saling menguatkan..” Selanjutnya tiba giliran Kak Agung, ketua periode 2011-2012 bicara. Beliau memanggil ketua, dan mantan ketua-ketua Fajrul Islam yang hadir pada saat muktamar untuk duduk di sampingnya, dihadapan kami, p

Peristiwa Pagi

Peristiwa pagi... Dalam sebuah wejangan pesan mama: “jadi orang tua itu ya harusnya sayang sama anaknya, kasih perhatian. Jangan maunya mikirin dirinya sendiri mulu, hobinya saja yang di urus. Senang-senang sendirian, pendidikan anaknya gak jadi perhatian. Kalau sama mama, memang kami orang lain. Tapi ini kan anaknya, darah dagingnya sendiri. Kalau hari ini sama anaknya saja pelit, ngasih sesuatu gak ikhlas, ga ada kasih sayangnya...duh, gimana nanti tuanya? Gimana nanti kalau dibalikin sama anaknya? Kalau sudah tua, gak bisa apa-apa, gimana itu kalau dicuekin sama anaknya, ditinggalin, perintahnya ga dipatuhin gara-gara dulu anaknya pas minta sesuatu yang jadi kebutuhannya keseringan diacuhin...wah rasa itu! Makanya tuh! Noh mungkin banyak orang-orang yang udah renta pada tinggal di panti jompo, gak diurusin sama keluarganya.” “tapi Ning, kamu jangan begitu ya. Kalau nanti sudah sukses, sudah bisa menghidupi diri sendiri, minimal bisa bantu-bantu mama di dapur. Kalau saat i

Harusnya Kamu Tahu

Sudah berapa lama kamu kenal dia? Sudah berapa waktu yang kamu lalui bersamanya? cukup lama kan? Bukankah atas nama Tuhan, kamu pun pernah bilang kamu mencintainya? Bukankah pula kamu jelas-jelas mengikrarkan diri sebagai temannya? Bahkan saudaranya? Harusnya kamu tahu, dia itu sebenarnya orangnya pemalu dan gak enak hatian. Malu untuk menceritakan kesulitan, keresahan, kesedihannya Gak enak hatian kalau mau meminta bantuanmu justru ia takut akan menyulitkanmu Itu sebabnya dia selalu saja, seperti yang kamu bilang, menyelesaikan semuanya sendirian. Kamu bilang dia itu orangnya kuat, tegar, kokoh. Aaah, kamu bergurau! Dia itu sama sepertimu, mudah rapuh. Kamu gak pernah memperhatikannya ya? Atau kamu yang gak pernah benar-benar mencoba mendengarkannya? Hei kamu, dia itu pernah kecewa dengan mahluk sepertimu, manusia Kapok dengan keegoisan. Kamu tahu, setiap ia ingin mengatakannya kepadamu Semuanya terhenti ditenggorokan, ditelan, dipaksanya masuk kemba

Celotehan Anak TPA

Suatu sore di Masjid Kampus... Aku hendak keluar Masjid, sudah saatnya pulang. Tak sengaja bertemu dengan anak-anak TPA, dina dan adiknya yang jalan bergandengan tangan masuk ke Masjid. “kakaaaaakk..salim salim.” Serunya.  “dina, sama adiknya yaa.. waaa lucunya.” Mereka berdua itu imut-imut, baby face gitu. Adiknya masih kecil, mungkin seusia 3 tahunan. Tiba-tiba dengan wajah polos dia bilang, “kakak, kakak kok pakai baju ini sih? Kakak hamil yaaaa?” Hhhaaaaa? Alis naik! Ahahaha.. ketawa heran aja mendengar celotehannya tentang baju gamis. Jangan-jangan anak zaman sekarang salah kaprah lagi, menyamakan baju gamis dengan baju orang hamil -________-“ yaampun. Kujawab saja, “ iya, nanti kakak bikin dede bayinya pakai tepung yah. Hahaha...” Ada-ada saja.

Bagaimana jika semuanya… (#Pelangi Jilbab)

Dunia kampus, dunia yang baru bagiku. Karena ruang dan waktu antara dunia SMA dan kampus berbeda, dan selalu saja jadwalku bentrok ketika pertemuan halaqoh, aku ditransfer. Disini aku bertemu dengan kak Nadia. Dia manis, tutur katanya lembut, dan sangat feminin. Hampir enam bulan kami bertemu dalam naungan organisasi yang sama, Fajrul Islam. Suatu sore, kami duduk berdua di bawah pohon rindang, pelataran kampus. Memandang awan yang berarak, diantara jingga langit sore itu. Angin sepoi sesekali melambaikan jilbab kami. Lalu kak nadia memandang sekitar, sejenak mengamati mahasiswi dan mahasiswa yang berlalu lalang di depan kami. “Ning…” sapanya lembut memulai pembicaraan. Menyebutku dengan nama, Ning. “Coba kamu perhatikan deh , mahasiswa di kampus kita banyak ya.” “Iya kak, bahkan ada julukan baru : Kampus Sejuta Umat ! haha, kampusnya dimana-mana. Bahkan hari Minggu juga dipakai praktikum.” Jawabku semangat. “Ning, kakak pengen deh, bagaimana jika suatu hari semua perem

Jejak 22 #versilain

Judul : Jejak 22 deskripsi : design by megawati, coloring by yuning

Aku, Kamu, dan Jilbab Kita (#Pelangi Jilbab)

Walaupun banyak kakak kelasku yang berjilbab, tapi dikelasku, aku masih merasa menjadi minoritas alias limited editon . Setiap jum’at siang, aku dan beberapa teman sekelasku mengikuti mentoring. Dimentoring ini kami dianjurkan memakai jilbab, senangnya, setidaknya disini aku tidak menjadi minoritas. “Ika, nanti temani aku ya sepulang sekolah!” pinta aya, teman sekelasku. “Boleh, tapi kemana dulu?” aku penasaran. “Beli kerudung,” sahut Ebi. “hhe? Kalian mau pake kerudung !” “iya, udah jangan keras-keras, lagi rame ni di kelas.” Jawab Novia sambil mencubit pipiku. Siang itu, hatiku berbunga-bunga. Tak kusangka tiga teman sekelasku akan memakai jilbab. Esoknya, kulihat mereka telah mengenakan jilbab. Aya yang lemah lembut, Ebi yang lugu, dan Novia yang tomboy kini terlihat menyilaukan dengan jilbab barunya. Ini sensasi yang berbeda. Kami berempat jadi seperti provokator dan agen promosi jilbab dikelas. Tahun kedua, kami berbeda kelas. Ketiganya memilih jurusan IPS, da

Begitu Kebetulan?

10 Juni... Kejadian hari ini terasa seperti begitu kebetulan bagiku, atau mungkin ini memang sudah kehendak Allah... Pagi ini aku kurang enak badan, tapi ada janji dengan teman sekelompok untuk menyelesaikan tugas multimedia authorware. Fauji orang yang paling rajin nanya via sms “sudah sampai mana progress authorwarenya?”. Engga aku balas, belum ada pulsa. Hampir seminggu dia bertanya begitu, ga enak hati juga sih gak balas-balas smsnya. Maaf ya ji. Teman sekelompok yang lain juga bertanya hal yang sama sesekali, juga belum bisa aku balas. Hahaha minggu ini aku pasti sedang menjadi orang yang menyebalkan bagi mereka. Maka hari ini jadilah aku berangkat ke kosan Bonny. Pas lagi siap-siap berangkat, bapak bilang “ning mau bareng ke depan gak?” tumben banget bapak nawarin, asli tumben, biasanya gak mau nganter jemput. Lumayan gak perlu jalan jauh. Pas lagi nunggu bis, tumben banget bisnya datangnya cepat, dan kosong. Alhamdulillah dapat tempat duduk dan bisa tidur sebentar sel

Ngakunya Cinta

Disela-sela waktu senggang kami di kelas, Ryechan bilang, “orang yang jatuh cinta itu, pas disebut nama orang yang dia cintai, pasti detak jantungnya beda. Ahahahaha.” Kalau kupikir lagi ya ada benarnya juga. Kalau ngakunya cinta sama Allah, harusnya ada getaran berbeda ketika asmaNya disebut. Kalau ngakunya cinta Rasulullah, setiap kali mendengar namanya mestinya cinta itu bertambah-tambah. Kalau ngakunya cinta ibu bapak, biasanya saat mendengar suara, menatap wajahnya, luluh semua keangkuhan dihati. Kalau cinta saudara-saudara sesama muslim karena keimanan, seharusnya getaran-getaran itu menjelma dalam doa dan lapang dada. Kalau ngakunya cinta, tapi di hati biasa-biasa saja, tak ada getaran berbeda, jangan-jangan kita sedang membohongi diri sendiri. Kita hanya sedang pura-pura cinta. #periksa lagi jantung hati masing-masing, jangan-jangan kita tak tahu bahwa ia sedang........sekarat.

Jilbab dan Pendakian Pertamaku (#Pelangi Jilbab)

Siapa bilang akhwat itu lemah? Siapa bilang jilbab itu akan menyusahkan dan mempersempit ruang gerak setiap muslimah yang memakainya? Heeyyy… akan kubuktikan padamu. Janji Allah tidak ada yang sia-sia. Malam itu, aku dan kedua belas temanku dari Pecinta Alam berangkat menuju stasiun Bogor untuk melakukan pendakian ke gunung Gede. Hampir dua jam kami menunggu kereta kearah Bogor . Kereta malam itu hening, sepi penumpang. Dari tiga belas orang dikelompok ini, hanya ada lima perempuan. Dari lima itu, hanya kami bertiga yang tetap setia menjalani aktivitas ditemani jilbab; aku, ridha, dan asma. Walaupun ruang ber- ikhtilat dalam perjalanan ini cukup besar, tapi kami tahu batasan-batasannya. Dini hari kami tiba di pos Gunung Putri. Kami bermalam sejenak, karena pendakian baru boleh dilakukan pagi harinya. Inilah jalan kami. Pendakian dari jalur Gunung putri memang terkenal lebih singkat, namun terjal. Awalnya kami melewati perkebunan bawang, wortel, sungai kecil yang airnya

First time (#Pelangi Jilbab)

I am what I am today because of the choices I made yesterday. Senin! Hari MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik) SMA pertamaku, sekaligus hari pertama aku menggunakan jilbab. “Ma, nanti di sekolah baru aku mau pakai kedurung ya!” Sehari sebelumnya kuutarakan keinginanku pada Ibu, wajahnya terlihat sumringah. Beliau pasti berpikir : Alhamdulillah, akhirnya anakku berubah juga. Awalnya aku tak tahu mengapa aku memutuskan untuk berjilbab, aku hanya merasa mereka yang mengenakan jilbab terlihat unik dan berbeda, ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang aku belum tahu. Ternyata di sekolah ini, ada juga teman-temanku yang berasal dari SMP bahkan dari SD yang sama. Lucu juga ketika aku harus menjawab satu demi satu rasa penasaran mereka, yang inti pertanyaannya sama : kok kamu sekarang berkerudung? Yang bahkan terkadang kujawab sekenanya. Kata orang berjilbab itu panas, gerah, tapi setelah kucoba ternyata tidak juga. Ini mengasyikkan, dan membawaku kepada hal-hal baru. Hari itu aku bert

Dari malu-malu sampai marah-marah

Kalau dipikir-pikir lucu juga sih, gaya komunikasi dengan makhluk yang satu ini. Mungkin karena beda jenis, beda pula cara berkomunikasinya. Karena mungkin faktor penjagaan juga kali ya jadi kadang-kadang agak sulit untuk mengungkapkan ide, emosi, atau gagasan. Yep, makhluk itu adalah ikhwan. Menurut pandanganku pribadi, laki-laki bertitel ikhwan itu tingkatan ruhiyahnya, tsaqofah islamiyah, atau militansinya lebih daripada laki-laki kebanyakan. Kalau ikhwannya yang tipe ekstrovert, terbuka ( open minded ), dan nyambung diajakan diskusi atau dialog, waaah alhamdulillah sekali, lebih mudah untuk menyamakan persepsi atau mencari solusi. But makhluk yang seperti itu is very rare, sangat jarang. Jadi teringat kata-kata seorang senior, “kalian itu yang awalnya malu-malu mengungkapkan pendapat, malu-malu berkomunikasi, sampai yang sekarang malah bawaannya marah-marah mulu kalau berkomunikasi dengan mereka.” Astagfirullah, iya benar juga kata-kata seniorku ini. Mulai dari yang mulanya ma

Orang Pertama yang Bilang Begitu

“ini yang bikin desainnya siapa?” katanya sambil menghadap ke arahku dan teman perempuanku. “desainnya bagus! aku suka.” lanjutnya. Teman perempuanku balik ikut menatapku juga, menunggu jawaban. “emmn.. seksi publikasi. Iya, yang buat seksi publikasi.” Desainnya bagus.... jujur aku tak menyangka akan mendapat komentar itu. Dia orang pertama yang bilang “bagus” tepat di depan designernya. Daaaann itu rasanyaaaa.... membuatku tersipu malu, jadi kubilang yang membuatnya seksi publikasi. Dan memang benar secara konsep desain ini digarap bersama dengan kepala koordinator publikasi. Surprised sekali mendapat apresiasi seperti itu. Karena tak banyak orang yang mengapresiasi sebuah karya desain. Banyak orang yang tak tahu bagaimana sulitnya mencari ide, bagaimana frustasinya tidak bisa membuat sebuah harmoni gambar dengan software yang asing, bagaimana seseorang mungkin menghabiskan waktu dan pikirannya, tentang bagaimana kinerja desainer di balik layar. Kebanyakan mereka hanya bisa menil

nikmat mana yang kamu dustakan?

Seperti bernapas, Begitu menderita ketika napas menjadi sulit, Dada menyempit, sesak. Kita sering alpa untuk bersyukur, Menganggap bahwa kemampuan kita untuk bernapas memang seharusnya begitu adanya, taken for granted Bagaimana dengan nikmat yang lainnya? Ketika Allah mencabut kembali nikmat-nikmatnya dari kita dengan begitu lembut, Kadang saking lembutnya, tak terasa oleh kita. Dan ketika penyesalan itu datang, kita tak lagi memiliki apa-apa. “nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”

Invisible mode on

Minggu-mingu ini rasanya pengen menghilang dari hiruk pikuk rutinitas. Menghilang dari peredaran kampus, organisasi, project animasi, konsensus 22, dan juga dari PI. Menghilang dari orang-orang yang perlu untuk “dikuatkan” atau “dijaga” Sebentar saja menjadi gak peduli sama mereka, gak memikirkan hal-hal itu. Rasanya seperti terkena sindrom malas balas sms, sengaja gak mengisi pulsa. Rasanya seperti pengen menonaktifkan sosial media facebook atau twitter. Rasanya pengen menjelajah dunia baru yang lebih fresh dimana gak ada orang yang kenal siapa saya. Menjalani hal-hal sederhana dan menyenangkan. #yaampun, sepertinya itu tanda-tanda kamu kurang mensyukuri kehidupanmu.