Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Sesuatu Bernama Syukur

Sesuatu yang sudah ada dan mudah untuk didapatkan seringkali adalah hal-hal yang luput untuk disyukuri. Kita menganggap itu sesuatu yang semestinya ada, selayaknya kita dapatkan dan diterima begitu saja. Realitas terberi yang sering alpa untuk dimaknai. Waktu SMA dulu aku seseorang yang suka sekali mengendarai motor kebut-kebutan. Maklum waktu itu masih baru-barunya naik motor. Tapi seiring waktu berlalu dan keseringan naik motor mulai terasa bosan dan lelah juga mengendarai motor sendiri. Apalagi beberapa kali melihat kecelakaan di depan mata, membuatku berpikir lagi tentang apa gunanya kebut-kebutan kalau sampai dengan selamat di tujuan lebih menentramkan. Ada wajah-wajah yang menginginkan aku pulang dengan utuh tanpa lecet. Pun kalau bukan karena akhirnya mengalami sendiri kecelakaan, mungkin aku tak akan tahu seberapa berharganya nikmat kelengkapan anggota badan yang aku punya. Sebulan hanya bisa terbaring di tempat tidur, lumpuh. Sulit untuk berjalan dan melakukan aktivitas s

Pengalaman Mengajar

“Kalau Ibu mengajar di sini karena pengabdian, berarti Ibu terpaksa dong?” Pertanyaan yang cukup berkesan saat obrolan santai dari salah satu mahasiswa selepas kuliah. Pikiran saya langsung terlempar pada beberapa tahun sebelumnya. Dulu, ketika mendapat tugas untuk mengabdi sebagai pengajar memang cukup mengejutkan bagi saya. Sebuah takdir hidup yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tak pernah tertulis dalam daftar impian saya. Beberapa bulan sebelum saya dinyatakan lulus, saya banyak berpikir dan merenung. Menjalani tanggung jawab sebesar ini, saya harus menjalaninya dengan penuh kesadaran; bukan keterpaksaan. Bayangkan kalau 6 tahun pengabdian harus menjalani hidup dengan terpaksa? Betapa tersiksanya itu. Bukan hanya menyiksa diri sendiri, tapi juga bisa menyiksa orang lain. Kalau dijalani dengan keterpaksaan nanti ilmunya bisa tidak sampai, tidak berkah. Saya sidang S1 pada Desember 2014, sedangkan untuk wisuda sendiri baru dapat jadwal di bulan April tahun depan.

1803 MDPL

Perjalanan tak terduga di tanggal 5-6 April 2018 ini berawal dari ajakan Dina Juniar Anggraini yang juga diajak mendaki oleh teman SMPnya, Deri. Dina chat malam tanggal 30 April, dan pekan itu memang agak kosong akhirnya saya langsung memutuskan untuk gabung. Pelipur lara karena batal ke Ijen. Jarak 5 hari tanpa latihan fisik buat naik. Sikat saja deh, toh katanya naik ke puncak Kencananya hanya sejam perjalanan. Sepertinya tidak akan berat, sepertinya lho ya. Gunung Kencana terletak di kawasan Puncak Bogor. Lokasinya tidak jauh dari perkebunan teh Gunung Mas. Kami Bertiga memulai perjalanan pukul setengah dua belas siang dengan motor. Matahari cukup terik dan hampir berada tepat di atas kepala. Kami sengaja melewati jalan alternatif untuk menghindari kemacetan di Bogor Kota. Rute yang kami tempuh melalui jalan raya Bogor-Sentul-Bukit Pelangi-kemudian masuk ke jalur jalan raya Puncak. Medan jalan di Bukit Pelangi sendiri berupa tanjakan dan turunan dengan aspal yang lumayan bagus

Blue Spring Ride (1)

Blue Spring Ride adalah film remaja yang bercerita tentang persahabatan dan cinta. Film ini diangkat dari sebuah komik dengan judul yang sama. Bagaimana ceritanya? Yuk disimak! Yoshioka Futaba, seorang gadis remaja SMA yang memilih untuk fokus pada pertemanan dibandingkan cinta. Begitu tekad Futaba. Kisahnya diawali pada saat Futaba baru masuk kelas di semester baru dan mengobrol dengan ketiga temannya. Sedang di kursi depan ada 3 siswa laki-laki yang membicarakan Futaba dan juga memperhatikan ketiga teman Futaba lainnya.  Menurut mereka Futaba cantik, dan berupaya untuk mendekati Futaba. Futaba yang melihat gelagat tidak enak dari ketiga temannya kemudian sengaja menjatuhkan tasnya ke lantai hingga isi tas tersebut berhamburan ke luar. Melihat tingkah Futaba yang seperti itu, ketiga laki-laki tadi menjadi kehilangan minat untuk meneruskan niatnya mendekati Futaba. Mereka beralih mendekati Makita Yuuri, seorang gadis imut yang sedang duduk sendirian di deretan meja depan. Keti

Bagaimana Bila

Bagaimana bila Allah hendak memberi kita sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita inginkan, tapi kita tetap kukuh berdoa untuk apa yang kita inginkan itu? Semisal kita berdoa agar mendapat satu apel dengan kualitas baik, tapi sebenarnya Allah ingin memberi kita sepuluh? Bagaimana bila Allah ingin memberikan yang terbaik versiNya, tapi kita begitu keras kepala ingin memiliki yang terbaik versi kita?  Kita terlalu fokus pada apa yang kita mau, sementara Allah kirimkan banyak kebaikan lain untuk datang menghampiri kita. Tapi kita masih saja bertahan pada yang satu itu dan mengabaikan yang lain. Kita seyakin itu dengan pikiran kita sendiri.   Bagaimana bila Allah merasa jenuh melihat kita yang begitu putus asa dengan keinginan kita dan akhirnya Ia memberikan apa yang kita mau? Bagaimana bila ketika kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan itu, baru kemudian Allah tampakkan rahasiaNya? Menurutmu, tidakkah kita sedang merugi dan menganiaya diri sendiri? Seanda

Aliran Rasa

Diberikan kesempatan untuk bisa bergabung dan belajar bersama di kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional adalah sesuatu yang luar biasa. Materinya membuka mata saya sebagai seorang perempuan tentang bagaimana menjalani peran dengan sungguh-sungguh di setiap tahapannya. Meskipun belum berkeluarga, tapi semua yang ada di IIP adalah bekal yg sangat berguna untuk mempersiapkan diri mengemban amanah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Terima kasih komunitas Institut Ibu Profesional. Salam, Yuning Ika R.

Ada yang Ingin Mendekat

Ada yang ingin mendekat, tapi takut terseret karena gravitasimu terlalu kuat. Ada yang ingin mendekat, tapi lubang hitam yang kamu punya terlalu pekat. Ada yang ingin mendekat, tapi takut menjadi hilang diri & kewarasan. Ada yang ingin mendekat, tapi akhirnya mengorbit dijarak aman. Tertanda, aku.