Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

percakapan #1

X: kamu juga sih karena ga enak hati semuanya aja di-iya-in, ujung-ujungnya kamu sendiri kan yg kebingungan. Overload capacity. Y: kamu tahu kan bagaimana aku. X: iya aku tahu, tahu kalau sekarang kamu butuh jeda dan ruang bernapas. Aku gak peduli kalau dititik ini orang lain bilang kamu egois, ga bisa dipercaya, atau apa pun lah. Kamu itu bukan mesin. #percakapan

Why Communication Science?

Kenapa ilmu komunikasi? Awalnya saya tak tahu apa-apa tentang ilmu komunikasi, hingga kemudian skenario  Allah membawa saya untuk belajar ilmu komunikasi. Apa ini sebuah kebetulan? Ooh ternyata bukan, skenario Allah tak pernah terjadi atas dasar kebetulan. Bila menengok masa lalu, ada benang merah tak kasat mata yang menghubungkan antara rasa penasaran saya dengan komunikasi. Saat itu saya menginjak kelas dua SMA di kelas XI IPA 1. Sebuah kelas yang dianggap ‘ideal’ dan menjadi tolok ukur bagi kelas-kelas lainnya. Sebuah kelas yang mayoritas diisi oleh anak-anak dengan prestasi terbaik dari kelas sepuluhnya. Di kelas itulah adaptasi di lingkungan yang baru telah dimulai. Dulu saya adalah tipe orang yang cuek, to do point , tidak mudah akrab dan pendiam. Ada seorang teman laki-laki dengan gaya yang menurut saya agak aneh mengajak berkenalan ke semua teman di kelas itu, termasuk kepada saya. Saat itu respon saya datar, dengan ekspresi yang teramat biasa, dan bicara seperlunya.

Meyakinkan Diri

Perempuan itu tersipu malu. Wajahnya antara bahagia dan cemas yang samar. “Kakak yakin?” tanyaku penasaran. “Iya.” “Emang awalnya gimana?” “Ya gitu....” tatapannya menerawang. “Seriusan nih gak ragu? Tapi kan sebelumnya kakak gak kenal siapa dia, orangnya bagaimana.” “awalnya sih juga ragu, takut juga. Haha... bertanya-tanya sendiri, ini beneran gak ya?” “lha terus?” “trus karena Kakak masih agak ragu, akhirnya dipanggillah kakak sama dia di depan ustad, ditemani murabbi kakak sama murabbinya dia juga. Akhirnya baca hafalan Qur’an, murojaah di depan ustadnya. Aduuuhh kakak malu banget.” Lagi-lagi wajahnya tersipu kemerahan. “kalau hafidz itu kan ada tingkatan-tingkatannya ya, kakak baru tahu pas di sana dia tuh udah hafidz tingkat tiga atau berapa gitu, sedangkan kakak baru hafal juz tiga puluh sama dua puluh sembilan.” Jleb, aku yang mendengarnya pun ikutan merasaaaa... euuummnn.. apa ya, campur-campur. “Saat itu ya Kakak meyakinkan diri sendiri, mungkin memang

Setiap Orang Punya Limit

“Setiap orang punya limitnya masing-masing, dan saya rasa di usia inilah limit saya. Bukan lagi saatnya banyak main-main....” kutipan pidato singkat seorang kakak di usianya yang ke dua puluh lima. Setiap orang punya limitnya masing-masing . Setiap orang punya batas waktunya. Halo diri sendiri! Bila limit waktumu tiba apa yang akan terjadi? Kamu punya grand design apa untuk hidupmu? Jangan bilang selama ini kamu hanya menjalani hari-harimu ya dengan begitu saja, tanpa sesuatu yang benar-benar kamu perjuangkan.

Tahun Baru

Malam pergantian tahun baru. Tahun baru Masehi, mereka menyambutmu begitu histeria. Hingar bingar kemeriahan hampir memenuhi semesta bumi. Tahun baru Masehi, sepertinya dirimu memang telah menjadi ritual sakral yang ditunggu-tunggu penduduk bumi. Di kota kecilku pun begitu menyambutmu.Cafe-cafe sepanjang jalan Raya seolah tak mau ketinggalan momen pentingmu. Masing-masing seolah berlomba, menampilkan musik-musik dan artis yang menghibur. Lampu-lampu pijar memendarkan cahaya kelap-kelip sebagai penghiasnya. Sebagian orang-orang mulai disibukkan dengan berbagai rencana menghabiskan malam terakhirnya di tahun ini. Sebelum pulang ke rumah, aku memutuskan mampir ke salah satu toko buku. Setelah membeli buku yang kuanggap menarik, aku kembali ke tempat penitipan barang untuk mengambil tas. “Terima kasih.” “Selamat malam tahun baru mbak.” Ucap ramah mas-mas penjaga penitipan barang. Kujawab dengan mengembangkan senyum. Melangkah pergi. Melihatku yang hanya membalas deng

ReThinking

Gamang menjawab pertanyaan: # Abis ini rencananya mau kemana?  # Mau ngerjain yang mana dulu? -Riset yang sudah harus jadi dan dipresentasikan hari senin? -Paper tugas kuliah yang HARUSnya dikumpulkan hari ini? -Tugas UAS yang HARUSnya dikumpulkan selasa kemarin? (ya ampun, kurang baik apa coba bapaknya sudah ngasih tugas take home tapi justru belum sempat kamu kumpulkan?) -Ketemu sahabat yang sudah lama tak jumpa? -Mengerjakan tugas kenegaraan di rumah? -Melingkar -Mengurus seminar? hadeeeehhh... manajemen prioritasnya masih buruk. Salah satu sifatku yang sebenarnya tak aku sukai: kalau sudah mentok di semua masalah yang seperti benang kusut, tak lagi ambil pusing, tinggalkan dan tidur -___-" ampun deh.

Muslimahmorfosis #1 : Perfectionist Imperfect

Pernahkah menyalahkan cuaca, seseorang, atau apa pun yang membuatmu terganggu......? Pernah ada suatu masa... Hujan lebat di pagi itu tak kunjung surut. Langit tetap mendung, tak ada tanda-tanda mentari akan muncul. Hujan bahkan tak mau mengalah pada dua bocah SD yang berkejaran waktunya dengan bunyi bel masuk sekolah. “Masih mau berangkat? Hujannya deras...” tanya Ibunda pada dua anaknya yang sudah rapi dengan seragam merah putih. “Iya ma, ini ada tugas juga mau dikumpulkan hari ini.” Jawab anak tertua. Tugas berupa miniatur rumah lengkap dengan hiasan pohon dan pagar yang terbuat dari karton. Tugas dari Guru yang dikerjakan dengan sepenuh hati dan kebanggaan oleh si anak tertua. “Yasudah, ini pakai payungnya.” Ibunda membuka sebuah payung yang cukup besar bagi kedua bocah tadi, pelindung untuk menembus hujan. “Kamu pegang payungnya, biar adikmu saja yang membawa rumah-rumahannya.” Pesan ibunda pada anak tertua. Adik kecil menurut. Walau sudah membawa payung, sesekali t