Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label coba di baca :)

Happiness Is

Psikologi positif pada awalnya dicetuskan oleh Martin Seligman. Psikologi positif memandang pada dasarnya manusia itu mencari kebahagiaan ( happiness ).  Psikologi positif memusatkan diri kepada keutamaan-keutamaan manusia, hidup dengan moralitas, tahu yang baik dan yang buruk. Karena itu secara keseluruhan mengandalkan akal budi dan nurani. Kalaupun emosi, maka emosi yang dipakai adalah emosi positif. Dalam psikologi positif, seluruh tubuh (jiwa & raga) adalah sumber kekuatan, keutamaan, dan nilai-nilai yang menggerakkan manusia. What is happiness? Happiness atau kebahagiaan itu bukan senang melihat orang menderita dan sengsara ketika melihat orang lain senang. Bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram, bebas dari segala hal yang menyusahkan. Authentic happiness adalah tujuan akhir keberadaan manusia, thrive/flourish adalah tanda dari authentic happiness. Where does happiness come from, Nature or Nurture? Ada dua pendapat dalam membahas keb...

Bagaimana jika semuanya… (#Pelangi Jilbab)

Dunia kampus, dunia yang baru bagiku. Karena ruang dan waktu antara dunia SMA dan kampus berbeda, dan selalu saja jadwalku bentrok ketika pertemuan halaqoh, aku ditransfer. Disini aku bertemu dengan kak Nadia. Dia manis, tutur katanya lembut, dan sangat feminin. Hampir enam bulan kami bertemu dalam naungan organisasi yang sama, Fajrul Islam. Suatu sore, kami duduk berdua di bawah pohon rindang, pelataran kampus. Memandang awan yang berarak, diantara jingga langit sore itu. Angin sepoi sesekali melambaikan jilbab kami. Lalu kak nadia memandang sekitar, sejenak mengamati mahasiswi dan mahasiswa yang berlalu lalang di depan kami. “Ning…” sapanya lembut memulai pembicaraan. Menyebutku dengan nama, Ning. “Coba kamu perhatikan deh , mahasiswa di kampus kita banyak ya.” “Iya kak, bahkan ada julukan baru : Kampus Sejuta Umat ! haha, kampusnya dimana-mana. Bahkan hari Minggu juga dipakai praktikum.” Jawabku semangat. “Ning, kakak pengen deh, bagaimana jika suatu hari semua perem...

Aku, Kamu, dan Jilbab Kita (#Pelangi Jilbab)

Walaupun banyak kakak kelasku yang berjilbab, tapi dikelasku, aku masih merasa menjadi minoritas alias limited editon . Setiap jum’at siang, aku dan beberapa teman sekelasku mengikuti mentoring. Dimentoring ini kami dianjurkan memakai jilbab, senangnya, setidaknya disini aku tidak menjadi minoritas. “Ika, nanti temani aku ya sepulang sekolah!” pinta aya, teman sekelasku. “Boleh, tapi kemana dulu?” aku penasaran. “Beli kerudung,” sahut Ebi. “hhe? Kalian mau pake kerudung !” “iya, udah jangan keras-keras, lagi rame ni di kelas.” Jawab Novia sambil mencubit pipiku. Siang itu, hatiku berbunga-bunga. Tak kusangka tiga teman sekelasku akan memakai jilbab. Esoknya, kulihat mereka telah mengenakan jilbab. Aya yang lemah lembut, Ebi yang lugu, dan Novia yang tomboy kini terlihat menyilaukan dengan jilbab barunya. Ini sensasi yang berbeda. Kami berempat jadi seperti provokator dan agen promosi jilbab dikelas. Tahun kedua, kami berbeda kelas. Ketiganya memilih jurusan IPS, da...

Jilbab dan Pendakian Pertamaku (#Pelangi Jilbab)

Siapa bilang akhwat itu lemah? Siapa bilang jilbab itu akan menyusahkan dan mempersempit ruang gerak setiap muslimah yang memakainya? Heeyyy… akan kubuktikan padamu. Janji Allah tidak ada yang sia-sia. Malam itu, aku dan kedua belas temanku dari Pecinta Alam berangkat menuju stasiun Bogor untuk melakukan pendakian ke gunung Gede. Hampir dua jam kami menunggu kereta kearah Bogor . Kereta malam itu hening, sepi penumpang. Dari tiga belas orang dikelompok ini, hanya ada lima perempuan. Dari lima itu, hanya kami bertiga yang tetap setia menjalani aktivitas ditemani jilbab; aku, ridha, dan asma. Walaupun ruang ber- ikhtilat dalam perjalanan ini cukup besar, tapi kami tahu batasan-batasannya. Dini hari kami tiba di pos Gunung Putri. Kami bermalam sejenak, karena pendakian baru boleh dilakukan pagi harinya. Inilah jalan kami. Pendakian dari jalur Gunung putri memang terkenal lebih singkat, namun terjal. Awalnya kami melewati perkebunan bawang, wortel, sungai kecil yang airnya...

First time (#Pelangi Jilbab)

I am what I am today because of the choices I made yesterday. Senin! Hari MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik) SMA pertamaku, sekaligus hari pertama aku menggunakan jilbab. “Ma, nanti di sekolah baru aku mau pakai kedurung ya!” Sehari sebelumnya kuutarakan keinginanku pada Ibu, wajahnya terlihat sumringah. Beliau pasti berpikir : Alhamdulillah, akhirnya anakku berubah juga. Awalnya aku tak tahu mengapa aku memutuskan untuk berjilbab, aku hanya merasa mereka yang mengenakan jilbab terlihat unik dan berbeda, ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang aku belum tahu. Ternyata di sekolah ini, ada juga teman-temanku yang berasal dari SMP bahkan dari SD yang sama. Lucu juga ketika aku harus menjawab satu demi satu rasa penasaran mereka, yang inti pertanyaannya sama : kok kamu sekarang berkerudung? Yang bahkan terkadang kujawab sekenanya. Kata orang berjilbab itu panas, gerah, tapi setelah kucoba ternyata tidak juga. Ini mengasyikkan, dan membawaku kepada hal-hal baru. Hari itu aku bert...

Jadi Cantik?

Taman kota siang ini tak begitu ramai.  Sembunyi dibalik dahan rindang pohon beringin dari ganasnya terik matahari memang terasa lebih nyaman. Apalagi ditemani segelas es doger merah muda kesukaan Rara. Tapi entah dari mana suara seseorang tiba-tiba mengejutkan keheningan taman itu. “Raraaaa!” “Huhuhu mau cerita. Emnn.. tapi darimana ya?” Gea, perempuan tomboy dengan potongan rambutnya yang pendek setelan kemeja dan jeans duduk disamping Rara dengan wajah mirip layangan singit. Cemberut. “cerita apa? Haha, lucu banget sih kamu, Ge. Datang-datang bikin gempar.” “ihh, lagi sebel tahu! Sruupp... sruppp” sambil meneguk es doger milik Rara tanpa permisi. “iya, yasudah. Cerita aja. Tapi esnyaaaa.....” “hehe, maaf Ra, panas banget, haus jadinya. Jadi ceritanya tadi tuh...” Gea mulai serius bercerita. *** Pagi hari di rumah Gea. “Gea, kamu itu perempuan! Jadilah perempuan yang semestinya. Yang lemah lembut, yang cantik, ehhh ini mah kelakuan mirip anak laki-laki. Hob...

Malaikat Itu Bernama Ibu

“Ma, Ning minta uang ya buat fotokopi buku. Ya ya ya... nanti Ning ganti deh. Uang Ning lagi abis soalnya.” Pagi-pagi sudah memelas. Tadinya bilang sama bapak, tapi dilempar ke mama. Ya, lagi-lagi mama. Hampir setiap kesulitan pasti datangnya ke mama. Bilangnya juga dadakan, kalau tidak benar-benar darurat, aku jarang bilang kesulitanku. “Berapa?” sambil merapikan bumbu dapur untuk memasak sarapan pagi ini. “Empat puluh ribu. Insya Allah nanti Ning ganti, lagi penting soalnya.”   “haha.. kamu ini, buat ongkos aja nanti gak ada.” Ledek mama sambil mengeluarkan uang. Hampir-hampir memupuskan harapanku satu-satunya. “ini buat beli susu si mbah, ini buat ongkos kamu, ini buat beli sayur...” sambil membagi-bagi, suaranya menggantung, menghitung sisa uang yang ia punya hari ini. “Nih, adanya tiga puluh lima ribu. Gimana?” “iya Ma, gak apa-apa.” Mudah-mudahan bisa tertutupi dari sisa uang jajanku yang kemarin, batinku. “Ma, Ning berangkat dulu. Assalamu’alaykum.” P...

Super Sampah

Ini tulisan sewaktu diminta mengarang tentang seorang super hero. Imajinasi tingkat tinggi! Singkat ceritanya begini : Super hero versi saya yang keren kayaknya SS (Super Sampah), jadi ceritanya ada seorang pria yang anti banget kalo nemuin orang yang buang sampah sembarangan. Dia menciptakan segala gadget yang bisa memberantas segala macam sampah. Tapi kalau sampah masyarakat dia belum bisa. Nahh suatu malam ada penyelundupan sampah beracun, berbahaya, dan berton-ton yang diimport ke salah satu dermaga di Indonesia oleh mafia dari negara adidaya. Efek dari sampah itu hampir setara dengan efek dari radiasi nuklir. Akhirnya SS menjalankan misi rahasianya dan bertempur dengan kawanan penyelundup-penyelundup bersenjata tersebut seorang diri. Tapi ternyata SS kalah hebat dibanding penyelundup tersebut. disaat-saat kritis, terdesak, dan hampir gak ada harapan hidup buat SS tiba-tiba datanglah prajurit dari negara Indonesia yang membantu SS untuk menggagalkan import illegal sam...

Ramadhan di hati, Ramadhan di nanti

Ramadhan di hati, ramadhan dinanti. Begitulah bunyi slogan yang kubaca disebuah pamflet acara kampus. Terdengar seperti ironi bagi diriku. Disatu sisi, aku memang merindukan ramadhan tahun ini. Di sisi lain, bila teringat ramadhan yang telah lalu, hatiku bak teriris nyeri.  Ayahku seorang pedagang mainan. Dagangannya selalu laris diburu anak-anak saat-saat bulan ramadhan. Hanya pada saat ramadhan omset penjualan ayah meningkat, di bulan-bulan lainnya sepi. Tak jarang ayah alih profesi kerja serabutan atau bahkan kembali menganggur setelah selesai ramadhan. Lalu, bagaimana hidup kami di bulan lainnya? Pas-pasan, lebih sering minus dan berhutang. Ketika ramadhan tiba, Ayah jor-joran mengumpulkan uang, utamanya untuk melunasi hutang. Sebagai anak, aku bisa bilang apa? Dari dulu memang seperti ini tiap tahunnya. Ayah, aku ingin sebulan saja, paling tidak saat ramadhan kita bisa menjadi keluarga yang semestinya. Ayah, aku ingin engkau menjadi imam yang patut bagi kami, se...

Tanah Gersang

Dalam hubungan yang kita jalin di kehidupan, Setiap orang adalah guru bagi kita. Ya, setiap orang. Siapa pun mereka. Yang baik, juga yang jahat. Betapa pun yang mereka berikan kepada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniaya, mereka tetaplah guru-guru kita. Bukan karena mereka orang-orang yang bijaksana. Melainkan karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijaksana.

KARANGAN BUNGA

Oleh Taufiq Ismail Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke Salemba Sore itu “Ini dari kami bertiga Pita hitam karangan bunga Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang ditembak mati Siang tadi.”

SURAT DARI IBU

Oleh Asrul Sani Pergi ke dunia luas, anakku sayang Pergi ke dunia bebas! Selama angin masih angin buritan Dan matahari pagi menyiar daun-dedaunan Dalam rimba dan padang hijau Pergi ke laut lepas, anakku sayang Pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang Dan warna senja belum kemerah-merahan Menutup pintu waktu lampau Jika bayang telah pudar Dan elang laut pulang ke sarang Angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri Dan nakhkoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakkku saying Kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita “tentang cinta dan hidupmu pagi hari”

DOA

Oleh Chairil Anwar Kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu Biar susah sungguh Mengingat kau penuh seluruh CayaMu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintuMu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling

PERASAAN SENI

Oleh J.E. Tatengken Bagaikan banjir gulung gemuruh, Bagaikan topan seruh menderuh, Demikian rasa Datang semasa, Mengalir, menimbun, mendesak, mengepung, Memenuhi sukma, menawan tubuh. Demikian rasa Datang semasa, Membisik, mengajak, aku berpantun, Mendayung jiwa ke tempat dingin. Jika kau datang sekuat raksasa, Atau kau menjelma secantik juwita, Kusedia hati Akan berbakti, Dalam tubuh kau berkuasa, Dalam dada kau bertahta!

DOA

Oleh Amir Hamzah Dengan apa kubandingkan pertemuan kita, Kekasihku? Dengan senja samar sepoi, Pada masa purnama meningkat naik Setelah menghalau panas payah terik Angin malam berhembus lemah Menyejuk badan Melambung rasa menayang pikir Membawa angan ke bawah kursimu Hatiku terang menerima katamu Bagai bintang memasang lilinnya Kalbuku terbuka menunggu kasihmu Bagai sedap malam menyiarkan kelopak Aduh, kekasihku Isi hatiku dengan cahayamu Biar bersinar mataku sendu Biar berbinar gelakku rayu!

PADAMU JUA

Oleh Amir Hamzah Habis kikis Segera cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padamu Seperti dahulu Kaulah kandil kemerlap Pelita jelita di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa Dimana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas Nanar aku, gila sasar Saying berulang padamu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara dibalik tirai Kasihmu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu-bukan giliranku Matahari-bukan kawanku

AIR MATA

Oleh Rustam Efendi Banyak kenalan kaum kerabat, Kawan bergurau bersuka-suka, Tetapi di masa berhati sebat, Kemanakah tempat mengatakan luka? Ibu dan ayah sanak selingkar, Temat mengadu mencurah susah, Tetapi mereka semata mendengar, Mengerti pun tidak perkataan gundah Tidak seorang membujuk, Jikalau kita diremas duka. Karena tak seorang pun dapat mengajuk, Dalam lautan rasaian kita. Hanyalah air mata di waktu bersunyi, Yang dapat mencucurkan obat nurani.

Lewat Diary Rahma

Sebingkai uraian : cerpen ini sebenarnya dibuat untuk memenuhi tugas pelajaran Bahasa Indonesia, waktu SMA dulu (rasanya sudah lama sekali). Dibuat pada zaman ababil, alias ABG labil. Cerpen pertama yang berhasil ada endingnya (hahaha biasanya bikin cerpen gak berending alias putus di tengah jalan). Oiya, terima kasih untuk orang-orang yang namanya sudah bersedia saya pinjam sebagai tokoh di cerpen ini (maaf, cerpen ini ternyata gak bisa kamu baca-pada waktu itu- karena datanya hilang terkena virus). Untuk memenuhi janji, saya tulis ulang, mungkin ada beberapa bagian yang tidak sama persis dengan aslinya. Selamat menikmati, sebuah cerita cinta fiksi tidak romantis, hehehe.                                                                    ****

Jalan Keluar

We are free to choose our response in any situation, but in doing so, we choose the attendant consequence… Rara menutup buku yang baru saja selesai dibacanya. Matanya mulai terasa lelah, tanpa sadar dia pun menguap. Lantai kamarnya yang  semakin dingin selepas hujan tak ia dipedulikan. Ia asik saja telentang, dan menelungkupkan kepalanya. Memandang kolong kasur yang kosong, dan mulai terlelap. Senyap sejenak. Tiba-tiba hp-nya bergetar. Dengan mata setengah terbuka ia menggapai benda kecil yang ada di sampingnya. Dilihatnya sms tersebut. Sms dari kak Arno, kakak seniornya. Assalamualaikum.. Info silaturahmi : Besok siapkan saja duit 30-50 ribu untuk jaga-jaga (sedia payung sebelum hujan) kata yang mengadakan acara. Makan bayar sendiri-sendiri. Afwan ada perubahan tempat, di resto depan kampus, datang ontime ya. Hatinya mulai menciut. Tadinya ia memang akan mengusahakan untuk hadir di acara tersebut. Tapi setelah membaca sms, pikirannya kalang kabut. Bagaim...

Apa Kau Senang?

Kau tidak pernah bilang saat kau sedang senang. Kau memang menyebalkan, tapi… Tapi sangat aneh. Aku yakin kau pasti sangat sedih. Kau bersikap seperti seorang bajingan Agar Mereka tak memikirkanmu. Tapi kalau begitu.. Siapa yang akan memikirkanmu?! Hey, Boleh aku tanya sesuatu, Apa kau senang ? __________________________________________________ Ribuan cahaya terserap dalam langit malam Kuharap semua itu sampai padamu suatu hari nanti Akan kukirim benih-benih kebahagiaan dalam lagu ini Sehingga kau akan berbunga dengan kebahagiaan suatu hari nanti Megumi from Special A. Class