Langsung ke konten utama

Maksimalkan Fungsi Otak

Memaksimalkan fungsi otak saat dewasa, memang bisa?

Setelah seseorang memasuki usia dewasa, apakah otak masih bisa berkembang?
Jumlah sel otak manusia paling banyak adalah semasa bayi. Golden age otak ada di masa balita. Seiring dengan bertambanya usia, jumlah sel otak akan mengalami penurunan. Namun bukan berarti penurunan jumlah sel otak ini membuat otak manusia menjadi stagnan. Mayoritas orang meyakini bahwa seiring dengan usia yang menua maka otak manusia tak lagi bisa berkembang. Padahal otak manusia masih bisa berkembang selama nutrisi otak tercukupi meski jumlahnya memang menurun.

Ternyata otak manusia berkembang optimal pada umur 20 sampai 40 tahunan. Menurut pengamatan spesialis otak dari Jepang, Toshinori Kato M.D., P. hD., otak manusia mulai mengalami perkembangan fungsi setelah manusia hidup aktif di masyarakat dibanding semasa sekolah. Pada saat sekolah, manusia hanya menggunakan bagian otak tertentu yang sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan di sekolah. Sehingga ada bagian otak dengan kemampuan lain yang belum terasah. Ketika manusia hidup bermasyarakat, ia mulai memikirkan tentang masa depan, tujuan hidup, cita-cita, hingga perannya dalam masyarakat.

Apabila seseorang berpikir negatif atau meragukan kemampuan diri sendiri, ia akan sulit untuk meningkatkan perkembangan otaknya secara maksimal. Toshinori berpendapat bahwa kedewasaan otak dicapai ketika manusia berumur 30 tahun. Perkembangan otak juga membutuhkan keseimbangan dalam mengembangan pengetahuan dan karakter. 

Bagaimana cara memperkuat fungsi otak?
Pertama-tama, kita harus memiliki berbagai pengetahuan dan pengalaman. Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman, maka fungsi otak akan semakin baik. Terkait hal ini, maka kita perlu untuk mencoba beragam hal baru dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya di bidang pekerjaan, kita berinisiatif membantu orang lain mengerjakan sesuatu di luar jobdesk kita. Bisa juga dengan pergi menjelajah ke tempat baru atau berkenalan dengan orang asing. Dengan melakukan kreasi pada aktivitas sehari-hari, pada akhirnya kita akan belajar dan menambah pengetahuan serta pengalaman.

Kalau daya ingat kita melemah, apa yang harus dilakukan?
Penurunan daya ingat merupakan tanda bahwa hipokampus, bagian otak yang bertugas untuk mengatur daya ingat kita mulai menciut. Memaksa untuk mengingat justru akan memberikan tekanan pada orak kita. Sebaiknya yang kita lakukan adalah memperkuat daya pikir alih-alih memaksa mengingat. Daya pikir ini bisa dimaksimalkan dengan memperbanyak pertukaran informasi dan membangun komunikasi dengan orang lain.

Untuk meningkatkan fungsi otak, Toshinori mengelompokan otak dalam beberapa zona otak. Ia menyebut metode ini dengan istilah noubanchi. Ada 120 zona otak yang berada di otak kiri dan kanan. 120 Zona ini kemudian diklasifikasikan dalam 8 jenis zona sebagai berikut:
- Zona otak berpikir
- Zona otak emosi
- Zona otak komunikasi
- Zona otak pemahaman
- Zona otak motorik
- Zona otak pendengan
- Zona otak penglihatan
- Zona otak ingatan

Zona yang berkumpul di otak depan seperti zona emosi, zona berpikir, zona komunikasi, dan zona motorik berfungsi untuk mengatur sikap dan cara berpikir seseorang. Sedangkan zona lainnya yang berada dibelakang berfungsi untuk menerima dan mengumpulkan informasi untuk digunakan dalam kegiatan berpikir dan melakukan tindakan.

Jangan pesimis dulu dan melabeli bahwa diri kita bodoh sehingga tidak layak hidup lebih baik. Jangan-jangan masih ada bagian otak kita yang “tertidur” dan perlu untuk dibangunkan. Tertarik untuk memaksimalkan otak? Yuk percaya pada potensi otak kita!

#sabtulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul