Langsung ke konten utama

Kutipan Menarik dari Buku PhD Parents' Stories

Halo pembaca, kali ini saya ingin berbagi mengenai salah satu buku yang telah selesai saya baca pada bulan ini. Judulnya: PhD Parents’ Stories, Menggapai Mimpi Bersama Pasangan Hidup. Judul yang amat sangat menarik menurut saya pribadi. 

Okay, pertama kali tahu buku ini dari hasil scrolling di linimasa facebook. Saya tersentuh dengan cuplikan cerita buku yang berisi mengenai dukungan penuh suami pada istrinya untuk menggapai mimpi (dalam hal ini pendidikan formal). It’s a very rarely thing. Di dunia saya, pendidikan bagi perempuan masih menjadi sesuatu yang kontroversial. I mean, di satu sisi perempuan boleh mengakses haknya terhadap pendidikan, tapi di sisi lain stigma negatif masyarakat tentang perempuan yang berpendidikan tinggi masih melekat erat.

Nah, mari kita bedah buku ini. Secara garis besar Phd Parents’ Stories terdiri dari 4 bagian utama, yakni bagian: memilih pasangan hidup, perjuangan perempuan semesta, dunia parenting, dan belajar dari mereka. Pada bagian memilih pasangan hidup banyak diulas mengenai tips memilih pasangan. Salah satu hal yang penting adalah visi bersama.

Kemudian bagian kedua banyak membahas mengenai perjuangan perempuan muslimah dalam menjaga identitasnya seraya memperjuangkan impiannya masing-masing. Pada bagian ketiga, penulis berfokus untuk mengulas dunia parenting. Hal utama pada bab ini menekankan pentingnya kerjasama ayah dan ibu dalam menerapkan aturan parenting terhadap anak. 

Bagian terakhir mengulas tentang tantangan mengajarkan Islam kepada anak di Inggris, hikmah perjalanan keluarga, serta bagaimana membangun mindset seorang pembelajar. Cara membangun komunikasi antara orang tua dan anak dalam buku ini sangat menarik. Melibatkan anak sebagai partner diskusi ternyata bisa mempererat bonding keluarga.

Berikut ini beberapa kutipan menarik dari buku PhD Parents’ stories, silahkan menyimak!

Memilih pasangan yang seimbang akan menjaga kualitas yang saling melengkapi dan bekerjasama untuk ‘tumbuh’ tanpa pernah ‘mematikan’ potensi pasangannya. –hal. 15

Jangan biarkan pasangan kita ‘tertinggal’ & tak ‘tumbuh’ sedangkan kita terus berkembang dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru. Membiarkan pasangan kita terpasung dalam rutinitas tanpa membiarkannya mengembangkan potensi dan pengetahuannya hanya akan membuat jarak dengannya semakin terbentang. –hal. 15

Pasangan jiwa adalah partner pendukung terbaik yang membersamai kita melewati proses yang berliku. Bukan hanya tentang membawamu pada kesuksesan, tapi pasangan hidup terbaik adalah mereka yang bisa menemanimu saat jatuh bangun dalam berjuang. Pasangan hidup terbaik adalah yang tidak hanya mampu memberikanmu dukungan harta dan benda, tapi juga ilmu yang mampu menuntunmu kepada kebenaran. Pasangan hidup yang purna bukan tentang dia yang tanpa cela, namun dia yang senantiasa memberikan ikhtiar terbaik untuk mendukungmu sepenuh jiwa. –hal 21-22

Kebahagiaan yang kita usahakan atas sepenggal jiwa kita harus dilengkapi dengan kesadaran tentang pentingnya memberikan ruang bagi pasangan kita untuk nyaman dengan kesehariannya. –hal. 25

Maka sibukkanlah dirimu dengan memantaskan dirimu. Jika tak ada pinangan yang datang, bersabarlah. Sebab datangnya jodoh adalah rahasia ilahi yang kita tak punya ilmu tentangnya. –hal. 30

Jangan kau habiskan harimu dengan meninggikan kriteriamu sedangkan kamu tak pernah berikhtiar untuk memantaskan dirimu. –hal. 30

Utamakanlah calon pasangan yang hatinya dekat dengan Allah, sebab ia akan membawamu pada jalan cahaya yang tak hanya indah di dunia, tapi juga penuh berkah di hadapan Allah. –hal. 34

3 karakter penting memilih jodoh: pantang menyerah, punya growth mindset, dan punya good habit. –hal.35 

Menggapai cita-cita bersama pasangan hidup adalah tentang memiliki kesamaan visi dan nilai yang diperjuangkan, tentang sebuah perencanaan yang matang, tentang belajar untuk saling terbuka dan menerima masukan dari partner kita, juga tentu saja tentang mengejar mimpi bersama sahabat sepanjang hayat kita. –hal. 68

Visi keluarga pecinta ilmu adalah mereka yang tak pernah berhenti belajar. Belajar dari kehidupan yang mereka jalani, belajar dari majelis-majelis ilmu yang bertebaran di berbagai lini, belajar dari buku-buku yang tersusun rapi, juga belajar dari orang-orang yang penuh inspirasi. –hal. 71

Bagi yang sedang bingung memberikan jawaban atas lamaran seseorang, tanyakan padanya apa rencana detailnya untuk membangun keluarga yang bahagia. –hal. 76

Jangan biarkan kamu ‘tumbuh’ di luar, sedangkan pasanganmu menjadi orang yang sama pengetahuannya sejak awal menikah hingga bertahun-tahun setelah bersama denganmu. –hal.81

Kita harus menjadi yang terbaik agar orang-orang disekitar bisa meyakini bahwa ucapan ‘aku seorang muslim’ juga berbanding lurus dengan bagusnya karakter keseharian kita. –hal. 93

Pembuktian identitas bukanlah hanya tentang pakaian yang kita pakai. Bukan hanya tentang kata-kata yang terucap. Lebih dari itu, pembuktian atas identitas harus diwujudkan lewat tindakan nyata yang mampu menggerakkan orang lain. –hal. 100

Lihatlah! Aku seorang muslim. Aku bukanlah orang bodoh dan tertinggal. Aku juga bisa menginspirasimu tanpa perlu melepaskan identitasku. –hal. 101

Peran sebagai ibu seharusnya tidak membatasi seorang wanita untuk berkarya. Muslimah dengan segala atributnya bukanlah penghalang yang mengekangnya, bahkan ketika ia sudah berkeluarga. –hal. 108

Jangan remehkan proses belajar, karena ia menjadi sarana paling penting untuk menjadikan hidup seseorang lebih berarti. –hal. 117

Harapan adalah kekuatan terbesar yang mampu menjaga mimpi seseorang. Harapanlah yang membuat seseorang terus bertahan. –hal. 117

Mungkin ada kesombongan yang mendera, keangkuhan yang hadir menyapa, atau bahkan do’a yang belum sempurna. Sebab-sebab ini bisa menjadi alasan mengapa impian kita belum juga menemukan muaranya. Jangan khawatir, tak ada doa tanpa pahala dan tak ada ikhtiar yang berakhir sia-sia. Kamu sudah menjadi pemenang jika keduanya telah kau coba. –hal. 132

Yang paling penting adalah mengerjakan hal-hal kecil tapi rutin yang menjadi kunci untuk menaklukkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar. –hal. 158
  
Kamu harus membuat rutinitas dan ritual harian untuk menjaga kualitas manajemen waktumu. –hal.159

Dari kutipan di atas, mana bagian favoritmu?

====================
Judul buku: PhD Parents’ Stories, Menggapai Mimpi Bersama Pasangan Hidup
Penulis: Ario Muhammad, Ph. D
Jumlah halaman: 293
Penerbit: NEA Publishing
Tahun terbit: 2018 (cetakan pertama)
ISBN:978-602-5416-81-1
Genre: 
---------------------------------
Tulisan ini merupakan bagian dari #sabtulis. Apa itu sabtulis? Sabtulis adalah gerakan menulis di hari Sabtu bagi sobat yang ingin menjadikan malam minggunya lebih produktif, melatih kemampuan menyampaikan gagasan atau mengekspresikan diri melalui tulisan, serta membentuk kebiasaan baik dalam menulis. Mari ikutan!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul