Langsung ke konten utama

Mengatur Ulang Hidup

Hello 2019!
Bagi saya pribadi, awal tahun seperti ini biasanya menjadi momen untuk mengatur targetan yang akan diperjuangkan sepanjang satu tahun ke depan. What do I want to do, to be, and to have when I grow up this years? What kind of road will I take then? Berangkat dari pertanyaan ini, saya mulai merinci sebuah fase baru di 2019. Hal itu bisa berupa targetan lama yang belum tercapai dan atau juga targetan baru.

Stephen R. Covey pernah berbagi tentang tips menjalani kehidupan yang efektif. Salah satunya memulai dengan tujuan  akhir, “begin with the end in mind”. Pada tahap awal, kita diajak untuk mengimajinasikan pikiran kita. Setelah menuliskan tujuan akhir yang ingin dicapai, kita akan lebih mudah untuk naik ke tahap kedua. Apa itu? Yakni mengimplementasikan atau mewujudkan imajinasi kita.

Saya pernah menjadi orang yang menjalani hidup tanpa rencana apapun. Memegang filosofi mengalir seperti air.  Pasrah saja. Kemudian saya bandingkan dengan kehidupan di atas rencana (dengan asumsi rencana Allah selalu berada di atas rencana-rencana yang saya buat). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kehidupan di atas rencana jauh lebih baik dibanding tanpa rencana apapun. Target, rencana, dan strategi membuat hidup saya pribadi lebih fokus, jelas, seru dan bermakna.

Islam pun mengajarkan agar sebaiknya kita memperhatikan kehidupan hari esok. Ini dia salah satu pengingatnya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18)

Ada satu tips lagi nih tentang  mengatur targetan, yaitu harus SMART. SMART itu singkatan dari ini guys:
S > Specific alias jelas
M > Measurable, terinci
A > Achievable, terukur
R > Realistic, realistis
T > Time bound atau punya batasan waktu

Untuk tahun 2019, kira-kira seperti ini bocoran targetan dari saya.

Bagi teman-teman yang ingin ikut memvisualisasikan targetan masing-masing, boleh unduh template berikut :) I hope it can help you.

Selamat menjalankan rencana di fase baru ini... Semangat, semoga Allah meridhai!


---------------------------------
Tulisan ini merupakan bagian dari #sabtulis. Apa itu sabtulis? Sabtulis adalah gerakan menulis di hari Sabtu bagi sobat yang ingin menjadikan malam minggunya lebih produktif, melatih kemampuan menyampaikan gagasan atau mengekspresikan diri melalui tulisan, serta membentuk kebiasaan baik dalam menulis. Mari ikutan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

takut ._____.

Akhir-akhir ini merasa aneh... Diperlakukan seperti perempuan (normal) Jadi agak kikuk, juga takut. Perempuan yang biasanya diminta untuk melindungi, Menjaga yang lainnya. Sekarang justru kebalikannya, dilindungi, dijaga. Apa-apa biasanya sendiri. Sekarang-sekarang dibantu, ditemani. Mereka baik...sungguh Takut...berada dalam zona nyaman Takut...merasa aman Takut...melemah Takut...terbiasa

This Is Not My Passion

Disemester ini, semester enam, rasanya seperti kehilangan semangat. Lost my passion. Malas banget. Kuliah rasanya gak nyaman. Dateng sih dateng. Raganya ada, tapi pikirannya gak tahu kemana. Parah banget ya. Gak cuma kuliah, organisasi pun juga lagi malas. Minggu-minggu ini cuma jadi pengamat aja. Dan hari ini ada setumpuk agenda, tapi akhirnya kuputuskan dirumah saja. Alias bolos. Gak kuliah, gak datang tahsin, dan gak datang kajian. Yaampun, devil sedang berjaya nih. Kuliah rasanya begitu-gitu doang. Dari semester ke semester dosennya itu-itu lagi, dengan cara mengajar yang gitu lagi gitu lagi. Ada sih dosen yang ajib, kalau beliau ngajar gak sekedar transfer ilmu, tapi transfer emosi juga. Kita diajak diskusi. Diajak mikir beneran mikir. Kalau kami salah, dikasih tahu yang benar. Bukan tipe dosen yang bisanya cuma menghakimi. Walaupun mata kuliah yang beliau ajar termasuk yang sulit dipahami, tapi ngajarnya enak. Aku pribadi enjoy, gak males-malesan masuk ke kelas beliau. Y...

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selaman...