Langsung ke konten utama

Say Goodbye and Say Hello

Refleksi 2018 ibarat menyambungkan titik-titik yang sudah dilalui. Saya ingat tahun lalu saya berharap semoga tahun 2018 bisa belajar memperjuangkan sesuatu yang sesuai kata hati. Semoga tahun 2018 lebih banyak hari libur sehingga bisa menjelajah tempat-tempat baru, bertemu dengan wajah-wajah baru, dan bisa mengambil banyak hikmah darinya.

Surprisingly, harapan-harapan itu semuanya terwujud. All praises to Allah, Allahu Akbar!. Sepanjang 2018, rutinitas harian masih tentang mengajar, hingga pertengahan tahun mengurus butik els, dan sesekali open order buat lukisan cat air. Nah, Saya ingin kilas balik sedikit tentang perjalanan di 2018.

> Januari:
Perjalanan tahun ini diawali dengan mengikuti sebuah proyek menulis bersama Sabtulis. Di sini, saya mencoba untuk produktif menulis seminggu sekali. Tantangan terbesarnya adalah melawan kemalasan diri sendiri. Banyak excuse sana-sini akhirnya bolong beberapa minggu. Tapi masih bisa disyukuri, meskipun tidak full 52 tulisan, setengah dari target sudah lewat. Terima kasih untuk superb team sabtulis: Bagus, Novi, dan Bella. Juga teman-teman yang sudah ikutan menulis di tahun kemarin. Yosh, ayo menulis lagi di tahun 2019 ini!

> Februari: 
Target tempat yang ingin dikunjungi tahun ini sebenarnya hanya ada dua: Malang dan Gunung Ijen. Alhamdulillah, pada bulan Februari keinginan untuk berkunjung ke Malang terkabul. Pertama kalinya solo traveling ke tempat yang jauh dari rumah. Tadinya berdua sama Izzah, sayangnya doi batal ikut. Nervous… pasti. Tapi have fun karena ketemu teman perjalanan tak terduga juga ketemu teman yang bisa jadi tour guide selama di sana. Hontou ni arigatou Galih & Bagus. 

Ke Malangnya sudah, tapi belum sempat ke Bromo. Sepertinya harus balik lagi ke tempat ini. Saya suka suasana kota malang. Sejuk, tidak macet, dan kota yang cukup ramah.

> Maret: 
Bulan ini mengurus event Kopdar Matrikulasi Institut Ibu Profesional se-Depok. Senang bisa kenal orang-orang baru, terutama ibu-ibu. Serius! Banyak sekali ilmu dan pengalaman yang bisa diambil dari mereka. Tidak menyesal sudah gabung dengan komunitas ini. 

Saya mau ikut kelas di level berikutnya belum cukup percaya diri. So, cuti dulu sebentar. Insya Allah 2019 mau ambil kelas lagi. Di akhir bulan mendadak ikut trip ke Belitung. Ini salah satu destinasi yang pengen banget saya kunjungi sebelumnya. Tidak menyangka kalau bisa terwujud tahun ini. Pas dapat tiket pesawat murah juga, pergi-pulang hanya 600 ribuan. Belitung is super duper amazing!

> April:
Beberapa hari di Belitung memang tidak bisa dilupakan. Jalannya sudah teraspal rapi. Bebas macet. Alamnya seperti surga. Gradasi biru lautnya memukau sepanjang mata memandang. Bagi kalian yang belum pernah ke sini, wajib sekali seumur hidup ke tempat ini.

> Mei:
Bulan ini juga ada pendakian mendadak ke Gunung Kencana, Bogor. Mendaki bertiga bareng Dina dan temannya, bernama Deri. Bertambah satu kenalan baru. Perjalanan 1803 mdpl ini cukup seru dan menantang, terutama trek perkebunan teh. Pengalaman pertama saya mengendarai motor matic dengan jalur off road yang penuh tanjakan, turunan curam, dan tikungan. 

> Juni:
Setelah lebaran, Saya dan adik-adik liburan ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Ikut open trip. Karena masih suasana liburan nasional, jadi pulau ini ramai sekali pengunjungnya. Di pulau ini bisa snorkelling juga lho, meski dibandingkan dengan Belitung rasanya jelas jauh beda.

> Juli:
Bulan ini jalan-jalan singkat dengan kak Dany. Kenapa singkat? Karena sebelum jam 3 sore udah sampai Depok lagi. Destinasi kali ini menjelajah ke Leuwi Hejo & Gunung Pancar, Sentul-Bogor. Perjalanan ke tempat ini dipenuhi dengan drama kesasar dulu sebelum sampai tujuan. Hahaha.  Mungkin jodoh juga begitu, jodoh memang tidak kemana; tapi kemana-mana dulu. 

> Agustus:
Lanjut ke Agustus, ini juga pendakian dadakan yang tidak masuk list target tahun ini: Gunung Papandayan. So far seru sih, dapat kenalan baru. Ada Esa dan Ryan. Hunting foto langit berbintang terwujud. Senang sekali, masya Allah!

Terus diajakin juga untuk hunting foto bareng Pandhu ke CFD Thamrin. Janjian jam berapa, aku datang jam berapa. Gelar miss ngaret masih sulit ditanggalkan.  Dan karena bulan ini lagi ada event Asian Games, banyak event deh salah satunya video mapping di Monas. Nonton sekaligus jeprat-jepret. Jarang-jarang sih aku foto suasana malam selain fotoin bulan.

> September:
Bulan ini sepupu nikah. Dan bantu jadi fotografer tak resmi di acaranya. Bulan ini juga mengerjakan foto produk makanan punya Bu Siwi.

> Oktober:
Awalnya rencana liburan bareng anker fighter ke Lombok. Qadarullah, situasi di Lombok sedang tidak kondusif. Destinasi liburan pun diganti ke Banyuwangi. Ini juga jadi salah satu kota favorit saya, karena banyak spot seru di Banyuwangi. Laut ada, Gunung dekat, Air terjun banyak, festival sering, kulineran murah, wisata budaya pun tersedia. Empat hari rasanya kurang. Kapan-kapan semoga bisa balik lagi ke sana. Aamiin.

> November: 
Bulan ini lebih banyak beraktivitas di Depok. Tanggal 6 saya bertambah usia. Seperempat abad terlewati, bye bye 25th. Kebetulan di hari ulang tahun bertemu bu Asma Nadia, salah satu penulis favorit saya. Ya Allah, bahagianya. Seperti dapat kado tak terduga.

> Desember:
Setelah sekian lama tidak pegang proyek foto untuk pernikahan, bulan ini diamanahi untuk mengabadikan momennya Dien Nisa. Salah satu adik kelas di fakultas ilmu komunikasi. Rasanya haru saat melihat Nisa meminta izin pada orang tuanya. Penutup akhir tahun ada kondangan ke walimahan Citra & Mario. Akhirnya sahabat yang satu ini dipersatukan dengan jodohnya. Aku ikut senang, semoga lancar S3 di Jepangnya Citra. Last but not least, di penghujung tahun 2018 saya coba menginventarisir kebiasaan membaca. Alhamdulillah 30 buku terselesaikan, wow.

Yap, itu dia kaleidoskop sepanjang tahun 2018. Oh iya, di tahun ini saya juga mulai menata beberapa hal, salah satunya tentang keuangan. Ternyata saya cukup impulsif juga dalam hal pengeluaran. Tahun 2019 ingin lebih berhemat. Targetan lain di 2019 akan saya bahas di tulisan lainnya.

Overall, 2018 was a great year! Now I have to say good bye to you and say hello to 2019. Welcome 2019, please be nice to me :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul