Hubungan
antar lawan jenis itu sangat rentan disalah kaprahkan. Ketika sedikit perhatian
atau penyebutan nama seseorang bisa jadi salah diartikan. Di anggap suka, mau
modus (modal dusta), atau apalah itu.
Saya tidak mengerti mengapa sebagian besar orang bisa berpikir seperti
itu. Mengapa orang cenderung terlebih dahulu berprasangka buruk dibanding
berprasangka baik? Aneh.
Pertemanan
yang saya pahami itu pertemanan yang tulus, tanpa ada maksud yang lebih. Kalau
simbiosis mutualisme sih gak apa, bagus malah. Bagi saya hal itu juga berlaku
untuk berteman dengan lawan jenis. Baik itu dengan teman sekelas, kakak kelas,
adik kelas, teman seorganisasi, maupun kenalan lainnya, saya pikir sama saja.
Diusia yang masih muda, menjalin relasi dengan siapapun itu hal yang menarik. Jujur
saja, saya merasa risih ketika prasangka-prasangka buruk berkeliaran bebas
diantara pertemanan dengan lawan jenis. Karena kondisi yang rentan itulah yang akhirnya
membawa fitnah. Kalau ujung-ujungnya masalah perasaan, saya angkat tangan deh.
Belum mau berpusing-pusing ria dengan hal itu, hehehe.
Sudah banyak
kasus yang gara-gara gak bisa menempatkan diri antara hubungan personal dan
hubungan profesional justru menjadikan hubungan itu jadi kaku, runyam, ada juga
yang salah tingkah, atau malah jadi kepedean. Kalau diorganisasi yang ribet itu
malah bisa membuat rusak koordinasi. Bercanda juga sah-sah saja selama
bercandanya itu gak menyakiti orang lain atau mengandung kebohongan. Jaim alias
jaga iman bisa kali diterapkan. Tapi kalau kaku-kaku amat trus bahasanya
terlalu sopan tingkat dewa juga rasanya membosankan.
Jadi kenapa
kita tidak berpikir secara wajar dan menjalaninya dengan alami saja? Kalau toh
nantinya ada maksud lain, silahkan diutarakan dengan cara-cara yang lebih baik.
Simpel kan?
Komentar
Posting Komentar