Langsung ke konten utama

Belajar Menjadi Ibu Profesional

Setelah mengikuti kelas matrikulasi institut ibu profesional, ada banyak hal yang membuat mata saya terbuka lebih lebar. Ternyata menjadi ibu profesional itu tidak instan. Ada serangkaian proses yang perlu dipahami dan dijalani seorang perempuan. Baik dalam hal kapasitasnya sebagai seorang individu, seorang istri, maupun sebagai seorang ibu.

Setiap proses-proses itu tentu ada pembelajaran dan ilmunya tersendiri. Dan seperti nasihat dari Imam ghazali bahwa ilmu itu bukanlah yang dihafal, melainkan yang ada di dalam dada; maka konsekuensinya dalam setiap pembelajaran di kelas ini dituntun agar dikerjakan secara nyata akan benar-benar terpahat di dada. Berikut saya akan mengulas beberapa hal yang menarik dari materi di kelas matrikulasi.

#Week 1
Pada minggu ini, kami belajar tentang adab. Bahkan adab terhadap ilmu itu sendiri penting untuk diketahui. Sebab adab adalah prasyarat atas baiknya ilmu dan amal yang dijalankan. Menuntut ilmu sendiri merupakan proses untuk meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka kita harus mencarinya dengan cara-cara yang mulia.

#Week 2
Di pekan kedua ini, kami belajar mengenai ibu profesional kebanggaan keluarga. Pembelajaran ini mencoba menjawab perihal apa itu ibu profesional? Apa itu komunitas ibu profesional? Bagaimana cara menjadi ibu profesional? Dan bagaimana seorang perempuan bisa berhasil sebagai ibu profesional?

Kuncinya adalah kesungguhan menjalani peran. Ada sebuah pesan dari pak Dodik pada ibu Septi untuk meyakinkan beliau dalam menjalani peran seorang ibu: "bersungguh-sungguhlah kamu di dalam, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu, tidak ada hukum terbalik."
Saya pun mengamini bahwa apa yang kita kerjakan dengan kesungguhan tentunya dimulai dari diri kita sendiri, dari keluarga kita,   baru meluas ke yang lainnya.

#Week 3
Membangun peradaban dari dalam rumah. Saat kita dipertemukan dengan seseorang yang menjadi pasangan hidup, tentu tidak sekedar untuk melanjutkan keturunan. Kita perlu memahami apa sebenarnya misi spesifik kita dalam keluarga. 

Dengan memahami peran spesifik keluarga kita dalam membangun peradaban, kita bisa semakin tahu akan potensi unik keluarga yang bisa dikembangkan sesuai dengan perintah-Nya. Kemudian kita juga bisa mengembangkan program & kurikulum pendidikan apa yang cocok untuk anak-anak.
Tentunya diselaraskan dengan bakat si anak, potensi alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di sekitar.

Maka tak akan ada lagi cerita tentang anak-anak yang kebingungan, tidak tahu tujuan hidup, kesepian, dan hilang arah. Anak-anak berhak untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang sehat.

#Week 4
Mendidik dengan kekuatan fitrah.
Di sini saya belajar bahwa yang namanya mendidik itu bukan sekedar menjejalkan materi, atau seperti analogi mengisi gelas-gelas kosong. Tapi mendidik adalah proses untuk membangkitkan, menyadarkan, dan menguatkan fitrah anak-anak yang kita didik. Jika mereka sudah bersemangat, maka anak-anak itu akan belajar mandiri sepanjang hidupnya.

#Week 5
Di pekan kelima, kami belajar bagaimana caranya belajar. Kita dan anak-anak perlu belajar 3 hal, yakni belajar hal yang berbeda, cara belajar yang berbeda, dan semangat belajar yang berbeda. Good is not enough anymore, we have to be different.

#Week 6
Tema pekan keenam adalah ibu manager keluarga handal. Di pekan ini yang saya pelajari adalah adaptasi (berubah atau kalah) dan kreativitas (jangan mau terjebak rutinitas).

Semua ibu itu bekerja; baik dalam ranah domestik maupun yang menjalankan peran di ranah domestik dan publik. Apapun ranah kerja yang dipilih, seorang ibu profesional harus selesai dengan manajemen rumah tangganya terlebih dahulu. Sehingga ketika bekerja di ranah publik pun bukan sebagai pelarian atas ketidakmampuan di ranah domestik. Hal-hal ini tentunya perlu disusun dengan baik.

#Week 7
Rezeki itu pasti, kemuliaan harus dicari. Jalan yang ditempuh saat menjemput rezeki akan berpengaruh terhadap keberkahan dan kemuliaan kita dan keluarga. Maka penting untuk memahami dengan jalan apa kita mencari rezeki, buat apa, dan buat siapa. Sebab halal dan haramnya akan dihisab suatu hari nanti.

#Week 8
Pekan kedelapan membahas tentang misi hidup dan produktivitas. Apa saja ranah aktivitas yang kita suka dan bisa? Kemudian aktivitas tersebut dikembangkan lagi dengan menjawab pertanyaan Be-Do-Have. (Be) mental seperti apa yang harus dimiliki untuk menjadi seperti yang kita mau?. (Do) apa yang harus dilakukan?. (Have) apa yang akan dilakukan ketika sudah memiliki harapan tersebut?

Kalau saya misalnya menulis. Be-nya adalah saya harus memiliki mental konsisten untuk berlatih menulis serta open minded. Do-nya yang saya kerjakan adalah saya menulis setiap pekan. Di bagian Have, saya mengajak teman-teman saya untuk ikut menulis dan berbagi inspirasi melalui tulisan.

#Week 9
Di pekan terakhir, materinya adalah ibu sebagai agen perubahan.  Kita dituntut untuk mengasah kepekaan kita terhadap permasalahan diri sendiri dan lingkungan sekitar, mulai dari hal yang sederhana. Sehingga ketika kita bisa mengatasi permasalahan kita, artinya kita bisa memberi solusi bagi orang lain yang punya permasalahan yang sama dengan kita. Setiap masing-masing dari kita bisa menjadi agen perubahan ke arah yang lebih baik.

Sekian ulasan singkat saya tentang MIIP. Semoga semakin banyak perempuan (dan juga laki-laki, mungkin ada forumnya tersendiri) yang sadar akan perannya yang luar biasa sebagai ibu (dan bapak). Semoga bermanfaat.

#sabtulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Happiness Is

Psikologi positif pada awalnya dicetuskan oleh Martin Seligman. Psikologi positif memandang pada dasarnya manusia itu mencari kebahagiaan ( happiness ).  Psikologi positif memusatkan diri kepada keutamaan-keutamaan manusia, hidup dengan moralitas, tahu yang baik dan yang buruk. Karena itu secara keseluruhan mengandalkan akal budi dan nurani. Kalaupun emosi, maka emosi yang dipakai adalah emosi positif. Dalam psikologi positif, seluruh tubuh (jiwa & raga) adalah sumber kekuatan, keutamaan, dan nilai-nilai yang menggerakkan manusia. What is happiness? Happiness atau kebahagiaan itu bukan senang melihat orang menderita dan sengsara ketika melihat orang lain senang. Bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram, bebas dari segala hal yang menyusahkan. Authentic happiness adalah tujuan akhir keberadaan manusia, thrive/flourish adalah tanda dari authentic happiness. Where does happiness come from, Nature or Nurture? Ada dua pendapat dalam membahas kebahag