ia tidak dapat ditekan, dipaksa, dan bekerja di bawah target yang ketat. jika ia tidak menyukai tugas tersebut, rasa malas, takut, bimbang menyergapnya. akhirnya ia membiarkan semua tugasnya terbengkalai.
jika ia merasa tak ada gunanya belajar untuk ujian besok, ia tak akan menyentuh materinya, dan membiarkan ujian itu lewat saja di depan matanya.
saya meyakinkan diri bahwa apa yang saya lakukan adalah benar. bahwa menahan otak, ambisi, dan kemampuan diri ini adalah agar kami dapat berdiri pada ketinggian yang sama. butuh waktu bertahun kemudian, untuk menyadari bahwa seharusnya kalimat itu berbunyi "agar kami dapat berdiri pada KERENDAHAN yang sama".
#dikutip dari buku "la tahzan for broken muslimah"
***
cerita ini mirip seperti kejadian sehari-hari. seperti ketika diri berkeinginan untuk menjadi yang lebih baik, ada saja orang-orang yang tak berani keluar dari kungkungan zona nyaman. dongkol! mungkin kata yang tepat untuk merepresentasikan perasaan hati, ketika mencoba hal baru ada saja orang-orang yang berkata "mundur". kayak gak punya keyakinan saja. lemah.
pengennya ya, kalau menghadapi orang-orang seperti itu, menyekap mulutnya, mengikat dia, dan buang ke laut saja. atau nyuruh dia nguras lautan pakai gayung batok kelapa, biar tahu rasa (ahahahaha sadisnya). haha, daripada pikiran orang-orang seperti itu meracuni orang-orang yang ingin berkembang. membuat tunas harapan mati sebelum berkembang. fuaaah >.<"
Komentar
Posting Komentar