Langsung ke konten utama

30 Agustus 2012

Hari ini ada agenda Forsil (forum silaturahim) HIKMAH 2010 di rumah Ririn, Citayam. Dikarenakan kurang sehat, akhirnya aku berangkat agak siang, berangkat sendiri. Efek kurang sehatnya berasa, pas diajak ngobrol, akunya sedikit gak nyambung.
“Shinta emang besok mau kemana?” tanyaku penasaran
“Bandung.”
“Ohhh. Parung.” Jauh banget dari kata Bandung jadi Parung.
Teman-teman yang lain langsung nyamber, “Bandung, Ning.”
Adduuuhh, jadi malu >.<

Sorenya pengumuman doorprize untuk teman-teman HIKMAH. Umn, sebenarnya itu strategi aja. Sejauh dua ikhwan dan si endah yang mendapat doorprize sih kondisi masih aman. Tiba giliran pendokumentasian momen Imah saat menerima doorprize, aku yang diminta mewakili untuk ngasih seserahan.
“Selamat Ulang Tahun ya Imah...”
Kata-kata itu meluncur begitu saja. Linda langsung bergerak ke belakang, sedikit menjauh. Ekspresi Novi, Endah, Sugi, Ajeng, Ririn dan lainnya yang hadir di sana berubah aneh. Wajah Imah pun sedikit heran. Saat itu aku sadar telah menciptakan sebuah ke-dudul-an. Hahaha padahal yang lain udah tahan-tahan biar gak kebongkar. Hahahaha.. Maaf ya, gak sengaja teman-teman :D

Pulangnya Novi bilang, “Yuning hari ini gak kayak biasa ya..”
“Hhe? Gak biasa gimana?”
“Jadi agak sedikit pemalu.”
“Maaassaaa? Yakin? Darimana?”
“Ya lain aja hari ini..”
Jadi mikir, “Apa gara-gara hari ini aku duduknya dipojokkan, jadi sedikit gak keliatan? Atau bukannya gara-gara hari ini aku justru bikin ulah yang malu-maluin ya?”
“Bukan, bukan itu Ning...”
Pipiku memanas, malu beneran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul