Langsung ke konten utama

Kakak I Love You

“kakak, I love you!”
Aku yang mendengar kata-katamu terserang gamang. Tidak siap dan bengong beberapa saat. Otakku masih mencerna, mengurai satu per satu apa yang baru saja kamu katakan.
“ihhh kakak, kok diam aja.”
“hahaha.. gak tahu harus bilang apa.”
“bilang I love you too...” balasmu mengajariku.
“eeehh? Iyaa.. I love you too.” Bahkan setelah kata-kata itu terucap langsung, aku masih berpikir: benarkah?

Entah saat itu kamu tahu atau tidak; love, cinta, dan apa pun bahasa yang mewakilinya, bagiku itu bahasa langit yang perlu mengumpulkan keberanian dan kesadaran untuk mengungkapkannya.
Bagiku, cinta itu berarti komitmen.
Cinta itu berarti janji, janji untuk membantumu melewati kesulitan dan memperlakukanmu dengan sebaik-baik perlakuan.
Cinta itu berarti memberi, menggetarkan dan menghidupkan hati.
Cinta itu lapang dada menerima kelebihan dan kekurangan.
Cinta itu bukti, ia nyata, bukan omong kosong atau kata-kata utopis.
Dan yaaahh.. cinta punya banyak makna untuk diartikan. Seperti warna air murni, begitu bening. Ia menjadi merah, ketika kita memberinya warna merah; menjadi biru saat kita mencelupkan warna biru; pun dengan warna lainnya.
Dan tahu kah kamu, mengapa aku perlu waktu untuk balik berkata cinta padamu? karena komitmen itu bukan hanya jatuh padamu, tapi juga ada Allah di atasmu.
Maka untuk saat ini, aku masih berusaha. I try to love you hardly because Allah.

---------------------------------------------
Malamnya, ada pesan singkat di kotak masuk:
Ana uhibukki fillah *peluk*

Dari orang yang berbeda. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul