jika kita ingin
memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah;
kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang,
kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang
dihadapinya. Ibarat mencintai seseorang, meskipun hal itu disimpan dalam ruang
yang sunyi, sejauh mana kita bisa menerima orang itu lengkap dengan keseluruhan
hidupnya. Atau jangan-jangan selama ini kita hanya kagum pada kebaikannya
kemudian menutup mata pada kehidupannya yang lebih luas. Melihatnya dengan
kacamata terpisah, melihatnya hanya sebagai individu. Namun menolak untuk
melihat tentang orang-orang dan segudang pengalaman yang lebih dahulu mengisi
kehidupannya.
Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia
Komentar
Posting Komentar