Langsung ke konten utama

Berawal Dari Janji, Welcome to Solo!

Sesungguhnya tujuan  berkunjung ke Solo itu adalah untuk silaturahim sekaligus memenuhi janji ke seorang karib, Novia Sintha Dewi alias Dedew. Dulu pengen ke Solo untuk hadir pas momen wisudanya di UNS, qadarullah ternyata waktu itu belum bisa. Akhirnya penghujung Oktober 2017 kemarin, iseng cek harga tiket kereta ke Solo dan awalnya mau booking untuk pertengahan November. Berangkat sama siapa? Sendirian hehe. Eh tetiba keingetan sama Rani yang minta diajak jalan. Akhirnya sinkronisasi jadwal, dan fix beli tiket kereta. Berangkat dari Stasiun Pasar Senen tanggal 2 Desember 2017, dan Pulang tanggal 6 Desember 2017 pukul 14.30 WIB dari Stasiun Purwosari dengan kereta Bengawan. Beberapa hari kemudian, Umi bilang mau ikut main ke Solo. Doi nyusul dengan kereta yang berbeda. Jadilah Kami trio anak Depok ngebolang ke Solo.

Teman Kecil selama di kereta Jakarta-Solo


Yak, kenalkan ini Habibie dan Alvin. Duo krucil yang super heboh dan bikin perjalanan tak terasa sepi. Alvin, si ganteng yang kinesik sekali, tak bisa diam, jalan sana jalan sini. Juga si Habibie yang manis dan lebih kalem. Engga tahu kenapa, aku selalu merasa pertemanan diantara anak-anak itu terasa simpel dan natural sekali. Bagaimana mereka bisa cepat berinteraksi, main bersama, dan menjadi akrab. Bahkan waktu Habibie dan keluarganya turun duluan di Stasiun Lempuyan Jogja, masih sempat dadah-dadahan dari luar kereta. Lucunyaa… bikin gemes!

Sedikit Kejutan Budaya

Aku dan Rani tiba di Stasiun Purwosari sekitar jam Sembilan malam. Berhubung kami sama-sama tak tahu jalan dan sudah malam, kami pesan taksi online untuk mengantarkan kami ke rumah Dedew di daerah pinggiran Boyolali. Sayangnya, kami agak miss komunikasi dengan si driver. Driver-nya mengarahkan kami di tempat janjian pick-up dengan arahan arah mata angin. Padahal ya kalau di Jakarta biasanya patokannya kanan, kiri, depan, belakang gedung/jalan tertentu. Apalagi ini malam, gak ada matahari, mana kami tahu. Eh, pas sudah ketemu kami jadi kena “omelan” hampir sepanjang jalan. Jujur ini culture shock, selain beda kebiasaan, ternyata tak semua orang Solo itu ramah dan pengertian, meskipun dia kerja dibagian jasa. Sebelum kami turun, si driver pesan untuk diberi bintang 5 dan menawarkan kalau perlu transport bisa calling beliau tapi paling tidak 3-4 jam sebelumya. Ya kali atuh, mending pesan driver yang lain -___-“ Nah buat yang mau main ke Solo apalagi newbie, ada baiknya kamu siap sedia kompas atau mempelajari ilmu membaca arah mata angin hehe... mengantisipasi kalau dapat driver model ini.

Setibanya di rumah Dedew, langsung disuguhi sate. Hihi, pengertian banget Dedew, tahu aja kalau belum sempat cari makan malam. Setelah chit chat sebentar, beberes, kami pun istirahat agar ada tenaga untuk jemput Umi dan eksplor Solo esok pagi.

(Bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selaman...

Husnuzhan

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu menggunjing sebagian yang lain. apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kamu merasa jijik. dan bertakwalah kamu kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat : 12) jleeebbb.. baca ayat ini rasanya jleb banget. semakin dibaca semakin ngerasa jleb! #istigfar banyak-banyak mungkin diri ini kerap kali lalai terhadap prasangka, lebih mendahulukan prasangka buruk (suudzhan) dibanding prasangka baik (husnuzhan). padahal diri ini bukan apa-apa, pengetahuan pun hanya secuil. tak sadar ada angkuh yang menyusup, merasa diri sudah benar. lebih bangga kalau tahu kesalahan orang lain, dikorek lebih dalam. berpuas diri ketika dapat menjatuhkan yang lain. padahal diri ini sering lupa, kesalahan diri sendiri...

This Is Not My Passion

Disemester ini, semester enam, rasanya seperti kehilangan semangat. Lost my passion. Malas banget. Kuliah rasanya gak nyaman. Dateng sih dateng. Raganya ada, tapi pikirannya gak tahu kemana. Parah banget ya. Gak cuma kuliah, organisasi pun juga lagi malas. Minggu-minggu ini cuma jadi pengamat aja. Dan hari ini ada setumpuk agenda, tapi akhirnya kuputuskan dirumah saja. Alias bolos. Gak kuliah, gak datang tahsin, dan gak datang kajian. Yaampun, devil sedang berjaya nih. Kuliah rasanya begitu-gitu doang. Dari semester ke semester dosennya itu-itu lagi, dengan cara mengajar yang gitu lagi gitu lagi. Ada sih dosen yang ajib, kalau beliau ngajar gak sekedar transfer ilmu, tapi transfer emosi juga. Kita diajak diskusi. Diajak mikir beneran mikir. Kalau kami salah, dikasih tahu yang benar. Bukan tipe dosen yang bisanya cuma menghakimi. Walaupun mata kuliah yang beliau ajar termasuk yang sulit dipahami, tapi ngajarnya enak. Aku pribadi enjoy, gak males-malesan masuk ke kelas beliau. Y...