Langsung ke konten utama

You are unique



                Temanku yang satu ini pendiam sekali. Jarang bersuara. Jika ditanya jawab seadanya. Ok, sip, siap : pasti gak jauh-jauh dari itu. 3 kata pamungkas. Ya Tuhan, saya sudah bicara panjang lebar kali tinggi sama dengan luas, dijawabnya cuma begitu doang. Kadang geregetan sih tapi kocak juga, malah jadi lucu. Apa kosakatanya emang cuma segitu? Waduh, kalau begitu kapan-kapan perlu diberi kado kamus nih. Hummmnn… tapi mungkin memang seperti itu keunikannya. Padahal saya kira dia punya respon lain, atau paling enggak ekspresinya itu jangan datar terus, kan jadi bingung juga. Saya yang salah bicara atau bukan? Atau apa? Tanda Tanya. Jadi penasaran sama dunia orang seperti itu. Seberapa sepi ya? Hha..

                Ada lagi temanku yang hobinya ramai sendiri. Gak ada angin, gak ada hujan, gak ada petir selalu saja heboh sendiri, dan bikin heboh orang lain. Haha… Ada saja ulahnya yang membuatku tertawa. Kadang melakukan hal-hal yang menurutku itu cukup gila dan fenomenal. Keisengannya itu diambang batas kenormalan. Bahkan sering membuatku heran atas tingkahnya, apa seharusnya begini? Gak jarang orang-orang seperti ini bikin geleng-geleng kepala.
                Berada diantara keduanya rasanya seperti berada diantara es dan api. Yang satu aura dinginnya menyengat dan siap membekukan sekelilingnya. Yang satu lagi seperti bola api yang kerjanya menggelinding kesana kemari. Ummmnn… atau lebih mirip batu dan cacing kepanasan. Ahahahaha yaa kira-kira seperti itulah mereka. Sangat unik :D 

Komentar

  1. yun, si budi gak diitung? pdahal itu yg paling unik, psti gak nemu dimana pun, ngomong panjang lebarrrrrr blsannya 'Apa kabar?' ahahahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul