Langsung ke konten utama

Kondisi Gaza Terkini


Siapa yang kemarin ikut acara IBF? Acara bergengsi ini sayang banget lho untuk dilewatkan bagi kamu pecinta buku dan haus akan ilmu pengetahuan. Disini kamu bisa mendapat buku dengan harga terjangkau. Yup, Acara IBF (Islamic Book Fair) yang diadakan di Gelora Bung Karno, Jakarta 1-10 Maret 2013 memang telah usai. Berikut ada liputan salah satu acara talkshow di IBF mengenai kondisi gaza terkini. Talkshow ini berlangsung pada hari Senin, 4 Maret 2013 pukul 16.00-18.00 WIB dengan pembicara kak bimo, ust. Salim A. Fillah, dkk.

Acara ini diawali dengan berbagi pengalaman kak Bimo, pendongeng anak, selama menjalani kegiatannya di tanah Palestina. “hadirin tahu apa perbedaan karakteristik anak di Gaza dan Indonesia?” hadirin menyimak kelanjutan cerita kak Bimo.

“saya bertanya kepada anak-anak disebuah TK di Gaza, Siapa yg mau jadi dokter? Hanya 1 orang yang mengangkat tangan. Siapa yang ingin jadi pengusaha? pemain bola? Hanya satu dua orang. Lalu saya bertanya lagi siapa yg mau jd presiden? Dan ternyata tak ada yang angkat tangan, tak ada yang menjawab. Lalu ketika saya bertanya siapa yg mau mati syahid? Semua menjawab saya!”

Beliau juga menuturkan alasan mengapa orang Israel sangat ingin membunuh anak-anak Palestina. Rupanya mereka ketakutan dengan perlawanan, kekuatan, keberanian Hamas, yang notabene Hamas adalah idola anak-anak di Palestina. Idola mereka adalah para mujahid. Beliau menjelaskan bahwa semua anak-anak Palestina menghafalkan Al Qur’an dengan kondisi yang terhimpit perang hanya dalam waktu dua bulan saja. “Bahkan anak SD saja sudah hafal qur’an apalagi SMP dan SMAnya.” Tandas Kak Bimo. Ternyata bagi anak-anak Palestina, ruh Al Qur’an lebih ditekankan kepada mereka daripada sekedar menghapal Quran. Dimana-mana ada tempat untuk belajar Qur’an. Orang-orang Israel ingin menumpas Al Qur’an, maka mereka membunuh anak-anak palestina, walaupun dengan bahaas yang berbeda. Orang-orang Israel berdalih tidak sengaja membunuh anak-anak.

Sepulang dari Palestina, beliau dan Ikatan Pendongeng Muslim Indonesia menjalankan program yang diberi nama ‘uang jajan untuk anak-anak Gaza’. Program ini bertujuan untuk membantu perkembangan kondisi anak-anak di Gaza, Paestina. Kak Bimo menambahkan bahwa “Islam itu bukan hanya dikampung-kampung, di pelosok, tapi islam itu ada di enam benua. Maka ukhuwah itu seharusnya luas.”

Pada gilirannya, ust. Salim bercerita mengenai perjuangan Thalut di negeri Syam yang membentang dari Suriah hingga Palestina, tentang betapa banyak golongan kecil yang bisa mengalahkan golongan yang lebih besar atas izin Allah. “Kalau Allah tidak menahan keganasan manusia dengan sebagian yang lain, niscaya bumi ini binasa.” Ujarnya.

Ust. Salim juga menjelaskan bahwa tidak akan membahayakan atau memberikan mudharat kepada mereka orang-orang yang tidak mempedulikan mereka tentang ayat-ayat Allah. “Nabi berpesan janganlah melaknat negeri Syam, tapi celalah ketidakadilan sebagian dari mereka. Kalau penduduk palestina menyerah maka Israel akan menyerang ke seluruh bumi.” Lanjutnya.

Ust. Salim juga menceritakan sekilas mengenai kehidupan di Gaza. “mereka juga belajar breakdance, itu berguna untuk menghindari peluru-peluru Israel. Tapi yang paling hidup adalah tarbiyah.” Kenapa kita membela Palestina, Suriah, dan lainnya? “Ini bukan sekedar karena penjajahan atas sebuah bangsa, bukan semata soal kemanusiaan, tapi ini adalah bentuk perjuangan iman umat manusia untuk mencegah kemungkaran yang lebih besar.” Kata ust. Salim.

Ada sebuah kisah semut mengenai pasukan besar nabi Sulaiman yang akan melintasi daerah para semut itu. Komandan semut tersebut memperingatkan semut-semut yang lain agak menyingkir dan tidak terinjak oleh pasukan nabi Sulaiman. Kisah tentang semut menolong semut ini yang kemudian kalimatnya diabadikan dalam Al Qur’an. Apalagi kita sebagai manusia, maka sudah semestinya saling menolong dalam kebaikan.
Hadir juga pada talkshow itu Suwahyo Janto, seorang relawan dan penulis 7 Sayap untuk Masjid Al Aqsha : Membantu palestina, Menolong Suriah. Beliau berkata, “Ngapain harus jauh-jauh ke Palestina atau Suriah sedangkan disekitar kita masih banyak masalah, musibah atau bencana dan orang-orang yg menderita? Adakah yang masih berpikir seperti itu?”

Kemudian beliau bercerita tentang pengalamannya saat terkena musibah gunung merapi di Yogyakarta dahulu. Ternyata ada bantuan dari negeri Syam, padahal yang kita tahu mereka juga sedang tertimpa kesulitan yang sangat. Mengapa jauh-jauh? Kalau ditanya seperti itu maka inilah jawabannya “karena muslim itu bersaudara, satu sakit maka semuanya sakit. Allah ingin menguji kita siapa yang amalnya lebih baik diantara kita.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul