Langsung ke konten utama

Gandrung

#Tugas Aplikom Penulisan Naskah 2.
Naskah 1 Kolom

GANDRUNG


MOTION GRAPHIC:  LOGO DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 
mempersembahkan

Scene 1
INT-KAMAR-SIANG HARI
Close to seorang wanita mengenakan atribut penari dan latihan menari di depan cermin.

Title:
GANDRUNG
PANGGILAN JIWA YANG MENARI

Scene 2
EXT-SAWAH-SIANG HARI
LS. Terlihat pemandangan sawah dan sekelompok orang tengah berjalan dipinggiran.

Scene 3
INT-RUANG MUSIK-SIANG HARI
Kegiatan pemain musik gamelan tradisional yang memainkan musik dan suara nyanyian. Pemaparan oleh Hasan Ali, ketua dewan kesenian banyuwangi.
Hasan Ali              : Kesenian gandrung banyuwangi dapat dikatakan  sebagai ibu dari berbagai jenis kesenian daerah di banyuwangi. Kesenian-kesenian daerah banyuwangi seperti mocoa, barong, gedoga, haderguntulan, dan lain-lain sangat dpengaruhi oleh gandrung.

INSERT
Pertunjukan tari gandrung  diiringi musik gamelan tradisional.

Hasan Ali              : angklung banyuwangi dengan perangkat gamelan seperti yang tampak di samping saya juga sangat dipengaruhi oleh kesenian gandrung. Gending-gending angklung baik untuk angklung selisih, angklung yang hanya terdiri dari satu perangkat, maupun gending-gending yang dilagukan oleh angklung calung yang erdiri dari dua peangkat lainnya, umumnya juga menggunakan gending-gending yang berasal dari gending-gending gandrung.

Scene 4
EXT-LAPANGAN-MALAM HARI
Penari gandrung melagukan nyanyian-nyanyian sambil menari.

 Scene 5
INT-TEMPAT TIDUR-MALAM HARI
Seorang ibu menyanyikan lagu untuk membuat anaknya, gandrung temu tertidur. Narasi dari penari gandrung temu tentang latarbelakangnya menjadi penari gandrung.
Gandrung temu                : saya lahir tahun 1954, tanggal 5 juli malam kamis wage. Waktu saya lahir bapak tidak ada. Bapak kerja di kawah Ijen. Karena lahir di malam hari saya dinamakan Mesti. Waktu umur 6 bulan saya sakit-sakitan. Terus bude saya datang, melihat saya sakit, bude tidak tega. Karena tidak punya anak, saya lalu dipungut jadi anaknya. Terus ia berjanji...”nak, cepat sembuhlah kamu. Kalau kamu nanti sembuh, kamu akan saya jadikan penari gandrung”. Setelah sembuh nama saya berubah. Orang-orang memanggil saya Gandrung Temu Mudaiyah.

Scene 6
EXT-LAPANGAN-SIANG HARI
Penari Gandrung Temu Mudaiyah menari gandrung. Terlihat antusias dari penonton.
Narasi   Hasan    : tidak ada catatan tentang kapan kesenian gandrung ini dimulai. Kita memang mengetahui dari beberapa catatan kemudian. Bahwa Semi sebagai gandrung wanita yang pertama, mulai menarikan tari gandrung pada usia sepuluh tahun pada tahun 1895. Namun dari catatan dan cerita-cerita para kuah sebenarnya sebelum Semi sudah ada kesenian gandrung yang dikenal di daerah banyuwangi ini dengan nama gandrung lanang. Lanang adalah laki-laki. Jadi jelas apa yang dimaksudkan dengan gandrung lanang adalah gandrung yang ditarikan oleh penari laki-laki namun dengan pakaian atau kostum wanita.

Scene 7
EXT-JALANAN- SIANG HARI
Gandrung Temu melintasi jalan dan beberapa laki-laki mencemoohnya.
Laki-laki 1             : ayo wani piro?
Laki-laki 2             : siji?
Laki-laki 1             : empat juta ge oleh.
Laki-laki 2             : piro?
Gandrung Temu : misi
Laki-laki                : monggo. Eh gandrunge, nonton gandrunge.. gandrung!
Gandrung            : gala, iku cangkeme karo kurang ajar.
Narasi gandrung : memang sudah kehendak tuhan, janji bude saya dipenuh. Ada orang yang ingin melatih saya jadi penari gandrung. Waktu itu umur saya 15 tahun. Saya belajar tari gandrung tahun 1969. Saya diajarkan segala macam gending. Erang-erang, embat-embat, gerang kalong dan lain sebagainya. Juga tari jejeran, seblangan dan juga tari topeng.

Insert : scene 5

Scene 7
INT-RUANG LATIHAN TARI
Penari dan pelatih tari sedang latihan menari. Suasana beralih ke pertunjukan gandrung.
Narasi gandrung: bulan berikutnya ada yang nanggap. Saya wajib melayani tamu. Harus rendah hati, ramah tamah, tidak boleh pilih kasih. Setiap pementasan setiap ada nanggap harus ada “peras”. Di kamar rias satu, di pemain musik satu. Itu untuk persyaratannya. Kalau tidak ada, salah satu pemain akan sakit atau dapat halangan.

Scene 8
INT-RUANG LATIHAN-SIANG HARI
Narasi dari pengamat gandrung, soemitro hadi : fungsi kesenian gandrung banyuwangi adalah tari pergaulan sama halnya dengan tari-tari lain seperti tandak, joget bumbung, teledek, ataupun ronggeng di jawa barat. Tetapi kesenian gandrung banyuwangi mempunyai ciri khas tersendiri,baik tata gerak maupun tata iringan dan lainnya. Penyajian tari gandrung banyuwangi terdiri atas tiga tahapan, tahapan yang pertama adalah tahapan jejer gandrung. Penari gandrung menari sendiri menyanyikan lagu podononton diakhiri dengan lagu jalan dawuh.

INSERT: pentunjukan tari gandrung.

Narasi gandrung temu : saya terkenal sebagai gandrung temu. Saya ditanggap terus sampai menolak karena banyak yang bersamaan. Akhirnya banyak yang mengundurkan hajatannya menunggu jadwal saya yang kosong. Hasilnya saya kumpulkan. Saya belikan macam-macam. Yaa.. buat beli sawah, beli sapi. Terus banyak laki-laki yang datang. Mereka senang sama saya. Kalau yang datang masih muda. Saya senag. Kalau tua, yaa saya tinggal pergi.

Scene 9:
INT-RUMAH-MALAM HARI
Gandrung temu menyisir rambutnya.
Ponakan              : bule, ada tamu.
Gandrung temu: laki-laki atau perempuan?
Ponakan              :laki-laki
Gandrung            : ya, suruh masuk.
Ponakan kecil berlatih tari.

Narasi soemitro hadi : tahapan selanjutnya adalah tahapan kedua. Tahapan ini dinamakan tahapan panjogan. Penari gandrung melayani para tamu, para penonton satu per satu secara bergantian sampai pada tahapan inilah sering justru kegiatan atau adegan yang kadang-kadang diluar norma. Misalnya pemaju yang menemani gandrung ingin mencium, yang lebih tragis lagi apabila suasana ini dipacu oleh panasnya minuman keras sehingga penyajian dari gandrung ini sendiri sedikit tidak pantas. Mungkin hal inilah yang menjadi sebab menurunnya minat atau menurunnya apresiasi masyarakat bahkan menurun pula minat dari generasi muda unuk menjadi penari gandrung. Upaya maksimal dari berbagai pihak seniman, budayawan, termasuk masyarakat pendukungnya sangan dibutuhkan dalan rangka pelestarian kesenian gandrung. Atau sedikitnya kita berharap tari gandrungnya sendiri masih diminati oleh masyarakat khususnya yang muda-muda.

Scene 10
INT-RUANG LATIHAN SMKI-SIANG HARI
Siswa berlatih tari gandrung.
Narasi Am Munardi: gerak dasar tari banyuwangi yaitu menyangkut sikap pokok dulu, sikap pokok yaitu sikap tubuhnya, hadeg atau cara berdiri sebenarnya ini merupakan sikap kaki maksud saya, kemudian bagaimana kita menggerakkan  tangannya. Pelestarian kesenian melalui institusi-institusi tradisionalnya kemudian dianggap lamban tidak sesuai dengan perubahan sikap komunitasnya, demikian orang kemudian mendirikan sekolah-sekolah kesenian, lembaga pendidikan formal kesenian untuk menggantikan fungsi institusi-institusi tradisional itu dengan sistem yang lebih terprogram, lebih terstuktur dan lebih modern. Pakar-pakar seni pertunjukan tradisi direkrut menjadi narasumber atau  pengajar. Perangkat-perangkat instrumennya diangkut di dalam ruang-ruang kelas. Tetapi orang lupa bahwa ada aspek yang tidak mungkin terangkat yaitu komunitas itu sendiri. Padahal komunitas adalah udara dimana seni pertunjukan itu bernapas.

Scene 11
INT-RUANGAN-SIANG HARI
Seorang pemain gamelan memainkan gending.
Narasi   Hasan    : pembinaan kesenian khususnya kaderisasi seniman yang selama ini kita ketahui dilakukan melalui dua jalur. Jalur tradisional dan jalur akademis. Di lembaga pendidikan kejuruan seni, bila kita bandingkan memang jalur akademis memiliki nilai lebih seperti sebagai contoh pembinaan seniman tari lewat jalur pendidikan formal tampak lebih berbobot karena materi yang di dapat lebih sistematis dengan target kurikulum praktek olah tubuh dilakukan secara rutin dan terarah serta mendapatkan ilmu-ilmu pengetahuan tari yang lain. Sedangkan regenerasi lewat jalur tradisional prosesnya sangat alamiah dan kualitasnya sangatlah tergantung pada tingkat kemampuan pembinanya. Namun demikian seniman hasil tempaan tradisional sangat dengan masyarakat.

Scene 12
INT-RUANG LATIHAN-SIANG HARI
Siswa belajar kesenian tari gandrung beramai-ramai.
Narasi Am Munandar: empowerment yang dilakukan oleh komunitas-komunitas tidak mungkin kita peroleh dalam lembga pendidikan formal kesenian. Lalu terasa dari sisi yang hilang dari proses pembentukan seniman seni pertunjukan. Praktek kerja lanpangan yang kemudian diemangkan menjadi pendidikan sistem ganda dimaksudkan untuk mengisi kekosongan. Dengan mengiring siswa komunitas-komunitas seni pertunjukan maka diharapkan akan tumbuh benih kesadaran bahwa hanya dengan menetap pada sumbernya maka kesenian ini akan tetap berlangsung

Scene 13
EXT-SAWAH-SIANG HARI
LS. sekelompok orang tengah berjalan dipinggiran sawah.
Narasi gandrung : tahun 1977 saya menikah, umur saya 18, cipto 20 tahun. Akhirnya karena masih sama-sama muda, apalagi orang tuanya tidak setuju saya jadi penari gandrung, terus saya memilih untuk minta cerai. Saya kembali jadi penari gandrung tahun 1975. Setelah itu saya kawin lagi dengan ridwan tahun 1977. Lama kelamaan kok tidak enak, ridwan main perempuan terus. Daripada sakit hari, lebih baik saya minta cerai.

Gandrung temu keluar kamar membawa barang-barangnya.
Ridwan                 : temu, kesini kamu! Saya dari tadi mencari kamu. Pergi kemana kamu? Perempuan kok kerjaannya pergi terus.
Ganrung temu  : saya memang mau pergi, kamu tidak usah cari saya. Beli kain kalau tidak cocok jangan dipakai. Saya mau pulang ke rumah saya sendiri.
Ridwan                 : pergi! Pergi yang jauh. Dasar gandrung. Kamu pikir saya ngga bisa cari yang lebih cantik dari kamu.

Scene 14
EXT-LAPANGAN-MALAM HARI
Penari gandrung melagukan nyanyian-nyanyian sambil menari.
Narasi soemitro hadi : tahapan ketiga adalah tahapan semblangsungkem, dimana para penari gandrung menyanyi dengan pantun-pantun penuh nasihat, lirik-liriknya penuh dengan peringatan kepada penonton serta permohonan maaf dirinya akan penyajiannya semalam suntuk

Close to gandrung temu.
Narasi gandrung temu : saya menikah beberapa kali, tapi tidak punya anak. Padahal saya ingin sekali punya anak. Tapi bagaimana lagi, Tuhan tidak memberikan saya anak. Rasanya hati saya sedih. Saya ingin menangis. Duh Tuhan! Kok nasib saya begini. Siapa tahu nanti saya dapat jodoh lagi. Orangnya baik sama ssaya. Setia. Terus kalau saya dikasih anak, laki-laki atau perempuan akan saya rawat. Saya tidak ingin anak saya jadi penari ganrung. Cukup saya saja yang jadi penari gandrung.

Scene 15
EXT-HALAMAN RUMAH-SIANG HARI
Tiga anak kecil menari. Ibu-ibu menampi beras. Gandrung temu bernyanyi.
Dissolve.
Gandrung temu mengenakan pakaian penari, bersiap memulai pertunjukan.
Gandrung temu bicara sendiri di depan cermin dengan menggerakkan kipas ditangannya.
Gandrung temu : saatnya pertunjukan akan dimulai, saya harus keluar melayani tamu-tamu

SELESAI
CREDIT TITLE

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.