Dalam kebersamaan ini, tanpa sadar kita dituntut untuk mencapai keadaan
yang sama. Kita berusaha, ya untuk sebuah kata sepakat. Kita mencoba
mengesampingkan perbedaan diantara kita. Tapi terkadang kita lupa, bahwa
hakikatnya kita memang tidak sama. Bahwa masing-masing orang bisa
berpartisipasi dengan caranya sendiri. Bagi yang punya harta dengan hartanya.
Bagi yang punya waktu dengan waktunya. Bagi yang punya tenaga dengan tenaganya,
bahkan kalaupun yang dimiliki adalah gagasan, bisa dengan gagasannya. Mungkin
kita yang memang cepat lupa, menganggap keberadaan seseorang hanya dari faktor
kehadiran, atau kontribusi hartanya saja. Tidakkah kita pahami, bahwa kita
sendirilah yang membuat kebersamaan ini terasa hambar, atau bahkan menyakitkan
secara halus bagi orang-orang yang ada di dalamnya dengan standar-standar
kesamaan yang kita buat sendiri. Sepertinya, kita perlu mengenal lebih dekat.
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (Q.S. Al Hujurat: 13)
Apapun kontribusi/partisipasinya, yang paling mulia di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa.
Komentar
Posting Komentar