Langsung ke konten utama

Love is....

I just realized something true about love after I read someone’s experience in the book. LOL, it’s damn funny to know that I was wrong for years. May be you’ll feel the same after read this story. Please enjoy yourself:

                At one seminar where I was speaking, a man came up and said, “I like what you’re saying. But every situation is so different. Look at my marriage. I’m really worried. My wife and I just don’t have the same feelings for each other we used to have. I guess I just don’t love her anymore and she doesn’t love me. What can I do?”
                “The feeling isn’t there anymore?” I asked.
                “That’s right,” he reaffirmed. “And we have three children we’re really concerned about. What do you suggest?”
                “Love her.” I replied.
                “I told you, the feeling isn’t there anymore.”
                “Love her.”
                 “You don’t understand. The feeling of love just isn’t there.”
                “Then love her. If the feeling isn’t there, that’s a good reason to love her.”
                “But how do you love when you don’t love?”
                “My friend, love is a verb. Love-the feeling-is a fruit of love, the verb. So love her. Serve her. Sacrifice. Listen to her. Empathize. Appreciate. Affirm her. Are you willing to do that?”
                In the great literature of all progressive societies, love is a verb. Reactive people make it a feeling. They’ve driven by feelings. If your feelings control our actions, it is because we have abdicated our responsibility and empowered them to do so.
                Proactive people make love a verb. Love is something you do: the sacrifices you make, the giving of self, like a mother bringing a newborn into the world. If you want to study love, study those who sacrifice for others, even for people who offend or do not love in return. If you are a parent, look at the love you have for the children you sacrificed for. Love is a value that is actualized through loving actions. Proactive people subordinate feelings to values. Love, the feeling, can be recaptured.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul