“Dan (ingatlah) ketika suatu
umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah
akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat
keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas
tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.” (Q.S. Al
‘Araaf : 164)
Dari
firman Allah tersebut, maka terkandung perintah untuk berdakwah dan melakukan islah (perbaikan), maka menyampaikan
hukumnya menjadi fardu’ain. Mengapa harus ribet-ribet menyampaikan? Karena
segala sesuatu pada hari akhir akan dimintai pertanggungjawaban dan sebagai
alasan serta bukti bahwa telah menyampaikan ayat-ayat Allah. Selayaknya
takutlah kepada fitnah (musibah) yang mungkin tidak hanya dikenakan pada
orang-orang yang berbuat maksiat. Contohnya, waktu bencana terjadi, ada pula
orang-orang sholeh yang ikut menghadap Tuhannya.
Memberi
nasehat adalah tugas manusia, apalagi yang mengaku dirinya seorang da’i.
Sudahkah ia menyampaikan? Atau selama ini seringnya masih
dinasehati/disampaikan, tidak menyampaikan kepada yang lain? Kalau yang
disampaikan belum menerima, yasudah doakan saja, mudah-mudahan dia bertaqwa.
Life is a place of
wordship
Hidup
adalah tempat peribadahan. Salah satu bentuk peribadahan kita adalah berdakwah.
Dakwah (amar ma’ruf nahi munkar) bukanlah sekedar ibadah yang bersifat
individual. Sebagai seorang muslim, tetapkanlah dalam hati bahwa “saya ini
seorang muslim dengan segala kerabbanian saya”. bila belum menjadi seperti itu,
paling tidak sedang menuju kesana.
Pekerjaan
kita adalah ibadah dan menjadi salah satu sarana peribadahan kita kepada Allah
SWT yang dibayar dengan pahala dan surga, bukan sekedar uang, jabatan, dan
kedudukan. Jadikan semua ikhtiar kita sebagai bentuk peribadahan kepada Allah
SWT. Ibadah itu tetap dilakukan walaupun sedang melakukan ibadah lainnya.
Contohnya apabila sedang bekerja kemudian datang panggilan sholat, maka
penuhilah sholat, baru kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Apapun
peran kita dan amanah yang kita emban, jangan khianati Allah. Ketika kita
berjanji (baik kepada diri sendiri, maupun orang lain) sesungguhnya kita
berjanji kepada Allah.
Motivasi
Seorang
muslim harus memiliki motivasi untuk menjadi umat yang terbaik. Motivasi
asalnya terdiri dari dua kata, yaitu motif dan action (aksi). Motif adalah goal, tujuan dan cita-cita dengan
keinginan yang kuat, agar bisa tercapai maka dibakar dalam semangat yang
bergelora dan diwujudkan dengan aksi nyata. Motif selama di dunia adalah
menjadi guru bagi seluruh alam dan motif di akhirat adalah surga.
Pertanyaannya
adalah apa yang menghambat kita menjadi seorang guru? (hehehe bergurulah sama
orang yang tepat, jangan sama orang yang sesat).
Kader
dakwah adalah mereka yang menjalankan proses tarbiyah. Seorang akh (laki-laki dan perempuan) yang tidak
memiliki semangat untuk menjadi murobbi
(guru) berarti dia secara tidak langsung telah merencanakan kemunduran dakwah.
“Orang
besar adalah orang yang berani mengambil tugas besar” dan salah satu tugas
besar tersebut adalah merencanakan siapa yang akan menjadi kader dakwah
selanjutnya. Murobbi/ah yang beruntung adalah orang yang sabar sebagaimana
dalam firman Allah “Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung.” (Q.S. Ali Imran : 200)
Seorang
murobbi/ah bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi juga mentransfer emosi. Murobbi
terbaik yang patut dijadikan teladan adalah Nabi Muhammad SAW, dan mampu
menjadikan binaan-binaannya memiliki karakter seorang muslim. Sebagai seorang
guru, jangan beri label pada binaan kecuali label baik.
Tanyakan
pada diri sendiri (apalagi bagi yang sudah tarbiyah menahun) : karya apa yang
sudah dipersembahkan untuk dakwah ini?
Diantara
kesibukan-kesibukan dalam kebaikan yang kita lakukan, pastikan ada generasi
yang akan melanjutkan perjuangan Islam hingga akhir zaman!
Komentar
Posting Komentar