Langsung ke konten utama

Sedekah

                Ada sebuah cerita yang cukup menarik dari negeri Cina. Ada dua orang pria. Dua-duanya memiliki penghasilan yang baik, bahkan kalau boleh dibilang keduanya kaya raya. Yang satu sangat hobi berfoya-foya. Ia makan apa yang dia mau, membeli pakaian paling bagus, membeli barang apapun yang diinginkan. Penampilannya trendi, badannya gemuk karena kebanyakan makan. Tetapi uangnya selalu habis. Sedangkan pria satunya, sangat hemat. Bahkan boleh dibilang terlalu hemat sampai pada dirinya sendiri. Dia hanya makan sedikit, kurus kering. Pakaiannya hanya satu dua potong. Semua uangnya ditabung. Tidak pernah ia membeli barang apapun.
                Pada suatu hari kedua orang ini berjalan-jalan ke hutan. Tiba-tiba muncul macan di hadapan mereka. Mereka berdua sangat ketakutan. Pria yang gemuk berkata pada si macan, “Jangan kau makan aku, aku penuh lemak. Dagingku tidak sehat. Aku terlalu banyak makan junkfood. Aku juga jarang berolahraga. Makan saja si kurus ini.”
                Pria yang kurus menukas, Jangan kau makan aku. Aku terlalu kurus. Kurang makan. Cuma ada tulang berbalut kulit. Ototku terlalu keras. Tiap hari aku berjalan kaki. Kulitku hitam terbakar matahari.
Makan saja si gendut.” Si macan melihat ke arah mereka. Dengan segera ia menerkam si kurus.
                Jadi, apa yang dimaksud dengan cerita ini? Kedua pria itu, baik si gendut dan si kurus sama-sama tidak patut dicontoh. Si gendut dengan kekayaannya, berfoya-foya sampai ia tidak punya sisa sama sekali. Sedangkan si kurus, terlalu hemat, sampai-sampai tidak menikmati kekayaannya sendiri (ckckck saking hematnya apa pelit nih??). Mungkin si gendut,  biarpun berfoya-foya, lebih berbahagia karena sedikitnya ia menikmati hidupnya. Seandainya kamu bisa memilih. Jangan menjadi keduanya. Ini adalah pilihan hidup. Kamu yang menentukan sendiri. Tapi jangan lupa sedekah juga ya, karena dalam rejeki kita ada sebagian rejeki orang lain…
J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul