Jihad
atau mujahadah yang berasal dari kata jahada-yujahidu, yang mempunyai makna
bersungguh-sungguh dalam mengerahkan seluruh potensi untuk mencapai suatu
tujuan atau cita-cita. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an :
“Dan barang siapa berjuang sekuat
tenaga (jahada) sesungguhnya ia telah berusaha (yujahidu) untuk dirinya
sendiri.” (Q.S. Al Ankabuut : 6)
“Dan orang-orang yang berjihad di jalan
Allah, maka Allah akan memberikan jalan baginya.” (Q.S Al Hajj : 77)
Hanya
orang-orang yang berpikiran sempit yang mengartikan dan menafsirkan jihad hanya
dengan pengertian perang. Makna jihad bila
dikaitkan dengan bekerja atau berikhtiar adalah satu kekuatan yang harus terus
digali dan diuji potensinya agar mampu mengeluarkan energi yang signifikan.
Apalah artinya cita-cita tanpa adanya keinginan dan daya juang, ia hanya
menjadi sebuah mimpi dan obsesi kosong yang membuahkan khayalan melankolik.
Tentu kita boleh bermimpi, tapi lebih dari itu wujudkanlah mimpi menjadi
kenyataan dengan mengerahkan seluruh potensi diri yang ada.
Jihad
adalah etos kerja pribadi muslim yang membedakan dengan semangat kerja budaya
lainnya, karena esensinya bekerja merupakan kewajiban agama dalam rangka
menggapai ridha Allah sehingga kesadaran bekerja seperti ini yang disebut sebagai
jihad fi sabilillah.
Jika
saja setiap muslim mengetahui makna dari tauhid, niscaya mereka akan merasa
sangat bangga dan berbahagia menjadikan Islam sebagai agamanya. Kalimat toyibah
: Laa Ilaha Illallah (Tiada Tuhan
selain Allah) merupakan pernyataan, kesaksian serta proklamasi kemerdekaan
martabat kemanusiaan bagi setiap muslim yang pengertiannya ada dalam tiga aspek
yang bersifat integrated, yaitu :
1.
Aspek Uluhiyah
Yaitu sesuatu yang secara mutlak kita cintai sehingga mendominir seluruh
sikap dan perilaku kita, sehingga kita merasa sangat bergantung dan tidak
berdaya.
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada
kamu dari langit dan bumi ? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu
berpaling (dari ketauhidan)?” (Q.S. Faathir : 3)
2.
Aspek Rububiyah
Yaitu sesuatu yang secara mutlak kita anggap sebagai pelindung dan sangat
memberi pengaruh sehingga dianggap memiliki kekuatan yang melebihi segalanya.
“Dan apa saja nikmat yang ada pada
kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan,
maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (Q.S An Nahl : 53)
3.
Aspek Mulkiyah
Yaitu sesuatu yang secara mutlak menyebabkan diri kita merasa terikat dan
keterikatan tersebut diyakini sebagai suatu hukum sehingga kita mengabdikan
diri sebagai hambanya.
“Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. Al Maa’idah : 1)
Dengan kalimat tauhid ini Allah
ingin memuliakan dan sekaligus membebaskan jiwa manusia dari segala bentuk penghambaan
serta keyakinan yang akan meruntuhkan dirinya sebagai mahluk yang mempunyai
potensi rohani. Nilai tauhid pasti tak terelakan dengan ibadah, yang secara
luas dapat diartikan sebagai suatu sikap batin, sikap dan perilaku seseorang
untuk tunduk patuh terhadap suatu aturan, pengaruh atau kekuasaan tertentu dank
arena sesuatu tersebut dianggapnya sebagai tuhan, maka dia tidak mampu untuk
mengubahnya. Pribadi muslim yang berpijak dari pondasi tauhid tidak akan pernah
merasa goncang karena dihatinya telah terpatri kalimat Laa Ilaha Illallah.
Allah itu pasti Ilah (Tuhan),
tapi Ilah (tuhan) itu belum tentu Allah. Tidak ada jihad tanpa tauhid, karena
apalah artinya jihad apabila tanpa tujuan, dan apalah artinya tujuan bila bukan
karena tauhid. Maka makna hidup bagi seorang muslim adalah sebuah lahan yang
harus diolah, dan karenanya dalam memberikan makna pada kehidupan itu, seorang
muslim memandang kehidupan ini sebagai arena yang memberikan empat cakupan
penting, yaitu tantangan (challenge),
kekuatan (power), kesempatan (opportunity), dan perjuangan (fighting).
Korelasi antara jihad dengan
kualitas hidup Islami, dapat dirumuskan dalam aksioma berikut, yaitu :
KHI
= AS (Co, M) {J (C,O,F)}
KHI
= Kualitas Hidup islam
AS
= amal Saleh sebagai kekuatan
Co = Continuity, konsisten,
berkesinambungan sebagai kekuatan
M = Mahabbah, kecintaan kepada Allah
sebagai sumber kekuatan
J = Jihad
C = Challenge, tantangan
O = Opportunity, kesempatan
F = Fighting, peluang
Bersambung ke jihad dan tauhid
sebagai etos kerja (bag. 2)
_dirangkum dari : Etos Kerja Pribadi Muslim Bab 1, oleh Drs. H. Toto Tasmara_
_dirangkum dari : Etos Kerja Pribadi Muslim Bab 1, oleh Drs. H. Toto Tasmara_
Nah, pertanyaannya :
1.
Sudah berapa lama anda hidup, dan sebagai
seorang muslim sudahkan hidup anda berkualitas?
(Mak Jleb Jleb, udah 19 tahun, tapi rasanya masih biasa-biasa saja T.T)
2. Apa prestasimu, wahai orang yang telah mengaku
diri sebagai muslim? (apa ya? Duhhh,, sepertinya belum ada prestasi yang bisa
dibanggakan deh, yang ada kenyataannya masih sering menyusahkan orang tua
dibanding membuat mereka bangga. Mutaba’ah yaumiyah masih bercelah-celah.
hummnn suram!)
3. Apakah hidupmu sudah mempunyai makna dan arti
bagi lingkunganmu, bukankah engkau meyakini bahwa dirimu membawa misi rahmatan lil alamin? (-..-“ eeehhh,,
apalagi ini. Buang sampah aja kadang masih suka sembarangan)
4. Mengapa engkau nyaman dalam kemalasan dan
ketidakberdayaan, padahal diseluruh penjuru alam kau meyakini bahwa banyak
sekali rahmat Allah? (iya iya,,, godaan paling berat nih, kuliah angot-angotan,
ipk pas-pasan, gak mampu berjuang, huwaaaa… lagi-lagi jadi pecundang. hiksss)
Katanya seorang muslim, WAJIB
banget dirubah ni kebiasaan-kebiasaan jeleknya (tunjuk ke diri sendiri #plak
aku masih payah).
Komentar
Posting Komentar