Langsung ke konten utama

Dream it, Lost it #Like I care :)

Ini repost dari catatan kakak kelas SMA, kak Fahry, isinya bagus. dan jujur bikin saya galau (akhirnya yuning bisa galau juga) dengan mimpi-mimpi yang belum terselesaikan :'(


Let me tell you something my friend. Hope is a dangerous thing. Hope can drive a man insane.” (Red, Shawsank Redemption)

Begitulah Red memberi nasehat pada sahabat satu selnya, Andy Dufresne. Red, terpidana 40 tahun dalam penjara Shawsank. Itu artinya menghabiskan jatah hidupnya dibalik tembok batu. Tak mengejutkan bagi Red untuk memenjarakan pula harapannya. Uniknya, tokoh anti thesis dihadirkan dalam film ini dengan kerangka berpikir yang lain. Andy Dufresne, seorang "innocent man" yang dipenjara karena difitnah membunuh istrinya. Kehadirannya di Shawsank melepaskan satu kata tabu dari sel-sel pikiran para Napi, "DREAM"! "Get busy living, or get busy Dying", begitu katanya.

Diantara keajaiban manusia adalah "Dream". Ia adalah kerangka pikiran yang terbentuk sedemikian rupa dalam diri kita. Ia memberi kita ruang bagi semua tindakan yang "mungkin" kita lakukan. Semakin luas "kerangka berpikir" itu, semakin luas pula "wilayah tindakan" yang mungkin kita lakukan. Begitulah akhirnya "perasaan berdaya" terbentuk. Yaitu semacam keyakinan yang menguasai jiwa kita bahwa kita "mampu" melakukannya. Dan keyakinan inilah yang "memaksakan" kita bergerak, memproduksi tenaga jiwa secara konstan menuju titik "Dream". Tidak ada Impossible disini. Yang ada hanyalah I am Possible.

Teringat gurauan dengan Wahyu Awaludin dan Imam Firmansyah tentang Dream. "Saat ngampus, menang lomba sudah sering. Saat kerja, apalagi nih impiannya" tanya Imam. "Wah, gue lebih sering kalahnya kali daripada menangnya. Cuma kalahnya ga tershow up aja. Lo gimana ry?" Ia balik bertanya padaku. "Jarang ikut kompetisi, sekalinya ikut menang terus #fahry logic" jawabku bercanda. Yah... itu hanyalah gurauan malam saat jam gila. Di dunia realita apakah saya selalu dapat meraih impian saya? Mari duduk sini, tak ceritakan biografi kegagalan saya. Atau mungkin Maula bisa bantu ceritakan? :p

In my life, not only once, the dream I really want to do, the things I really wish for, I have lost it. I sacrifice it to make others better. Does it problem to me? Like I care... It doesn't really matter. I will find a way to survive.

Pasti inipun terjadi pada orang lain. Namun, masalahnya sesungguhnya bukan di pada Dream yang tidak tercapai. Inti persoalannya ada pada goncangan jiwa yang mungkin ditimbulkan oleh kegagalan tersebut. Goncangan jiwa itulah yang biasanya mengubah arah kehidupan seseorang. Sebab, musibah itu mungkin menghilangkan kepercayaan dirinya, mengubah image dirinya di tengah lingkungannya, membabat habis harapan-harapan dan ambisi-ambisinya serta menyemaikan keputusasaan dalam dirinya. Jalan dihadapannya seperti menjadi buntu dan langit kehidupan menjadi gelap.

Saat titik terlemah inilah, manusia harus menemukan rahasia lain untuk mempertahankan mimpinya.
Rahasia pertama adalah mimpi yang tidak selesai. Kegagalan adalah perkara teknis baginya. Kegagalan tidak boleh menyentuh setitik pun wilayah mimpinya. Mimpi tidak boleh selesai karena kegagalan.

Rahasia kedua adalah semangat pembelajaran yang konstan. Ia tidak pernah memandang dirinya sebagai Superman atau Malaikat. la tetaplah manusia biasa. Dan kegagalan merupakan bagian dari tabiat kehidupan manusia, maka ia "memaafkan" dirinya untuk kegagalan itu. Namun, ia tidak berhenti sampai di situ. Kegagalan adalah objek pengalaman yang harus dipelajari, untuk kemudian diubah menjadi pintu kemenangan. 

Rahasia ketiga adalah kepercayaan pada waktu. Setiap peristiwa ada waktunya, maka setiap kemenangan ada jadwalnya. Ada banyak rahasia yang tersimpan dalam rahim sang waktu, dan biasanya tidak tercatat dalam kesadaran kita. Akan tetapi, orang hebat biasanya mempunyai cara lain untuk mengenalinya, atau setidaknya meraba-rabanya, yaitu firasat. Mereka "memfirasati zaman," walaupun ia mungkin benar mungkin salah, tetapi ia berguna untuk membentuk kecenderungannya. Dan Allah menyempurnakan firasat dengan mekanisme yang disebut "Istikharah". Begitulah akhirnya takdir mencapai impian terjembatani dengan firasat untuk sampai ke kenyataan.

Maka :
Jika kamu seorang Mahasiswa yang tak diterima di kampus idaman, percayalah bahwa ada kesempatan untuk belajar lebih dalam.

Jika kamu seorang Lelaki/wanita yang kandas cintanya, percayalah bahwa waktu akan mempertemukanmu dengan yang lebih baik.

Jika kamu seorang sarjana yang tidak bekerja sesuai passion, percayalah bahwa mimpi-mimpimu belum selesai di bangku kantor.

Jika kamu seorang pengusaha berulang kali gagal mencapai profit, percayalah bahwa kamu harus belajar lebih dalam agar semakin hebat.

Dan yang terpenting, kini bagiku bukanlah tentang mewujudkan impian pribadiku. Namun yang terpenting adalah Mewujudkan Impian. Kepada siapa, itu menjadi sekunder.

Begitu pula yang diajarkan Rasulullah saw, dalam hadistnya : "Harapan adalah kasih sayang Allah bagi umatku. Jika bukan karena harapan, takkan ada orang yang mau menanam pohon dan takkan ada ibu yang mau menyusui anaknya."

Kembali ke film Shawsank Redemption tadi, adegan ditutup dengan surat Andy kepada Red saat ia menerima grasi kebebasan dari penjara:

"Remember Red, hope is a good thing, maybe the best of things, and no good thing ever dies."



Sssst... sini kubisikkan rahasia terakhir dari bermimpi. "Wa-ila rabbika farghab"- "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Al Insyirah-8)

Mari kita ucapkan selamat bagi kita semua yang mencapai harapannya sesuai Ridho Allah.
Don't lose your hope, because Dream is a good things

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul