Langsung ke konten utama

IMYC Jadebek hari pertama

Teruntuk ADK Fajrul Islam, sedikit berbagi pengalaman di IMYC.

2 maret 2013 ini rencananya Rani dan saya, sebagai perwakilan dari UKM Fajrul Islam akan mengikuti acara muktamar FSLDK Jadebek yang diadakan di UNISMA Bekasi. Karena masih ada kesibukan yang tak bisa ditinggalkan, Rani dengan training labnya, dan saya yang waktu itu juga sedang ada pelatihan animasi, maka kami putuskan untuk datang menyusul. Singkat cerita perjalanan kesana memakan lebih dari dua jam karena menunggu kereta dan jalanan bekasi yang juga macet. Perjalanan panjang yang membuat kami agak terlihat kucel dan lapar juga sih belum sempat makan (curcol mode on).

tiba disana sekitar pukul 20.00 WIB, kami disambut oleh ukhti dari UNISMA. Kegiatan  yang tengah berlangsung adalah sekolah LDK. Acara sebelumnya diisi dengan seminar-seminar, yang menurut teman-teman perwakilan dari Fajrul Islam lainnya (Fikri, Rudi, Ajeng, Devi) sangat bagus materi seminarnya yakni tentang kepemimpinan dan manajemen dakwah.

“ukh mau ikut sekolah LDK yang mana?” kami yang baru datang dan tak tahu apa-apa sejujurnya bingung disodorkan pertanyaan itu. Mungkin ukhti tersebut menangkap aura kebingungan kami, “iya, jadi ada bagian syiar, dana usaha, kaderisasi, dan jarmus. Ukhti mau ikut yang mana?” lanjutnya. Berhubung Rani berasal dari kaderisasi dan sms dari Rudi kalau sebaiknya ikut ke kaderisasi, jadilah kami kebagian kaderisasi. Ternyata dibagian kaderisasi sudah ada Ajeng sebagai perwakilan. Ajeng usul baiknya disebar ke yang lain agar ilmunya merata. Maunya begitu, mau ganti jadi ke bagian syiar atau jarmus juga tak enak hati sama panitia yang sudah terlanjut mencari bangku kosong dan mengangkutnya ke ruangan diskusi. Jadi agak serba salah sih sebenarnya.
Diforum ini kami berbagi kendala dan mencari solusi yang dihadapi LDK masing-masing di kampusnya, khususnya menyangkut kaderisasi. Akh Jaka dari Universitas Mercubuana menekankan urgensi mentoring dan mengutip kata-kata ust. Anis Matta bahwa pada fase mentoring awal maka kegiatan-kegiatan yang dilsayakan adalah yang bertujuan untuk mengikat hati.

Ada beberapa kendala juga yang disampaikan oleh teman-teman dari LDK lainnya, antara lain mengenai:
-kurangnya SDM pengurus dan anggota, permasalahan rekruitmen
-peserta mengikuti kegiatan LDK karena hanya mengincar sertifikatnya
-LDK dari PTS sulit mendapat dukungan dari kampusnya dibanding yang PTN
-peminat kegiatan kurang, cenderung hedonis
-degradari pengurus dan anggota
-masalah kekecewaan dan sakit hati
-cara maintenance pengurus
-pengembangan SDM (lemahnya SDM mahasiswa yang bisa menulis dan mem-blow-up isu terkini)
-LDK yang lingkungannya sudah sangat mendukung justru kehilangan kreatifitas

Adapun solusinya sebagai berikut:
-fokus dialihkan pada perbaikan kualitas SDM terlebih dahulu daripada kuantitas.
-mungkin awalnya karena sertifikat, tapi justru jadikan kelemahan itu sebagai daya tarik strategi. Bentuk follow up kegiatan. Contohnya one man one follower, kita mengajak satu orang yang berpengaruh dengan harapan ia mampu mengajak yang lainnya. Hal tersebut mampu mempercepat proses rekruitmen.
-LDK dari PTS berjuang lebih ekstra, baik dari segi finansial dan lainnya, dituntut adanya kreatifitas. Berkaca pada Badaris BSI yang memiliki banyak cabang (kurang lebih 14 cabang di jadebek) dengan kucuran finansial yang sangat terbatas dari kampus namun bagaimana caranya tetap mampu menjalankan kegiatannya. Atau dari Mts APP dengan membentuk wirausaha untuk mendukung kelancaran dakwah sekaligus pengembangan bagi skill ADKnya.
-untuk meningkatkan peminat dilsayakan dengan strategi media publikasi yang menarik, unik, dan beda dari kompetitor lainnya. Selain itu mencari tahu apa kebutuhan dari targetan dakwah. Misal menyediakan informasi yang diperlukan oleh maba, atau dengan membuat studi klub dengan peminatan tertentu atau komunitas yang harapannya bisa dilanjutkan ke mentoring.
-untuk masalah degradasi pengurus, anggota, dan masalah  kekecewaan solusinya adalah belajar memanusiakan manusia. Berikan perhatian, berusaha mengerti, dan peka terhadap individu-individu yang ada di dalamnya. Ini sekaligus untuk maintenance pengurus.
-pentingnya mentoring, membuat nyaman di mentoring.
-pencitraan kader dakwah, karena bahasa tindakan lebih mampu mengubah situasi daripada sekedar bahasa lisan. Misal ADK melsayakan hal-hal sederhana  seperti tahu tanggal ulang tahun teman-teman sekelasnya/targetan dakwah, paham kondisi keluarga, rumahnya dimana. Dilsayakan dengan pendekatan dakwah fardhiyah.
-intinya segala apapun yang kita lsayakan niatkan karena Allah. Kita menyeru pada Allah, tujuannya Allah, bukan sekedar organisasi.

Sebenarnya masih banyak masalah-masalah lain yang ingin didiskusikan, namun karena terbatas pada waktu yang semakin larut, maka diskusi terpaksa disudahi.
Geregetan? Iya. Geregetan karena masalahnya yang kompleks dan selalu ada tantangan, bahkan LDK yang lingkungannya sudah sangat mendukung pun juga bermasalah. Aneh yah. Sepengamatan saya, setumpuk masalah ini juga ada di Fajrul Islam. Dan bahkan masalah yang kita hadapi di Fajrul Islam belum seberapa mungkin dibanding LDK yang lain, apalagi dibandingkan dengan zaman Nabi dahulu. Fajrul Islam punya banyak SDM, tapi entah mengapa teman-teman selalu merasa kekurangan SDM. Selalu pesimis kalau mau mengadakan kegiatan (misalnya acara besar, belum dicoba tapi udah bilang kalau terkendala ga ada SDMnya). Mungkin bukannya kita kekurangan SDM, tapi kitalah yang belum mampu memberdayakan SDM yang kita punya, belum bisa merangkul lebih luas. Masih cetek ukhuwah kita. Masih belum bisa menghargai orang-orang yang ada, selalu bilang 4L (Lu Lagi Lu Lagi) tapi jarang mengapresiasi kehadiran mereka. Kita terlalu fokus pada hal-hal yang tak ada dan tak kita punya. Tentunya Fajrul Islam berharap punya kader-kader militan; iman, ilmu, dan akhlak yang seimbang. Ini baru sedikit tentang kaderisasi :D hehehe...(ketawa devil) belum bidang-bidang yang lainnya.

Ibroh yang didapat dari diskusi ini intinya banyak-banyak bersyukur dah, dan muhasabah diri terlebih dahulu.

Yup ini sekilas laporan dari tempat kejadian perkara (makin ke bawah makin alay ni bahasanya). Kalau ada yang kurang (karena saya juga datangnya telat), mungkin bisa ditambahkan oleh Rani atau  Ajeng Jiwa Pangestu.
Refresh lagi yuuk semangatnya para pejuang (-.-)9 apalagi buat teman-teman yang mungkin semangatnya mulai meluntur, niatnya mulai belok-belok.
Afwan minkum jika ada kata-kata yang kurang berkenan atau to do point atau justru terkesan sarkastik. Ambil positifnya aja :D
Wassalamu’alaykum Wr. Wb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul