Langsung ke konten utama

Merasa Tertekan? Hadapi Dengan Strategi Berikut

Siapa yang tak pernah menghadapi stres? Pasti tak ada! Semua orang pasti pernah mengalami stres dalam hidupnya. Beberapa teman sering bertanya tentang bagaimana menghadapi stres pada saya, psstt…padahal yang ditanya seringkali tidak lebih tahu daripada yang bertanya. Katanya saya itu kalem dan bawaannya adem (dikira AC kali ya haha). Padahal tak banyak orang yang tahu bahwa ketika (dulu) menghadapi badai hidup (sekarang juga masih ada badai-badai kecil sih), saya pernah dengan masa bodo-nya menangis sesenggugakan dipinggir jalan (dan mungkin jadi tontonan orang) sambil nunggu hujan reda. Untungnya ada saat itu ada sahabat yang membuat saya keep on the track. And now I try my best to be care with she/he who need a help like she did.

Pada kesempatan ini saya akan sedikit berbagi tentang apa yang saya pelajari ketika kuliah di komunikasi dan psikologi mengenai stres. Stres atau perasaan tertekan itu terdiri dari 3 elemen; kejadian atau pikiran yang membuat kita stres, persepsi kita terhadapnya, dan respon kita terhadap stres tersebut. Biasanya stres itu bisa menyebabkan psikosomatis. Jiwa dan pikiran kita yang tidak tenang menyebabkan sakit pada fisik kita. Dan parahnya, kita sering tidak menyediakan waktu untuk melatih jiwa (ruhiyah), pikiran (fikriyah) dan tubuh (jasadiyah) kita sedemikian rupa sehingga kita bisa mengatasi stres dalam hidup.

Langkah pertama adalah kita harus benar-benar tahu apa yang membuat kita merasa stres atau tertekan. Idealnya, kita menggunakan segenap kemampuan kita untuk menghilangkan penyebab stres. Yeah tapi perlu disadari juga bahwa kadang ada banyak hal yang tak bisa dihilangkan, hanya bisa dikurangi. Stres yang lebih parah bisa berkembang menjadi frustasi bahkan depresi, dan banyak fenomena orang yang mengambil jalan pintas dalam menghadapi stres dengan minum-minuman beralkohol, memakai narkoba, free sex, mengisolasi diri dari lingkungan dalam waktu yang lama dan atau lebih parahnya memilih untuk bunuh diri. Nah itu yang negatif. Selain itu masih ada banyak cara yang positif dalam memanajeni situasi dan kondisi stres. Mungkin salah satu atau dua ada yang cocok denganmu. Berikut ini beberapa di antaranya.

Tidur Yang Cukup 
Hormon dan enzim perbaikan akan bekerja secara aktif ketika kita tidur. Tidur dengan cukup dan berkualitas. Tidak kurang atau lebih. Terlalu banyak tidur justru akan berbahaya bagi tubuh. Hindari kegiatan yang justru memicu kita stres dan makanan/minuman yang banyak mengandung kafein.

Olahraga
Olahraga seperti jogging, renang, tenis, dan aerobic ringan bisa mengurangi ketegangan pikiran dan tubuh. Kalau saya pribadi lebih suka jalan-jalan ke alam sebagai pengganti olahraga, hehe.

Meditasi
Kegiatan ini bisa melatih dan mengkondisikan pikiran kita. Kita kisa mengendalikan pikiran kita dan melatih pikiran-pikiran kita sendiri agar lebih tenang, lebih kuat, lebih optimis, dan lebih positif. Untuk yang muslim, sebenarnya sholat itu lebih dari sekedar meditasi. Bukan sekedar mengosongkan pikiran, tapi sholat yang khusyuk dan menjalin komunikasi dengan Tuhan Semesta Alam Yang Maha Besar. Sesungguhnya penulis mengakui bahwa sholat yang khusyuk itu tidak mudah gaes.

Tersenyum Dan Have Fun
Saat kita tersenyum (tanpa terpaksa), sistem imun kita memberikan semacam boost dan hormon terkait stres seperti kortisol akan berkurang. Mungkin bisa dengan menonton film-film komedi, baca komik-komik lucu, atau bergaul dengan orang-orang yang menyenangkan.

Menyendiri
Me-time tanpa merasa kesepian itu bisa banget sebagai cara untuk mengurangi stres, terutama yang punya karakter introvert. Yes an introvert need time periode of solitude free to recharge. Saat menyendiri ini kita bisa melakukan hobi yang membuat kita senang seperti melukis, menulis, masak, tilawah Quran atau apapunlah sebisa mungkin kegiatan yang postif dan membawa dampak baik.

Resilience (Daya Lenting)
Resiliensi artinya kita punya daya lenting ketika dihadapkan pada situasi stres. Kita harus tahu mana yang menjadi internal lokus kontrol yang bisa kita ubah dan kita mampu untuk mengubahnya serta eksternal lokus kontrol yang tak bisa kita lakukan apa-apa terhadapnya selalin menerima dengan lapang dada. Fokus dan optimasikan pada hal-hal yang bisa kita ubah, Mulai atur diri kita dan kembangkan kebiasaan (habit) yang baik.

Sekian beberapa strategi mengelola stres yang bisa dituliskan pada kali ini. Kalau kamu ada cara lain, penulis akan senang sekali mendapat input-an baru :) selamat dan semangat menjalani hidup! 
Kalau bisa melewati suatu masalah/ujian, saya biasanya memberi reward pada diri sendiri dengan menyampaikan pesan singkat pada-Nya: “Dear Allah, I’m survive. Thank you for make me stronger and better.”

#Sabtulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Husnuzhan

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu menggunjing sebagian yang lain. apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kamu merasa jijik. dan bertakwalah kamu kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat : 12) jleeebbb.. baca ayat ini rasanya jleb banget. semakin dibaca semakin ngerasa jleb! #istigfar banyak-banyak mungkin diri ini kerap kali lalai terhadap prasangka, lebih mendahulukan prasangka buruk (suudzhan) dibanding prasangka baik (husnuzhan). padahal diri ini bukan apa-apa, pengetahuan pun hanya secuil. tak sadar ada angkuh yang menyusup, merasa diri sudah benar. lebih bangga kalau tahu kesalahan orang lain, dikorek lebih dalam. berpuas diri ketika dapat menjatuhkan yang lain. padahal diri ini sering lupa, kesalahan diri sendiri...

Lelah ?

Lelah dan jenuh, padahal itu sebuah siklus, lalui saja. terdengar mudah. kadang saat-saat lelah mendera, keluh memaksa untuk berteriak lepas. tapi, justru kadang saya merasa malu,  malu untuk merasa lelah, malu untuk cepat menyerah.

Sebuah Nasihat yang (Tidak) Perlu Dimasukkan ke Hati

Jarang-jarang temanku berpendapat sebegini panjangnya. "Ning, selama berhubungan dengan manusia; ketulusan itu utopis banget. Apalagi zaman sekarang. Naif namanya kamu percaya dengan hal itu. Nih ya, mungkin kamu engga sadar; sebenernya orang-orang yang memberi kebaikan mereka ke kamu diam-diam mereka sedang menganggapmu seperti celengan. Suatu saat mereka pasti akan meminta kembali kebaikan itu darimu dalam bentuk yang lain. Lalu ketika kamu tidak bisa atau memilih untuk tidak ingin mengembalikan itu; mereka mulai mengungkit-ungkit aset apa yang sudah ditanamkannya  kepadamu. Kemudian dengan bias, kamu dianggap tidak sadar diri, tidak tahu balas budi, tidak tahu caranya bersyukur pada mereka. See??? Waspada saja kalau banyak orang baik yang terlalu baik disekitarmu, ingat ya; di dunia ini tuh gak ada yang mananya gratisan. Jangan percaya, bohong! Mungkin mulanya kamu sulit melihat ujungnya, tapi pasti ada yang tersembunyi dibalik itu. Terserah sih ma...