Langsung ke konten utama

Reem [Review Novel]

"Untuk anak-anak di penjuru dunia,
Berbahagialah
Ketika perang bukan menjadi keseharian kalian
Tidak seperti kami, anak-anak Palestina
Buku kami bertabur debu mesiu
Pena kami dipatahkan butir peluru
Lagu kebangsaan kami dinyanyikan penjara tak berpintu

Untuk kalian, anak-anak dunia
Berdoalah bagi kami anak-anak Palestina
Meski kami tidak berayah, tidak beribu
Kami hidup dalam persaudaraan dan semangat juang
Meski pada akhirnya, kami berbaring di tanah liang
Jangan menangis di kuburan kami!
Sebab kami tidak mati."

Adalah Reem, perempuan  kelahiran Palestina yang tumbuh besar di negeri Maroko. Maroko merupakan 1 dari beberapa negara yang memberi penampungan pada warga dari daerah konflik seperti Palestina dan Suriah. Ayah Reem berasal dari Palestina, sedangkan Ibunya dari Indonesia. Keduanya berprofesi sebagai dokter. Sayangnya, Reem kecil harus menyaksikan Ibunda tercinta meninggal tepat di depan mata saat tanah Palestina dibombardir oleh zionis. Kenangan traumatis itu tak bisa hilang dari ingatan Reem, meski kini ia berada jauh dari Palestina.


Kasim, Alya (adik Kasim), dan Ilham adalah mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di negeri yang sama dengan Reem. Kasim sendiri tengah melakukan penelitian tentang kecerdasan bahasa di daerah konflik. Kasim sangat antusias menjadikan Reem sebagai subjek penelitiannya. Seorang narasumber berharga bagi Kasim. Menyelami kisah Reem, berdialog dengannya tentang hubungan Indonesia-Palestina, membuat Kasim perlahan jatuh hati pada Reem. Jatuh hati memang banyak cobaannya.

Selalu suka dengan gaya penulis- Sinta Yudisia- menyajikan  karakter & konflik sosio-psikologis ditiap tokohnya. 

Belajar dari novel Reem, masing-masing dari kita punya 2 takdir yang sudah pasti: jodoh dan kematian. Entah mana yang akan terlebih dahulu akan menghampiri kita. Maka yang bisa kita upayakan adalah mempersiapkan sebaik mungkin kalau sewaktu-waktu kepastian itu datang.

Judul: Reem
Penulis: Sinta Yudisia
Tahun: 2017
Penerbit: DAR! Mizan
Rating: 8/10 🌟

PS: novel ini sebenernya sudah selesai dibaca tahun 2017 kemarin. Tak lama setelah itu muncul kasus arogansi Trump terhadap Palestina. Mungkin itu semacam sinyal agar lebih aware.

#novelreem #Palestina

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Husnuzhan

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu menggunjing sebagian yang lain. apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kamu merasa jijik. dan bertakwalah kamu kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat : 12) jleeebbb.. baca ayat ini rasanya jleb banget. semakin dibaca semakin ngerasa jleb! #istigfar banyak-banyak mungkin diri ini kerap kali lalai terhadap prasangka, lebih mendahulukan prasangka buruk (suudzhan) dibanding prasangka baik (husnuzhan). padahal diri ini bukan apa-apa, pengetahuan pun hanya secuil. tak sadar ada angkuh yang menyusup, merasa diri sudah benar. lebih bangga kalau tahu kesalahan orang lain, dikorek lebih dalam. berpuas diri ketika dapat menjatuhkan yang lain. padahal diri ini sering lupa, kesalahan diri sendiri...

Lelah ?

Lelah dan jenuh, padahal itu sebuah siklus, lalui saja. terdengar mudah. kadang saat-saat lelah mendera, keluh memaksa untuk berteriak lepas. tapi, justru kadang saya merasa malu,  malu untuk merasa lelah, malu untuk cepat menyerah.

Sebuah Nasihat yang (Tidak) Perlu Dimasukkan ke Hati

Jarang-jarang temanku berpendapat sebegini panjangnya. "Ning, selama berhubungan dengan manusia; ketulusan itu utopis banget. Apalagi zaman sekarang. Naif namanya kamu percaya dengan hal itu. Nih ya, mungkin kamu engga sadar; sebenernya orang-orang yang memberi kebaikan mereka ke kamu diam-diam mereka sedang menganggapmu seperti celengan. Suatu saat mereka pasti akan meminta kembali kebaikan itu darimu dalam bentuk yang lain. Lalu ketika kamu tidak bisa atau memilih untuk tidak ingin mengembalikan itu; mereka mulai mengungkit-ungkit aset apa yang sudah ditanamkannya  kepadamu. Kemudian dengan bias, kamu dianggap tidak sadar diri, tidak tahu balas budi, tidak tahu caranya bersyukur pada mereka. See??? Waspada saja kalau banyak orang baik yang terlalu baik disekitarmu, ingat ya; di dunia ini tuh gak ada yang mananya gratisan. Jangan percaya, bohong! Mungkin mulanya kamu sulit melihat ujungnya, tapi pasti ada yang tersembunyi dibalik itu. Terserah sih ma...