Langsung ke konten utama

Tribute to Kak Tentri


Pernah ketemu orang yang super duper baik? Pernah kepikiran gak sih, kok ada ya orang kayak gitu? Kalau dekat-dekat dia bawaannya adem... surga berasa lagi bocor, dan sepertinya salah satu bidadari surga itu ada di dekatmu..

Yup, aku pernah. Pas ketemu dia awal-awal tu rasanya aneh (hahaha.. maklumlah aku kan orangnya rada-rada devil gitu pas zaman SMA, cuek abis, ehh malah ketemu sama sosok kakak yang perhatian -___-). Orang asing tapi terasa dekat dan begitu baik. Namanya kak Tentri, terdiri dari bahasa inggris angka 10, ten dan tiga, tri; jadi kalau digabung Tentri. Begitu jelasnya. Kakak ini murah senyum deh, penyuka warna biru, bahkan sampai undangan pernikahannya pun warna biru juga :D

Pertama dipertemukan itu di forum melingkar kelas X5 (Excited Extrem, anaknya macem-macem, suka bikin ulah yang aneh-aneh, dan paling doyan bercanda).
“yasudah yuk kita mulai, nanti materinya di catat ya..” pinta kak Tentri.
“yaaah kak, kita gak punya buku catatan kak..” kata anak yang satu.
“iya kak, gak usah nyatet ya..” timpal satunya lagi
“atau traktir kita dong beliin buku catatan.” Nahhh! Nyelenehnya nih keluar.
“buku.. ummn.. oke-oke, kalau kakak ada rezeki nanti kakak beliin. Tapi nanti kalian harus bawa dan harus nyatat materi ya setiap ketemu kakak.” Jawab kak Tentri.
“hhhaaah? Seriusan kak?” aku bingung aja, haha permintaan anak-anak yang aneh ini diladeninya. Minggu berikutnya ternyata Kak Tentri benar-benar bawa bukunya. Tahu berapa jumlah kami? Ada lebih dari 10 orang, dan semuanya kak Tentri belikan buku.

Kakak ini dari jurusan kimia UGM. Fresh graduate! Baru lulus kuliah. Waaahh pas banget tuh! Waktu SMA pelajaran yang susah dimengerti itu ya persamaan reaksi kimia. Kalau ketemu kak Tentri tuh, anak-anak pasti langsung minta ajarin. Alhamdulillah belajar bareng teman-teman sama Kak Tentri tuh berasa jadi lebih mudah dimengerti.

Ada lagi nih yang unik dari Kak tentri, suka ngasih kuis berhadiah. Pertanyaan tantangan dari Kak tentri, ”Ayo, kain penutup ka’bah namanya apa?”
Krik krik... siiiiiiinnnggg.... anak-anak bengong semua..
“yang bisa jawab hadiahnya tiket gratis nonton bioskop film ayat-ayat cinta ddeh!”
Waktu itu film ayat-ayat cinta lagi booming banget, bikin anak-anak semangat mencari tahu jawabannya. Ada yang sms ke temannya yang lain, ada yang kelilingan ke kelas-kelas buat nanya-nanya nyari jawaban. Yang punya hp canggih (pada masa itu) browsing di internet (tp yah zaman dulu mah internet di hp masih lelet). Ada juga yang duduk diam, mikir, mencoba mengingat-ingat. Daaaannn pada akhirnya tetap aja gak ada yang bisa jawab.. ahahahaha.. pertanyaan-pertanyaan lainnya juga, hadiahnya pasti bikin hati berdecak. Meski begitu gak ada yang bisa mecahin rekor jawab kuisnya kak Tentri.

Hal lain yang aku suka dari Kakak yang satu ini adalah dia gak pernah memaksakan orang lain menjadi seperti dirinya. Keakhwatan, jilbab lebar, dan sederetan titel lainnya. Dia membiarkan kami berproses secara bertahap. Gak membatasi ini dan itu, hanya sekedar mengingatkan dan mengarahkan. Itu yang bikin betah ada di samping dia, gak pernah mematikan karakter orang.

Kak Tentri itu kesehariannya biasa banget penampilannya. Surprised  banget pas pertama kali kondangan rame-rame sama kelompok melingkar ke pernikahannya. Beneran cantik kayak bidadari. Matanya yang biasa tersembunyi dibalik kacamata, waktu itu berbinar indah.

Hey kakak, gimana kabarnya?
Sudah hampir tiga tahun nih gak ketemu, masih ingat gak?
Anak kakak sekarang umurnya sudah berapa tahun ya?
Kangen deh..
Kita belum sempet snorkeling bareng nih kak..
Hehe, thanks so much kakak for being part of my life.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul