Langsung ke konten utama

“Why me”


Beritahu aku,
Mengapa aku?
Mengapa harus aku?
Karena aku pikir, aku bukanlah benar-benar orang yang tepat di sini
Di tempat aku berdiri sekarang.
Mengapa aku?
Yang harus berpusing-pusing ria memikirkan mereka,
Sedang untukku sendiri pun aku rasa aku belum becus.
Beritahu aku,
Mengapa harus aku?
Tulang rusukku sangat bengkok,
Tulang punggungku tidaklah terlalu kuat,
Apalagi pundakku,
Yang masih lemah untuk dititipi semua mimpi dan masa depan
Beritahu aku,
Karena aku ingin menjalaninya dengan kerelaan
Bukan atas nama keterpaksaan.
Beritahu aku,
Agar setiap kerikil-kerikil menyakitkan yang menghadang
Bukanlah penghalang
Melainkan tantangan.
Beritahu aku,
Terangkan padaku,
Dengan alasan-alasan logis dan rasional
Janganlah dengan bahasa langit, yang bahkan belum mampu aku pahami.

#ada yang pernah merasa seperti ini?
Kalaulah ada, aku pun termasuk orang yang pertama kali mengacungkan tangan, setinggi-tingginya mungkin.
Aaahh sudahlah, mau sampai kapan meratapi kesiapan diri sendiri?
kerjaan yang lain menanti bro!
#learning by doing

Komentar

Postingan populer dari blog ini

takut ._____.

Akhir-akhir ini merasa aneh... Diperlakukan seperti perempuan (normal) Jadi agak kikuk, juga takut. Perempuan yang biasanya diminta untuk melindungi, Menjaga yang lainnya. Sekarang justru kebalikannya, dilindungi, dijaga. Apa-apa biasanya sendiri. Sekarang-sekarang dibantu, ditemani. Mereka baik...sungguh Takut...berada dalam zona nyaman Takut...merasa aman Takut...melemah Takut...terbiasa

This Is Not My Passion

Disemester ini, semester enam, rasanya seperti kehilangan semangat. Lost my passion. Malas banget. Kuliah rasanya gak nyaman. Dateng sih dateng. Raganya ada, tapi pikirannya gak tahu kemana. Parah banget ya. Gak cuma kuliah, organisasi pun juga lagi malas. Minggu-minggu ini cuma jadi pengamat aja. Dan hari ini ada setumpuk agenda, tapi akhirnya kuputuskan dirumah saja. Alias bolos. Gak kuliah, gak datang tahsin, dan gak datang kajian. Yaampun, devil sedang berjaya nih. Kuliah rasanya begitu-gitu doang. Dari semester ke semester dosennya itu-itu lagi, dengan cara mengajar yang gitu lagi gitu lagi. Ada sih dosen yang ajib, kalau beliau ngajar gak sekedar transfer ilmu, tapi transfer emosi juga. Kita diajak diskusi. Diajak mikir beneran mikir. Kalau kami salah, dikasih tahu yang benar. Bukan tipe dosen yang bisanya cuma menghakimi. Walaupun mata kuliah yang beliau ajar termasuk yang sulit dipahami, tapi ngajarnya enak. Aku pribadi enjoy, gak males-malesan masuk ke kelas beliau. Y...

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selaman...