Langsung ke konten utama

You fool! Just do your part as well

“Ada orang-orang yang kita benci, sementara mereka berjuang keras untuk kebaikan kita. Kita menilai lalu menghakimi, sementara mereka mencintai lalu bekerja keras. Kita cemooh mereka, membuat sedikit pedih hati mereka, tetapi toh mereka tetap berjuang demi kebaikan kita. Saya sedang bicara tentang sebagian pemimpin kita yang baik, yang sering tak kita ketahui kerja-kerja mereka, namun stigma “Tak ada pemimpin yang baik di negeri ini" telah begitu kuat menancap. Saya tidak tahu siapa saja mereka, tetapi saya bertanya-tanya, bagaimana jika ada satu-dua yang demikian? Bagaimana jika yang selalu saya cemooh begitu mencintai saya namun tak sempat terungkap, upaya kerasnya tak mampu saya lihat, dan buah kerjanya tak pernah saya syukuri? Bagaimana jika kita tukar cemoohan kita dengan doa-doa kebaikan untuk mereka dan untuk negeri ini? Mengeluarkan energi yang kira-kira sama namun lebih produktif. Kalaupun yang kita doakan bukan pemimpin yang baik, jika doa kita adalah doa kebaikan, Allah bisa baikkan pemimpin tak baik itu, atau bisa pula Allah baikkan negeri ini dengan hindarkan kita dari pemimpin macam itu, atau cara lain yang Allah sukai. Jangan lupa pula ikhtiar terbaik sesuai kapasitas kita untuk kebaikan negeri ini, mungkin saja kita adalah jawaban yang Allah persiapkan untuk doa-doa itu. Siapa tahu?”

***
Membaca postingan kakak yang satu ini, jadi merasa bahwa diri ini teramat bodoh. Hanya bisa menghakimi lantas mencemooh. Padahal diri ini tidak tahu secara jelas bahwa mungkin saja ada orang yang diam-diam bekerja untuk kebaikan kami. Tidak hanya dalam tatanan pemimpin negara, pemimpin apapun itu, bahkan ditingkat terkecil. Astagfirullah.. maafkan kami atas ketidaktahuan ini.

#you fool! Just do your part as well.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul