Langsung ke konten utama

Aku dan LDK : ini ulahku, kalau kamu?

Pertemuan kami kalau tidak salah dimulai saat aku mengikuti kegiatan TnT (Tips n Tricks) untuk mahasiswa baru yang diadakan oleh LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Nama resminya UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Fajrul Islam atau yang sering disebut FARIS. Fajrul Islam itu artinya kebangkitan Islam. Entah ini terpeleset, terjatuh, nyebur, atau memang takdir Allah pada akhirnya aku menjadi bagian dari keluarga besar ini.Kalau dipikir-pikir, aku ini salah satu anggota keluarga yang sering bikin rusuh. Ya ampun! Baiklah, aku coba ingat-ingat ya.

Waktu tingkat satu tahun 2010, aku pernah mendapat amanah di sie acara seminar Muharram. Seminar yang bisa dibilang cukup besar. Oh tentu jangan ditanya, sie acara pasti tugasnya memastikan acara berjalan lancar sesuai jadwal tanpa ada kendala. Bertugas di meja registrasi itu sebenarnya enak-enak tak enak sih. Kalau acara sudah dimulai, jadinya tak punya kerjaan. Bosan sangat. Akhirnya aku dan teman sekelasku (yang juga rusuh) punya ide untuk nonton film di netbook-ku. Tapi sayang baterenya habis dan harus dicolok ke listrik. Akhirnya kami menemukan terminal listrik, dan langsung dicolokin di sana. Sebenarnya kondisi terminalnya sudah rawan, tapi tetap kami coba. Kreeekk... krreeekk, duuuaaarr. Percikan api terbang bebas bersama partikel-partikel sambungan terminal yang mencuat ke berbagai arah. Mendadak listrik padam. Microfon dan lampu di ruangan seminar mati total. Peserta mulai resah, pembicara masih mencoba mengetes microfonnya, dan panitia pun agak panik. Aku dan temanku (kami pelaku utama) masih kaget dan hanya bisa saling memandang. Kak Yahya, sebagai koordinator acara, dan beberapa panitia lainnya langsung keluar ruangan untuk memeriksa pembangkit listrik utama di ruangan itu. Kakak-kakak perempuan yang lain juga bertanya-tanya soal kejadian tadi. Jadi merasa serba salah. Tapi selepas kejadian itu, anehnya aku dan temanku masih bisa senyum-senyum. Hadapi masalah dengan senyuman, dan berharap itu bisa mengurangi kesalahan kami. Dan satu lagi yang paling penting, supaya kakak-kakaknya  tidak marah.  Hehehe... Kami tidak tahu bagaimana kelanjutannya sewaktu rapat evaluasi. Ikhlaskan saja ya kakak-kakak panitia semua atas kecerobohan kami (pengakuan dosa).

Kali ini kejadiannya di tingkat dua. Di SERPIHAN HATI, sebuah seminar kemuslimahan aku bertugas sebagai operator viewer. Saat itu kak Agung Kurniawan, ketua umum FARIS 2011/2012, yang sedang mengumumkan pemenang lomba fotografi menginstruksikanku agar video pemenang fotografernya bisa ditampilkan. Tapi kondisinya viewer sewaan itu batas waktunya sudah habis, dan Yusuf bilang kalau nambah waktu berarti biaya sewanya juga bertambah. Karena pesan dari Yusuf itu yang akhirnya membuat bimbang, dinyalakan lagi atau tidak. Di depan semua peserta, dan dengan menggunakan microfon, kak Agung tiga kali berkata, “Mbak, tolong videonya diputar lagi, bisa?”. Tiga kali pula di depan peserta aku bilang, “Maaf kak, gak bisa.” dia menyerah. Tapi karena kasihan, jadi nekat kunyalakan lagi viewernya. “Nah, akhirnya nyala lagi.”begitu katanya terlihat puas. Intinya, dirimu parrraaaaah sekali Ning!Instruksi ketua umum FARIS pun berani kau bantah, di depan banyak orang pula. Ckckckck. Oiya, sedikit rahasia kecil, kak Agung itu kalau punya kemauan sulit sekali untuk bilang tidak, harus terlaksana. Yah begitu bocoran dari beberapa kakak-kakak yang pernah bekerja satu tim dengan beliau. Selepas acara, diledekin abis-abisan sama kak Acil. Dia orang yang paling ‘ngeh’ soal kejadian tadi.

Nah, yang ini pas awal-awal tingkat tiga. Ceritanya aku dan teman-teman di FARIS abis bertakziah ke rumah kak Fahmi (sekjen FARIS yang baru) yang waktu itu sedang berkabung. Sepulang dari pemakaman alm. Ibundanya kak Fahmi, kami semua naik motor untuk balik lagi ke rumahnya kak Fahmi. Naahhh, kan aku yang bawa motornya kak Sundari yah, terjebak di kemacetan, pas banget di samping bis super gede. Jadi mau gak mau nunggu bis itu lewat dulu. Tapi teman-teman yang lain sudah jalan duluan. Celakanya aku gak tahu jalan. Oiya, saat itu aku boncengan dengan kak Dinda (kaput FARIS), dia pun gak tahu jalan. Komplit banget. Dengan pede-nya yang harusnya kami ngambil jalan nyebrang ke kanan, karena gak tahu akhirnya lurus-lurus saja sampai ke jalan raya. Ehh ada polisi di depannya. Berhentilah dululah kami ditikungan. Tahu gak? Yang nyasar bukan hanya kami berdua doang, tapi kak Yahya (ketua FARIS) dan Anshari (ketua biro pusdainfo FARIS) yang digoncenginnya pun juga ikutan nyasar gara-gara jalan dibelakangku. Ahahahahha.... akhirnya kak Dinda menghubungi kak Sundari, pawangnya jalanan di Jakarta biar jemput kami yang nyasar ini.
Ada juga kejadian yang bikin rusuh ruang sekretariat akhwat. Oke, pelakunya aku (lagi).Waktu itu mau ngeprint pembatas buku untuk ppsppt yang sudah mendekati deadline. Kabel printer aku colokin di colokan pararel yang sebenernya isinya udah penuh dipakai untuk mengisi ulang batere hp, laptop, nyalain kipas, dan lain-lain deh. Lagi-lagi maksain, dan akhirnya itu listrik konslet. Bukan Cuma itu, si printer Canon pun ikut mledug. Aliran listrik di lantai dua Masjid pun terputus. Tapi karena dikejar deadline, akhirnya pindah ngeprint di ruang sound system lantai satu. Dan si printer mledug sekali lagi. Tapi yang kedua ini bukan sama aku lagi kok saudara-saudara. Tiba-tiba aja mledug sendiri. Gak tahu deh kenapa... sebenernya nyusahin kak Yuli (bendaraha umum FARIS) sama Mas Husni (Marbot masjid) banget ini. Huwaaaa.. masih banyak deh cerita unik lainnya, tapi malu ah kalau ditulis disini semua -___-

Walau begitu, aku salut banget sama orang-orang di FARIS. Seberapa pun rusuhnya aku, sebanyak apa pun ulah yang aku buat, mereka gak menyalahkan. Kalau pun iya, pasti ada nasihat di balik itu. Justru mereka malah ngasih semangat. Waktu evaluasi aja kata-kata yang sering terucap adalah “maaf, ini salah ana.” Saling menginstrospeksi diri sendiri dulu. Nah, klo di organisasi lain belum tentu bisa begitu. Malah sepengalaman aku, pada lempar-lemparan tanggung jawab. Lebih mengedepankan emosi seringnya. Mungkin banyak saat-saat jenuh di FARIS, tapi selalu ada alasan untuk bertahan. Jadi ingat pesannya kak Nila, “Nikmatin aja, kalau udah jadi alumni kayak kakak, malah kangen sama FARIS.”

Sekian dulu ya, nanti kalau ada waktu dan kesempatan disambung lagi dengan cerita-cerita lainnya :) . ditutup dengan doa Rabithah.

FARIS, aku padamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

takut ._____.

Akhir-akhir ini merasa aneh... Diperlakukan seperti perempuan (normal) Jadi agak kikuk, juga takut. Perempuan yang biasanya diminta untuk melindungi, Menjaga yang lainnya. Sekarang justru kebalikannya, dilindungi, dijaga. Apa-apa biasanya sendiri. Sekarang-sekarang dibantu, ditemani. Mereka baik...sungguh Takut...berada dalam zona nyaman Takut...merasa aman Takut...melemah Takut...terbiasa

This Is Not My Passion

Disemester ini, semester enam, rasanya seperti kehilangan semangat. Lost my passion. Malas banget. Kuliah rasanya gak nyaman. Dateng sih dateng. Raganya ada, tapi pikirannya gak tahu kemana. Parah banget ya. Gak cuma kuliah, organisasi pun juga lagi malas. Minggu-minggu ini cuma jadi pengamat aja. Dan hari ini ada setumpuk agenda, tapi akhirnya kuputuskan dirumah saja. Alias bolos. Gak kuliah, gak datang tahsin, dan gak datang kajian. Yaampun, devil sedang berjaya nih. Kuliah rasanya begitu-gitu doang. Dari semester ke semester dosennya itu-itu lagi, dengan cara mengajar yang gitu lagi gitu lagi. Ada sih dosen yang ajib, kalau beliau ngajar gak sekedar transfer ilmu, tapi transfer emosi juga. Kita diajak diskusi. Diajak mikir beneran mikir. Kalau kami salah, dikasih tahu yang benar. Bukan tipe dosen yang bisanya cuma menghakimi. Walaupun mata kuliah yang beliau ajar termasuk yang sulit dipahami, tapi ngajarnya enak. Aku pribadi enjoy, gak males-malesan masuk ke kelas beliau. Y...

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selaman...