Langsung ke konten utama

Sepotong Memori


Kekuatan memori di otak itu memang luar biasa, tapi jika kesambet penyakit yang satu ini nih (entah ini bisa disebut penyakit atau bukan) rasanya sayang banget memori-memori yang berkesan bisa terhapus dan hilang, yahh penyakit lupa. Buat orang-orang yang punya daya ingat luar biasa, bersyukurlah, kalian dianugerahi karunia yang dahsyat. Hemmn, agak iri sih, tapi gak banyak kok :P, tapi tetap saja biar bagaimanapun aku orangnya pelupa. Lupa itu seperti penghapus kecil di otakmu, sedikit demi sedikit bisa melunturkan kenangan yang tergores di memorimu. Jadi biar memorinya gak hilang semua, orang-orang sepertiku butuh untuk menyimpan memori di tempat lain. Mungkin seperti tulisan-tulisan ini. Hehe, walau terkadang isinya ngawur atau sepele, setidaknya berguna untuk memindahkan sepotong kenangan.
  
Masih tentang FARIS.
Oiya, buat pembaca yang belum tahu FARIS itu apa? Bisa baca di postinganku sebelumnya yang judulnya “Aku dan LDK : ini ulahku, kalau kamu?”. FARIS itu seperti rumah kedua, dan tentu saja orang-orang disini selayaknya seperti keluarga. Macam-macam deh karakternya, ada yang bikin ketawa, ada yang bikin terkesima, ada yang bikin bingung, pokoknya ada-ada aja deh. Di FARIS ini jadi punya banyak Kakak (soalnya kalau dirumah jadi anak pertama). Oke, ini Kakak-Kakakku di FARIS. Kali ini mau cerita tentang Kakak-Kakak angkatan 2009 dulu ya. Sekali lagi, ini penilaian subjektif. Jadi sebelum baca lebih jauh, kita buat kesepakatan dulu ya : Kita sepakat untuk tidak selalu sepakat.

1. Nadia Achya
Kakakku yang ini tipe keibuan banget. Kalau lagi eror, suka lucu deh, suka gak jelas gitu. Kak nadia dari jurusan Sistem Informasi. Asistan Laboratorium juga. Dia ini paling menghindari yang namanya debat, gak mau bikin konflik. Selalu  bisa mengayomi dan jadi penengah. Kalau udah ada yang mulai berantem, wahhh langsung deh ngeluarin ayat. Oke deh Kak Oke, saya nyerah aja. Anak pertama dari empat bersaudara. Adiknya laki-laki semua, jadi kalau dikeluarganya dia anak yang paling cantik, yaiyalah ning -____-“ masa perempuan mau dibilang ganteng. Kak nadia punya adik yang masih bayi, namanya Fatih. Tapi aku selalu merasa kalau Kak nadia ini lebih cocok jadi Ibunya Fatih, abis beda umurnya hampir dua puluh tahun. ahaha peace Kak. Urusan dapur dan rumah tangga, beuuuhh top markotop. Gak bisa dibandingin sama Yuning, payah soal urusan dapur, Yuning mah ke laut aja, mancing ikan. Nama singkatan kesukaannya dia Naya (setahu aku). Emmn, pokoknya akhwat banget deh. Kalau makan, suka nyuapin orang. Tapi aku gak mau disuapin Kak -.-“ maaf ya, gak biasa. Oiya, Kak nadia juga suka baca buku. Koleksi bukunya lumayan banyak. Orangnya agak melankolis juga sih.  Pernah suatu kali iseng-iseng mengunjungi blognya Kak nad, terus menemukan sebuah tulisan. Isinya surat cinta untuk FARIS. Waktu pas baca tulisan itu, jujur aku gak ngerti, kenapa orang ini bisa jauh cinta sama FARIS. Dan jujur, penasaran banget, bisa gak sih cintanya bertahan buat FARIS kalau orang-orang di dalam FARIS kadang gak sepaham. Well, itu cukup dijawab dalam hati aja yah. Kak nadia ini juga punya obsesi ke Bandung, gak tahu deh kenapa dia tertarik pergi ke Bandung. Di bangku kuliah ini, hanya ada dua orang yang pernah tahu sisi lainku. Salah satunya Kak Nadia. Ssssttt.. keep it be our secret ya Kak.

2. Nurul Anggraeni Shinta Ilahi.
Kak Nurul lebih familiar dipanggil Kak Acil.  Kalau dilihat sepintas, Kak Acil mirip bocah. Kalau ketawa juga :D. Kak acil itu pasti sibuk banget yah, ngurus BEM FIKTI, ngurus FARIS juga. Dia ketua BEM lho! Kereeen. Waktu liat spanduknya di parkiran kampus E dengan senyumnya yang khas, aku langsung terkesima. Dia pernah bilang (kalau aku gak salah ingat), “seburuk apapun disini (FARIS maksudnya), tapi tetap aja gak bisa lepas ukhuwahnya.” Kak Acil satu jurusan sama Kak Nadia, satu SMA juga. Pernah menang lomba tentang software. Orangnya low profile, aku suka. Dia juga gak pernah mematahkan semangat orang. Kalau hal-hal bagus, pasti dia support. Dia suka desain dan fotografi. Kak acil ini juga anak pertama dari 4 bersaudara, dia punya dua adik laki-laki dan satu adik perempuan. Adik perempuannya dipanggil Caca. Si Caca juga unik, keci-kecil udah bisa bisnis. Keren ! aku yang udah besar gini masih belum buka bisnis apa pun, masih takut bikin wirausaha. Tahun lalu aku sebidang sama Kak Acil di pusdainfo, tahun ini dia dipindah ke bagian humas. Pernah sekali waktu sebidang, aku merasa geregetan dengan Kak Acil. Waktu itu kena teguran dari Kak Tyo (komandan sekjen tahun lalu) karena mengerjakan Faris Flash sendirian, padahal sebenarnya gak sendirian juga sih, ada Kak Yuli dan beberapa teman yang bantuin juga. Aku bukan tipe orang yang suka menunggu, atau menyuruh orang berulangkali untuk mengerjakan tugasnya. Walau susunan redaksi terlihat rapi, tapi nyatanya itu hanya dikerjakan oleh segelintir orang. Otomatis kontribusi yang lain pun dipertanyakan toh? Setelah minta pertimbangan dari Kak Tyo akhirnya kuputuskan untuk meng-sms semua staff redaksi untuk menanyakan kesediaan kontribusi penuh mereka. Mungkin salah aku juga, bahasa sms-nya terlalu lugas. Kebanyakan balasan sms-nya pada gak bisa bantu. Baiklah gak masalah. Bagiku lebih baik berkata jujur, daripada menyatakan bersedia namun gak pernah ada aksinya. Jahat sekali memberi orang harapan palsu. Waktu itu Kak Acil balas sms-nya, tapi ada yang janggal menurutku. Ku sms lagi, gak dibalas sama Kak Acil. Berarti ada apa-apa. Mungkin Kak Acil lagi sensi atau mungkin marah, aku gak tahu pasti. Tapi satu hal yang bikin aku geregetan adalah dia menganggap kalau dirinya gak berarti di FARIS. Ya ampuuuuuuun Kakaaak ! kok bisa-bisanya berpikir seperti itu -_____-“ jujur waktu itu mau banget jitak Kak Acil. Apasih yang dia pikirin. Sampai-sampai kudengar kabar kalau dia mau resign. Ummmnn.. jangan-jangan salah satu dari sekian banyak alasannya gara-gara aku. Jadi merasa bersalah. Selang waktu yang cukup lama, sampai akhirnya aku ketemu lagi dengan Kak Acil di sekret. Kutanya padanya kenapa gak balas smsku. Dia jawab “Malas”. Ohhhh... cups tahu. Umn, mungkin kondisinya masih belum stabil. Lambat laun, semuanya membaik. Di pertemuan terakhir kami pada periode sekjen 2011/2012 semuanya menjadi jelas. Akhirnya Kak Acil bicara. Legaaaa rasanya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Hey Kakak, inget ya ! kalau Kakak punya pikiran mau resign sebelum waktunya atau berpikir bahwa Kakak gak berarti buat FARIS, aku dengan senang hati jitak Kakak :P hehe peace.

3. Yulianti
Kakak yang cantik jelita ini sukanya mengendarai motor. Pernah Kak Yuli kehilangan motornya waktu rumahnya kemalingan. Namun rejeki dari Allah gak pernah tertukar, gak berapa lama dia punya motor baru lagi. Kalau gak salah Kak Yuli sudah tiga tahun berturut-turut ada di Bendahara umum. Dia dari jurusan Akuntansi. Kakakku ini pasti sudah paham sekali, jam terbangnya sudah gak diragukan. Dia orang yang loyal, bahkan yang mungkin menjadi haknya pun dari dana usaha yang berjalan, dia infakkan. Kakakku ini orangnya mandiri, saking mandirinya souvenir untuk kegiatan-kegiatan pun dia sarankan untuk dibikin sendiri. Dia ajarin bahwa semuanya butuh usaha, biar berkembang, biar tahu prosesnya bagaimana. Kak Yuli juga termasuk orang yang vokal untuk menyampaikan ide-ide atau mengomentari sesuatu. Tapi terkadang Kak Yuli agak lemah dalam menyusun bahasa, pemilihan diksi. Sehingga orang yang belum mengenalnya dengan baik akan mudah tersinggung. Cita-cita besar kami adalah mendirikan FARIS Advertising (buah pemikiran bidang sekjen 2011/2012). Sebuah wadah usaha yang menerima jasa percetakan, desain, fotokopi, emblem, pin, dan lain-lain. Hehe, kalau dibayangin aja sih agak gak mungkin memang. Siapa tahu suatu saat nanti ide dahsyat ini bisa terwujud, Aamiin. Ohh iya, paling kocak itu kalau liat Kak Yuli dan Kak tyo adu pendapat, dua-duanya sama keras kepalanya, sama gak mau ngalahnya, sama-sama suka ngambeknya. Hihihi... ada aja perkara yang membuat mereka silang pendapat. Kayak anak kecil deh. Hahaha. Kak Yuli juga pecinta bunga, terutama mawar. Tipe yang begini yang perempuan banget deh.

4. Annisa Dinda Bestari
Nahh, Kakak yang satu ini beda dari Kakak yang lainnya. Kak Dinda itu macho. Hehe J bicaranya lugas, tegas, dan tanpa ambigu. Kesannya jutek dan kalau marah pasti menyeramkan, ehh tapi Kak dinda manis kok. Kalau bercanda juga lucu. Kalau makan, lama abisnya. Kak Dinda dari jurusan Akuntansi.  Sekarang dia diamanahkan sebagai ketua keputrian.  Dia punya ide-ide brilian dan tak terduga. Kak dinda itu tipe orang yang sedikit bicara dan banyak bekerja. Kalau soal emosi, Kak Dinda lebih stabil dibanding perempuan-perempuan pada umumnya. Tetap semangat ya Kak Dinda!

5. Sundari
Simpel, sesederhana itu namanya. Kalau ujian pasti cepat nih ngisi form namanya. Kak Sundari lebih akrab dipanggil Kak Riri. Dia Jurusan Akuntansi. Kak Sundari itu sebelas dua belas sama Kak Maryamah. Mereka sering dibilang anak kembar, kemana-mana bareng, warna baju yang dipakai pun seringnya sama padahal mereka ngakunya gak janjian. Kak Sundari lucu, suka manja, dan paling suka makan. Kalau makan bareng Kak Sundari jadi semangat deh, makannya lahap hap hap. Kakakku yang satu ini paling bisa bikin orang lain ketawa. Oh iya Kak Sundari ini juga asistan laboratorium lho. Kak sundari juga cepat akrab dengan orang lain, bahkan sama sopir bajaj yang waktu itu mengantar kami ke rumah Kak Fahmi.

6. Siti Maryamah
Kar Mar ini salah satu penerima beasiswa, asistan laboratorium dan juga jago soal akuntansi. Kak Mar kalau berjalan mirip cowok, emnn tapi aslinya perempuan banget. Kak Mar juga suka heboh sendiri, wah kalau udah ketemu Kak Riri bisa jadi duet maut nih. Kak maryamah hobinya tidur di sekret. Paling lucu kalau liat ekspresi paniknya Kak Mar. Oh iya, Kak Maryamah juga suka kepo, mau tahu urusan orang. Unik, Cuma ada satu karakter Kak Mar di FARIS.

7. Nur Kartika
Panggilan akrabnya Kak Tika, dari teknik elektro. Kak Tika mirip anak kecil, suka panik. Kak Tika biasanya barengan dengan Kak Yuli. Kalau lagi ngambek jadi pendiam gitu. Biar pun mirip anak kecil, porsi makannya Kak Tika lumayan banyak tapi gak gemuk-gemuk. Hebat. Jarang yang tahu kalau Kak tika ternyata juga jago Taekwondo, dia hampir sabuk hitam. Kereeeen ! Kak tika hobinya cerita. Kalau sudah cerita sepertinya seru banget, gak habis-habis. Ada aja yang diceritain. Sekarang Kak tika masih sibuk mengerjakan alat untuk penulisan ilmiahnya. Semangat ya Kak Tika, semoga cepat selesai dengan lancar J

8. Dasyana Puspita Sari
Kak Desti, begitu nama panggilannya. Kak Desti dari jurusan Teknik Industri. Rumahnya di daerah Cibinong. Orangnya suka ngebolang sendirian. Kemana-mana sendirian. Aku tahu, sebenarnya Kak Desti mau gabung, tapi terkadang suka malu, atau merasa gak cocok. Sebenarnya kami disini senang sekali kalau Kakak ikut bergabung. Kak Desti itu seru buat diajak gila-gilaan, hehehe.. oh ya, Kak Desti juga suka nulis. Tapi kebanyakan tulisannya dinikmati sendiri. Umnn, coba deh Kak, karya Kakak dikirim kemana gitu, siapa tahu karyanya bisa dinikmati banyak orang. Kak desti juga suka bercerita, kadang aku juga suka dengerin ceritanya. Seru ! kalau bercerita seperti berapi-api. Matanya Kak Desti itu sedikit sipit, kalau kata anak TPA “Kakak dari Cina ya.” Suaranya Kak desti juga khas.

Masih ada banyak lagi kakak-kakak yang lain, mungkin disambung lain waktu ya.
Sebenarnya indah, ketika kita mampu saling mengerti keunikan satu sama lain. Ketika selepas ego, marah, dan kecewa, kita menemukan arti pentingnya kehadiran. Ketika perbedaan justru menjadikan kita saudara. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori Manajemen Makna Terkoordinasi ( Coordinated Management of Meaning -CMM). Bagi Pearce dan Cronen, orang berkomunikasi berdasar aturan. Mereka berpendapat bahwa aturan tidak hanya membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan orang lain kepada kita. Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan. Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.” Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selamanya.

Fungsi Koordinator Akhwat (Korwat)

“Akhwatnya yang lain mana nih? Kok gak ada yang bersuara? Yang bicara dia-dia lagi...”   celetuk salah satu ikhwan (laki-laki) di sebuah forum. Ternyata kejadian ini juga bisa disalah pahami oleh beberapa orang. Awalnya saya juga berpikir untuk apa koordinator akhwat (perempuan) a.k.a korwat, kan sudah ada koordinator ikhwan? Bukankah dengan satu komando, sebuah koordinasi akan lebih mudah? Setelah mengamati dengan waktu yang cukup lama, jawabannya adalah karena akhwat/muslimah itu punya kekhasan tersendiri. Ada hal-hal yang tidak dapat ditangani secara langsung oleh koordinator ikhwan. Karena keunikan itulah dibutuhkan seseorang, tentunya akhwat, yang mampu mengurusi berbagai hal terkait koordinasi internal dengan akhwat-akhwat lainnya dan sebagai perantara komunikasi dengan korwan. Tentu saja kita akan dihadapkan pada pertanyaan, lantas apakah fungsi korwat hanya tampak sebagai “penyampai pesan”? Tidak, bahkan sebenarnya fungsi korwat lebih dari itu. Dari buah pemikiran (tul