Langsung ke konten utama

Begitu Kebetulan?

10 Juni...
Kejadian hari ini terasa seperti begitu kebetulan bagiku, atau mungkin ini memang sudah kehendak Allah...

Pagi ini aku kurang enak badan, tapi ada janji dengan teman sekelompok untuk menyelesaikan tugas multimedia authorware. Fauji orang yang paling rajin nanya via sms “sudah sampai mana progress authorwarenya?”. Engga aku balas, belum ada pulsa. Hampir seminggu dia bertanya begitu, ga enak hati juga sih gak balas-balas smsnya. Maaf ya ji. Teman sekelompok yang lain juga bertanya hal yang sama sesekali, juga belum bisa aku balas. Hahaha minggu ini aku pasti sedang menjadi orang yang menyebalkan bagi mereka. Maka hari ini jadilah aku berangkat ke kosan Bonny.

Pas lagi siap-siap berangkat, bapak bilang “ning mau bareng ke depan gak?” tumben banget bapak nawarin, asli tumben, biasanya gak mau nganter jemput. Lumayan gak perlu jalan jauh. Pas lagi nunggu bis, tumben banget bisnya datangnya cepat, dan kosong. Alhamdulillah dapat tempat duduk dan bisa tidur sebentar selama perjalanan. Tiba di kosan Bonny jam sepuluh lebih sedikit, belum ada si leo, amir atau fauji. Sekitar 15 menit kemudian amir datang. Fauji belum bisa datang karena menghadiri tahlilan almh. kakaknya di Jatinangor. Hampir jam 11, leo belum datang. Rasa gak enak badan bertambah, rusuk kiri bagian belang terasa agak sakit, nyeri kalau disentuh. Numpang rebahan di kamarnya Diah sebentar. Balik-balik ke bawah alhamdulillah leo sudah datang jadi bisa kerja kelompok. Makin siang makin terasa gak enak, jadinya jam 2 siang aku pamit pulang duluan. Baru beberapa langkah ke luar, ngecek sms, ehh ternyata ada undangan syuro jam 4. Waaa~ 2 jam lagi. Yasudah datang dulu sebentar. Ke sekret belum ada orang. Akhirnya sambil nunggu sambil menghabiskan waktu, ke stand MTQ. Di sana, kak yuli minjem fd untuk ngeprint. Selesai ashar, ke sekret. Alhamdulillah ada minyak kayu putih. Setelah luluran minyak kayu putih, keringat dingin bertambah banyak. Selesai syuro langsung pulang.

Pulangnya naik bis lagi, lumayan penuh. Baru beberapa saat berdiri, alhamdulillah ada bapak-bapak yang mempersilahkan aku duduk di bangku kosong karena penumpang disebelahnya mau turun. Turun dari bis, ada tukang ojek nawarin jasa ojekannya. Tapi kujawab dengan gelengan kepala. Dalam hati bicara, “tukang ojeknya bukan perempuan sih -___- jadi perlu mikir-mikir dulu, kalau kondisiya mendesak atau hujan deras baru naik ojek itu. Teringat salah satu kisah waktu perang Jamal, Ali memuliakan kepulangan Aisyah, istri Nabi Muhammad dengan meminta prajurit-prajurit perempuan menyamar sebagai laki-laki untuk mengawal Aisyah, walau Aisyah baru tahu kalau ternyata sebenarnya prajurit tersebut adalah perempuan setelah ia tiba di tempat tujuan. Tapi kalau zaman sekarang ojek khusus perempuan kayaknya belum ada deh ya, yang pengendaranya perempuan dan cuma menerima pelanggan perempuan. Haha kayaknya itu mustahil untuk sekarang. Nah ning, masih kuat jalan kan? Oke jalan saja”. ehh tak disangka, sambil jalan sambil memikirkan hal itu, ada mobil berhenti di depanku. Pemiliknya membuka jendela, menoleh ke arahku.

“ning, bareng aja. Yuuk!” itu ajakan dari ibu Fei, tetanggaku. Waaa Subhanallah sekali. Waktu kondisi lagi kurang fit, dapat tebengan mobil mewah, dengan suhu ac yang terasa menyegarkan, plus si pemilik mobil menyetel sholawatan, rasanya menentramkan.

Sesampainya di rumah istirahat sebentar, pas lagi mau ngelanjutin tugas UAS tadi, nyari-nyari fd. Fdnya gak ada~ baru ingat kalau dipinjam kakak dan belum dikembalikan. Waaaahh kode banget ini, hari ini benar-benar disuruh istirahat deh ya.
Subhanallah.... kadang Allah menjawab dengan cepat doa-doa kita yang bahkan belum sempat kita lisankan, kadang Ia menjawabnya dengan tidak, kadang Ia menundanya, kadang Ia menggantinya dengan yang lebih baik. Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu, Allah Maha Mengetahui kondisi hamba-hambanya.
“maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selaman...

Sebuah Nasihat yang (Tidak) Perlu Dimasukkan ke Hati

Jarang-jarang temanku berpendapat sebegini panjangnya. "Ning, selama berhubungan dengan manusia; ketulusan itu utopis banget. Apalagi zaman sekarang. Naif namanya kamu percaya dengan hal itu. Nih ya, mungkin kamu engga sadar; sebenernya orang-orang yang memberi kebaikan mereka ke kamu diam-diam mereka sedang menganggapmu seperti celengan. Suatu saat mereka pasti akan meminta kembali kebaikan itu darimu dalam bentuk yang lain. Lalu ketika kamu tidak bisa atau memilih untuk tidak ingin mengembalikan itu; mereka mulai mengungkit-ungkit aset apa yang sudah ditanamkannya  kepadamu. Kemudian dengan bias, kamu dianggap tidak sadar diri, tidak tahu balas budi, tidak tahu caranya bersyukur pada mereka. See??? Waspada saja kalau banyak orang baik yang terlalu baik disekitarmu, ingat ya; di dunia ini tuh gak ada yang mananya gratisan. Jangan percaya, bohong! Mungkin mulanya kamu sulit melihat ujungnya, tapi pasti ada yang tersembunyi dibalik itu. Terserah sih ma...

Happiness Is

Psikologi positif pada awalnya dicetuskan oleh Martin Seligman. Psikologi positif memandang pada dasarnya manusia itu mencari kebahagiaan ( happiness ).  Psikologi positif memusatkan diri kepada keutamaan-keutamaan manusia, hidup dengan moralitas, tahu yang baik dan yang buruk. Karena itu secara keseluruhan mengandalkan akal budi dan nurani. Kalaupun emosi, maka emosi yang dipakai adalah emosi positif. Dalam psikologi positif, seluruh tubuh (jiwa & raga) adalah sumber kekuatan, keutamaan, dan nilai-nilai yang menggerakkan manusia. What is happiness? Happiness atau kebahagiaan itu bukan senang melihat orang menderita dan sengsara ketika melihat orang lain senang. Bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram, bebas dari segala hal yang menyusahkan. Authentic happiness adalah tujuan akhir keberadaan manusia, thrive/flourish adalah tanda dari authentic happiness. Where does happiness come from, Nature or Nurture? Ada dua pendapat dalam membahas keb...