Langsung ke konten utama

Bagaimana jika semuanya… (#Pelangi Jilbab)

Dunia kampus, dunia yang baru bagiku. Karena ruang dan waktu antara dunia SMA dan kampus berbeda, dan selalu saja jadwalku bentrok ketika pertemuan halaqoh, aku ditransfer. Disini aku bertemu dengan kak Nadia. Dia manis, tutur katanya lembut, dan sangat feminin. Hampir enam bulan kami bertemu dalam naungan organisasi yang sama, Fajrul Islam.

Suatu sore, kami duduk berdua di bawah pohon rindang, pelataran kampus. Memandang awan yang berarak, diantara jingga langit sore itu. Angin sepoi sesekali melambaikan jilbab kami. Lalu kak nadia memandang sekitar, sejenak mengamati mahasiswi dan mahasiswa yang berlalu lalang di depan kami.

“Ning…” sapanya lembut memulai pembicaraan. Menyebutku dengan nama, Ning.
“Coba kamu perhatikan deh, mahasiswa di kampus kita banyak ya.”
“Iya kak, bahkan ada julukan baru : Kampus Sejuta Umat ! haha, kampusnya dimana-mana. Bahkan hari Minggu juga dipakai praktikum.” Jawabku semangat.
“Ning, kakak pengen deh, bagaimana jika suatu hari semua perempuan muslim di kampus kita mengenakan jilbab.” Ucapnya tegas, lalu senyum terukir diwajahnya.
Terkejut aku mendengar cita-citanya yang begitu besar, bahkan sempat membuatku terdiam, “Hhe?! Wow….gimana ya kak, kan kebanyakan gaya hidupnya hedonis.”
“Nah.. justru itu tantangannya! suatu hari Ning..” tandasnya dengan penuh keyakinan.
“Aamiin.” Jawabku singkat, tapi cita-cita itu terekam jelas di memoriku. Cita-cita besar yang agaknya mustahil, tapi siapa yang tahu bila tak pernah dicoba.

Suatu hari kak, suatu hari nanti akan ada saatnya kampus ini penuh dengan pelangi jilbab. Tumbuh subur seperti jamur di musim hujan. Gunung cita-cita ini yang selanjutnya akan kita daki. Dan sekarang kita tengah mencoba merealisasikan cita-cita ini, innamal ‘amalu bin niat. Semoga Allah meridhoi kak, Pelangi jilbab di kampus kita.

------------------------------------------------

Komentar

  1. Subhannallah, merinding dan terharu baca percakapan kalian
    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. :D ayo nisphil ikutan juga ya.. bantu realisasikan mimpi-mimpi kita..hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kutipan Menarik dari Buku Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi

Buku “Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi” karangan Boy Candra ini saya beli beberapa hari yang lalu. Kalau ada yang bilang jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja, mungkin saya adalah bagian dari sebuah anomali. Nyatanya, keputusan saya untuk membeli novel ini sebagian besar ditentukan oleh apa yang ditampilkan pada bagian sampulnya. Saya tertarik membeli sebab sampul bukunya yang sederhana dengan ilustrasi dua orang yang berada di bawah hujan ditambah beberapa kalimat narasi di sampul belakang buku.  Ini pertama kalinya saya membaca karya dari Boy Candra. Sebuah novel yang cukup renyah untuk dicerna. Hanya perlu waktu setengah hari untuk menyelesaikan buku setebal 284 halaman ini. Berlatar belakang dunia perkuliahan, tokoh Kevin, Nara, Juned, dan Tiara dipertemukan. Kevin dan Nara sudah bersahabat sejak kecil. Diam-diam ia memendam perasaan pada Nara. Nara yang tidak tahu bahwa Kevin punya perasaan lebih padanya, pernah meminta Kevin untuk menjadi sahabat selaman...

Ruhiyah dan Dakwah

Assalamua’alaykum, silahkan dibaca, Semoga bermanfaat.. :D Materi 1 : ma’rifatu dakwah Secara bahasa, ma’rifat artinya mengenal dan dakwah artinya menyampaikan. Pengertian dakwah menurut fiqih dakwah yaitu : a)       Dakwatunnas illallah, yaitu mengajak manusia kepada Allah. Melakukan sesuatu dengan tujuan ridho Allah, bukan karena figuritas seseorang. b)       Bil hikmah wal ma’uizzatil hasanah, yaitu dilakukan dengan hikmah dan dengan pelajaran yang baik. c)       Hatta ya’furu bitthagut wa yu’minubillah, yaitu sampai yang diajak mengingkari yang thagut (sesembahan selain Allah). d)       (afwan, yang ini lupa bahasa arabnya apa...hehe), pokoknya agar manusia keluar dari kegelapan (jahilliyah) dan menuju kepada cahaya (islam).

Taekwondo oh Taekwondo

          Hari kelulusan sebentar lagi. Ransel yang biasanya berisi buku-buku pelajaran SMA ini akan berpindah ke tempat yang baru. Di sisa waktu, kami seperti berada di shelter, menunggu bus yang akan membawa kami ke tempat tujuan masing-masing. Tentunya waktu yang kami habiskan bersama tak akan selama waktu yang lalu.  Tiap dari kami hanya mampu mengandalkan kenangan untuk melepas rindu. Kenangan saat kami ngumpul di basecamp untuk nonton film horror atau action sadis sambil makan mie bebep (mie ayam yang bikin super kenyang yang adanya di sekolah sebelah), dan yang biasanya teriak itu Una, Aina dan Febri. Aku, Yayat, dan Dewi paling cuma bengong sepanjang film. “lha? Jadi intinya nih film apa?” dan mulailah perdebatan yang aneh, lebih sering diantara aku dan Dewi.           Dewi itu senangnya ngebut kalau bawa motor. Kalau Yayat digoncengin dewi, pasti helmnya dewi selalu bunyi. Kalau ...